Tugas Essay
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
DALAM KACAMATA MARXISME DEWASA INI
Essay
Diajukan Untuk Memenuhi Program Kuliah
Teori hubungan internasional
Azmi Muharam
1080830000006
Semester Tiga B
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009
Topik Essay
Lihat Kompas hari Rabu 21 Oktober 2009. Rene L. Pattiradjawane berargumen bahwa banyak sekali kerjasama internasional dibangun untuk meningkatkan level ekonomi dunia, namun rakyat miskin tidak bisa berharap banyak untuk dapat menikmatinya. Bagaimana pandangan Marxisme mengenai kerjasana ekonomi dunia seperti G20? Apa keterbatasan Marxisme dalam menganalisa permasalahan tersebut?
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
DALAM KACAMATA MARXISME DEWASA INI
Marxisme merupakan ideologi yang pernah sangat kuat mendominasi dunia internasional sebelum akhirnya runtuh seiring dengan jatuhnya Uni Soviet. Kritikan terhadap kerjasama global oleh Marxisme sampai pada memprediksikan kehancuran kapitalis. Namun anggapan ini salah karena kerjasama global tidak mungkin dilawan.
Marxisme beranggapan bahwa kerjasama ekonomi internasional seperti G-20 (yang Indonesia menjadi anggotanya), dengan mengusung hak milik dan kelompok pasak kekuasaan ekonomi untuk kepentingan bernada liberal-kapitalis adalah sebuah kemustahilan. Marxisme hanya menerima seluruh kerjasama ekonomi yang mengusung hak umum, inilah ide utama Marx menghilangkan ketegangan dan merubah sejarah.
Pandangan-Pandangan Marxisme
Pandangan Marxisme mengenai ketegangan dengan mengusung hak milik dan kelompok pasak kekuasaan ekonomi agaknya menjadi fakta. Berangkat dari argumen Rene L. Pattiradjawane, faktanya kerjasama internasional yang dibangun dewasa ini adalah upaya tidak sadar untuk pax universalis dari negara adidaya. Menurut praktisi media senior dan pengamat ahli internasional ini, pax universalis ialah sumber perang Teluk, serangan udara teroris 11 September 2001, perang Irak, Afganistan, dan berbagai konflik lain.
Pax Universalis ini didukung dengan berakhirnya Perang Dingin (1989) dan keruntuhan Uni Soviet (1991). Hilangnya Uni Soviet dari kekuatan dunia dan munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan tunggal membuat banyak konspirasi bahwa nilai-nilai liberal Amerika yang luhur tentang demokrasi, individualisme dan pasar bebas telah mendekatkan dunia menuju kepada era kesejahteraan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Terlepas dari dominasi liberal Amerika Serikat, di dunia kemudian muncul berbagai negara dengan kekuatan ekonomi baru seperti Cina, India dan Asia Pasifik bahkan muncul pula aktor-aktor selain negara yang berperan dalam pasar global. Keseluruhan pandangan dunia pasca berakhirnya Perang Dingin tidak lagi memandang keamanan militer sebagai prioritas utama melainkan keamanan ekonomilah yang menjadi prioritas utama. Dunia masuk ke dalam era ekonomi-politik bukan lagi era militer-politik dimana pasar adalah pemeran utamanya, bukan lagi negara-negara berdaulat.
Melihat fenomena runtuhnya komunisme internasional dan munculnya kambali sistem kapitalis maka dapat dengan tegas dikatakan bahwa teori Marxisme tidak terbukti dengan melihat realita kapitalis kembali muncul dan bahkan semakin meluas pahamnya. Marxisme dikatakan gagal karena pemikirannya hanya bertahan hingga revolusi komunis yang menyebabkan ekspansi gerakan sosialis-komunis ke seluruh dunia, memunculkan negara-negara sosialis-komunis pada awal tahun 1900an, namun kini tergerus oleh revolusi kapitalis.
Ekonomi adalah pusat ide-ide Marxisme. Sesuai dengan pandangan Feurbach, Marx berpendapat bahwa agama adalah hasil proyeksi keinginan manusia, akan tetapi Marx berpikir lebih lanjut dari filosof Jerman tersebut. Marx memiliki tambahan pertanyaan mengapa timbul keinginan tersebut ? dan jawabannya, menurut marx didapatkan di dalam hubungan-hubungan berdasar kemasyarakatan atau ekonomi, inilah sebabnya marxisme dikenal pula pandangan materialisme.
Dengan cara yang luar biasa ekonomi dihubungkan dengan filsafat. Teori yang dijabarkan seluruhnya dengan penghambaan kepada aktivitas. Yang penting adalah perbuatan, bukan pikiran, bukan kemauan, yang paling penting ialah perbuatan demi "mengubah dunia". Dari penelitiannya, Marx menemukan bahwa hidup manusia seluruhnya dikuasai oleh hubungan-hubungan ekonomi. Segala akitvitas rohani, baik ilmu pengetahuan, maupun kesenian, agama, kesusialaan dan lain-lainnya, sebenarnya adalah endapan dari hubungan ekonomi yang ditentukan oleh sejarah.
Berdasarkan asas-asas tersebut manusia tidak boleh dipandang secara Abstrak. Manusia harus dipandang secara konkrit yaitu dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya, sebagai makhluk yang bekerja. Menurut Marx, hakikat manusia ialah makhluk pekerja (homo laborans, homo faber).
Namun ekonomi internasional dimasa kini tak seperti harapan Marx dengan menghilangkan peran negara, lalu menciptakan kerjasama tanpa kelas atau kerjasama yang mengusung hak umum. Mengenai ekonomi dewasa ini justru sebaliknya kelompok pasak ekonomi internasional saling membangun dan meningkatkan fungsi negara sebagai pengayom pasar bebas. Indonesia juga termasuk didalam salah satu kelompok ini, kelompok kerjasama ekonomi Internasional yang bernama G-20.
The Group of Twenty (G-20) merupakan wadah komunikasi mengenai kebijakan nasional, kerjasama internasional, dan lembaga-lembaga keuangan internasional. G-20 diharapkan membantu mendukung pertumbuhan dan perkembangan di seluruh dunia. Misi utama G-20 adalah mempromosikan pertukaran terbuka dan konstruktif antara negara maju dan negara pasar berkembang pada isu-isu kunci yang berkaitan dengan stabilitas ekonomi global dan pertumbuhan.
Namun ironis, kemelaratan negara ketiga malah makin menjadi-jadi. Sudah lima puluh tahun lamanya negara makmur memberi bantuan pembangunan bagi negara ketiga, namun nyatanya bertolak belakang. Rakyat negara berkembang makin sengsara, rakyat miskin makin merebak, angka pengangguran meninggi dan ketergantungan negara dunia ketiga terhadap bantuan internasional makin besar.
Ketergantungan ialah sebuah kondisi suatu negara secara sekilas nampak mengalami pembangunan ekonomi yang pesat namun bila ditilik lebih jauh, negara bersangkutan ternyata sedang mengalami proses eksploitasi oleh kekuatan ekonomi lain entah berbentuk perusahaan transnasional, kekuatan para pemilik modal, dominasi negara asing, atau gabungan antara ketiganya.
Sangat mencengangkan mengamati perbandingan anggaran perbelanjaan senjata negara maju dan dana pembangunan negara ketiga. Komisi Utara-Selatan yang dimotori Bank Dunia pernah mengungkap hubungan perbelanjaan senjata dan pembangunan sebagai berikut. Dana yang dihabiskan militer seluruh dunia dalam setengah hari dapat digunakan untuk membiayai program WHO untuk memberantas malaria diseluruh pelosok dunia, dana sebuah panser modern dapat digunakan untuk pembangunan 1.000 kelas bagi 30.000 siswa serta dana sebuah pesawat tempur modern dapat digunakan membangun 40.000 apotek pedesaan.
Analisa Marx Tentang Ekonomi Internasional
Mengenai dialektika Marx, penulis pikir tidak perlu menguraikan mengenai dialektika yang diambil Marx dari hegel ini secara panjang lebar. Secara kasarnya dialektika adalah pemikiran yang mengatakan bahwa setiap keadaan cenderung menimbulkan keadaan lawannya, dan dari ketegangan ini, timbullah sintetis baru.
Marx berpikir, sejak awal kapitalisme, sistem komunis marx telah bergerak dan lama-kelamaan ia akan menang. Menurut rumusan Marx, semua perjuangan kelas dimasa lalu didasarkan atas pengawasan ekslusif milik kelompok-kelompok yang memiliki hak istimewa. Akan tetapi jika hak milik menjadi hak umum, jika kelas-kelas ekonomi yang terpisah tidak lagi dapat memainkan pasak-pasak kekuasaan ekonomi untuk kepentingan mereka sendiri (class less), maka semua ketegangan akan menghilang dan dengan sendirinya perubahan dan perubahan sejarah terjadi.
Kaum ekonomi liberal memandang kerjasama ekonomi sebagai "positive sum game" namun Marx menolaknya. Marx melihat ekonomi yang demikian sebagai tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas. Marx memandangnya sebagai "zero sum game" karena marx berbeda dengan pemikir liberal yang bersandar bahwa ekonomi berjalan dengan hukumnya sendiri, sebaliknya menurut Marx, ekonomi adalah alat politik itu sendiri yang sangat berkaitan.
Namun disayangkan pemikiran-pemikiran marx memiliki celah-celah. Dialektika Marx terbukti dengan bangkitnya kapitalisme menumbangkan feodalisme tapi tidak terbukti dengan bangkitnya marxisme menumbangkan kapitalisme. Kerangka Marxisme mengenai kehancuran kapitalisme seperti analisa Immanuel Wallerstein tidak berfungsi.
Mengambil contoh dalam hal kegiatan revolusioner yang sering terjadi oleh kawasan intelek misalnya. Selama lebih dari satu abad kaum Marxis telah merintis jalan bagi lahirnya revolusi terbuka seperti revolusi Rusia 1917 dan revolusi Cina 1949. Tetapi disayangkan, filsafat pokok dari marxisme semakin usang, kawasan intelek revolusi bermotif marxis pasti berakhir karena berpatokan pada masa Industri kota Victoria di Inggris abad 18 silam.
Celah lain sosialisme Marxisme ialah pola perampokan alam yang dilakukannya. Dengan revolusi hijau dan Proyek Manhattan (tata ruang ramah alam), Marxisme tidak mampu membuktikan kerusakan-kerusakan yang diramalkannya, sehingga tuduhan malah berbalik dan marxisme dikenal sebagai perampok alam.
Celah terbesar ialah Marxisme menghadapi kecaman dari non-komunis dan komunis itu sendiri. Unsur paksaan, kekerasan, pembatasan kebebasan menjadi serangan utama dari pihak non-komunis. Dari dalam komunis terdapat pola Andrei Sakharov (Uni Soviet), Milovan Djilas (Yugoslavia), Alexander Dubhick (Cekoslovakia), yang tidak setuju dan mengutuk Marxisme sebagai ideologi dan menyimpangkannya menjadi wajah-wajah baru.
Pada ujungnya Marxisme berubah atau bahkan ditentang. Pemerintah komunis polandia contohnya yang malah ditentang oleh kaum pekerja (solidaritas) karena tidak diikut sertakan dalam manajemen industri. Kini Marxisme memang semakin memudar, namun bukan artinya liberalisme dan realisme adalah pemenang dan paling benar.
Analisa penulis pada hal ini lebih mengarah pada karya Robert Cox. Kerjasama ekonomi internasional sebaiknya berdasar kontribusi teori kritik, dengan mengangkat materialisme historis milik Gramsci, bisa jadi ini menjadi alternatif paling penting bagi para realis dan liberal dalam bidang-bidang masing-masing pada hari ini.
Kesimpulan
Dari sekian banyak penjelasan penulis hal yang dapat diambil adalah bahwa Marxisme merupakan ideologi yang pernah sangat kuat mendominasi dunia internasional sebelum akhirnya runtuh seiring dengan jatuhnya Uni Soviet. Kritikan terhadap kerjasama global oleh Marxisme yang memunculkan kembali raksasa kapitalis bisa ditangkis dengan materialisme historis Gramsci dan Lenin yang memprediksikan kehancuran kapitalis (revolusi Marxis yang sebenarnya) akan terjadi pada era globalisasi ini.
Namun menurut penulis anggapan ini salah karena kerjasama global tidak mungkin dilawan. Sebagai senjatanya negara-negara justru akan berintegrasi kedalam polar-polar tertentu yang membuatnya berada pada posisi balance of power. Kerjasama global akan dapat menangkis bayang buruk melalui proses integrasi itu sehingga prediksi revolusi Marx bisa saja salah.
DAFTAR PUSTAKA
- Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi HI, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
- Martin grifit. Lima Puluh Pemikir Hubungan Internasional, Jakarta: Murai Kencana.---.
- Barbara Ward. Lima Pokok Pikiran Yang Mengubah Dunia, Jakarta: pustaka Jaya. 1983.
- Donald Wilhelm. Menuju Dunia Mendatang, Alternatif-Alternatif Terhadap Komunisme, Jakarta: UI Press. 1979.
- Rudolf A Strahm. Kemiskinan Dunia Ketiga, Menelaah Kegagalan Pembangunan di Negara Berkembang, Bandung: Cidesindo. 1995.
- Prof. Miriam budiarjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.
- Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widiasarana. 1992.
- Dr. Harun Nasution, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius. 1980