Cari Blog Ini

Allah Maha Menerima Tobat

Oleh Dr Abdul Mannan


Akhir-akhir ini negeri kita dipenuhi oleh berita kriminal, mulai dari tindak korupsi, hamil di luar nikah, tawuran, perampokan, hingga pembunuhan. Khusus kasus korupsi, tampaknya menjadi suatu kasus yang kian runyam.

Masalah utamanya cukup sederhana, tidak ada pihak yang berani terbuka mengakui perbuatannya. Padahal, jika pelaku korupsi itu mau bertobat, Allah pasti akan mengampuninya dan sejarah hidupnya akan menjadi inspirasi generasi yang akan datang. Mengapa harus malu kepada manusia, bukankah kepada Allah semata kita seharusnya malu?

Dalam kitab Al-Firasah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, yang diterjemahkan menjadi 'Keajaiban Firasat', ada satu peristiwa yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i yang patut kita renungkan, yakni bagaimana seorang pelaku dosa seketika diampuni oleh Allah dan rasul-Nya.

Pernah ada seorang wanita yang telah diperkosa oleh seorang laki-laki di kegelapan malam menjelang masuknya waktu Subuh. Tak lama berselang, melintas pula laki-laki lain dan mendapati wanita itu tengah meminta pertolongan, hingga ia pun berusaha menolongnya. Pemerkosa wanita tadi telah kabur.

Pada saat lelaki itu hendak mendekati, melintas pula sekelompok laki-laki lain dan mendengar wanita itu minta tolong kepada mereka. Kemudian, mereka menangkap lelaki yang hendak menolong wanita itu, sedangkan lelaki yang memperkosa wanita itu terlewatkan oleh mereka.

Maka, dibawalah laki-laki itu kepada Rasulullah dan mengabarkan kepada Beliau bahwa ia telah memperkosa wanita tersebut. Dan, mereka mengabarkan bahwa laki-laki itu ditangkapnya dengan susah payah.

Tetapi, lelaki itu menyangkal seraya berkata, "Justru aku hendak menolongnya, tetapi mereka salah orang. Mereka akhirnya mengejar dan menangkapku. Wanita itu berkata, "Dusta, dialah yang telah memperkosaku."

Rasulullah kemudian berkata, "Bawalah ia dan rajamlah." Tetapi, datang seorang lelaki lain dan berkata, "Jangan rajam ia, rajamlah aku. Karena, akulah yang telah melakukan pemerkosaan terhadapnya." Lalu, ia mengakui dan menceritakan semua perbuatannya.

Kemudian, Rasulullah berkata kepada wanita yang diperkosa, "Engkau telah diampuni." Kepada orang yang hendak menolong, Beliau hanya menasihatinya. Kemudian, Umar RA berkata, "Rajamlah orang yang telah berbuat zina." Akan tetapi, Rasulullah menolaknya dan berkata, "Tidak perlu, karena ia telah bertobat."

Imam Ahmad meriwayatkan, "Lalu mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, rajamlah ia'!" Beliau menjawab, "Ia telah melakukan tobat, yang seandainya penduduk Madinah melakukannya, pasti Allah akan menerima tobat mereka."

Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang bertobat dan pasti akan mengampuni dosa orang-orang yang mau bertobat. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa, tetapi bertobat." (HR Ahmad).

Siapa pun di antara anak Adam pasti pernah melakukan perbuatan dosa, baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan ini, mari kita membiasakan diri untuk senantiasa bertobat kepada Allah SWT agar dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya. Wallahu a'lam.



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/06/lpho7e-allah-maha-menerima-tobat

Allah Maha Menerima Tobat

Oleh Dr Abdul Mannan


Akhir-akhir ini negeri kita dipenuhi oleh berita kriminal, mulai dari tindak korupsi, hamil di luar nikah, tawuran, perampokan, hingga pembunuhan. Khusus kasus korupsi, tampaknya menjadi suatu kasus yang kian runyam.

Masalah utamanya cukup sederhana, tidak ada pihak yang berani terbuka mengakui perbuatannya. Padahal, jika pelaku korupsi itu mau bertobat, Allah pasti akan mengampuninya dan sejarah hidupnya akan menjadi inspirasi generasi yang akan datang. Mengapa harus malu kepada manusia, bukankah kepada Allah semata kita seharusnya malu?

Dalam kitab Al-Firasah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, yang diterjemahkan menjadi 'Keajaiban Firasat', ada satu peristiwa yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i yang patut kita renungkan, yakni bagaimana seorang pelaku dosa seketika diampuni oleh Allah dan rasul-Nya.

Pernah ada seorang wanita yang telah diperkosa oleh seorang laki-laki di kegelapan malam menjelang masuknya waktu Subuh. Tak lama berselang, melintas pula laki-laki lain dan mendapati wanita itu tengah meminta pertolongan, hingga ia pun berusaha menolongnya. Pemerkosa wanita tadi telah kabur.

Pada saat lelaki itu hendak mendekati, melintas pula sekelompok laki-laki lain dan mendengar wanita itu minta tolong kepada mereka. Kemudian, mereka menangkap lelaki yang hendak menolong wanita itu, sedangkan lelaki yang memperkosa wanita itu terlewatkan oleh mereka.

Maka, dibawalah laki-laki itu kepada Rasulullah dan mengabarkan kepada Beliau bahwa ia telah memperkosa wanita tersebut. Dan, mereka mengabarkan bahwa laki-laki itu ditangkapnya dengan susah payah.

Tetapi, lelaki itu menyangkal seraya berkata, "Justru aku hendak menolongnya, tetapi mereka salah orang. Mereka akhirnya mengejar dan menangkapku. Wanita itu berkata, "Dusta, dialah yang telah memperkosaku."

Rasulullah kemudian berkata, "Bawalah ia dan rajamlah." Tetapi, datang seorang lelaki lain dan berkata, "Jangan rajam ia, rajamlah aku. Karena, akulah yang telah melakukan pemerkosaan terhadapnya." Lalu, ia mengakui dan menceritakan semua perbuatannya.

Kemudian, Rasulullah berkata kepada wanita yang diperkosa, "Engkau telah diampuni." Kepada orang yang hendak menolong, Beliau hanya menasihatinya. Kemudian, Umar RA berkata, "Rajamlah orang yang telah berbuat zina." Akan tetapi, Rasulullah menolaknya dan berkata, "Tidak perlu, karena ia telah bertobat."

Imam Ahmad meriwayatkan, "Lalu mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, rajamlah ia'!" Beliau menjawab, "Ia telah melakukan tobat, yang seandainya penduduk Madinah melakukannya, pasti Allah akan menerima tobat mereka."

Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang bertobat dan pasti akan mengampuni dosa orang-orang yang mau bertobat. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa, tetapi bertobat." (HR Ahmad).

Siapa pun di antara anak Adam pasti pernah melakukan perbuatan dosa, baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan ini, mari kita membiasakan diri untuk senantiasa bertobat kepada Allah SWT agar dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya. Wallahu a'lam.


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/06/lpho7e-allah-maha-menerima-tobat

Tiga Disiplin Puasa

Oleh Ahmad Yani

Ada banyak makna penting dari ibadah Ramadhan, salah satunya adalah mendidik disiplin dalam melaksanakan hidup. Paling tidak, ada tiga bentuk disiplin yang dididikan dari puasa. Pertama, disiplin dalam menunaikan kewajiban, apalagi kewajiban ini telah dibebankan kepada generasi sebelum kita. Ini berarti tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau melaksanakan segala bentuk kewajiban dalam hidup. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS al-Baqarah [2]:183).

Utang juga kewajiban yang harus kita tunaikan, baik kepada Allah SWT maupun kepada manusia. Karenanya, bila kewajiban puasa belum kita tunaikan dengan sebab-sebab tertentu, maka kewajiban itu tidak gugur begitu saja, tapi harus ditunaikan dengan berpuasa pada kesempatan lain atau menggantinya dengan fidiah.

"Maka, barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidiah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS al-Baqarah [2]:184).

Kedua, disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik mungkin dalam konteks pengabdian kepada Allah SWT, karenanya berpuasa dan ibadah lainnya di dalam Islam ditentukan waktunya. Saat fajar atau Subuh tiba, maka makan dan minum serta hubungan suami istri dihentikan untuk memulai puasa. Orang yang disiplin waktu merasa lebih baik menunggu daripada terlambat, sebagaimana waktu imsak. Sedangkan bila Magrib tiba, kita harus segera makan dan minum untuk mengakhiri puasa meskipun harus menunda beberapa saat pelaksanaan shalat Magrib. Karena itu, kita amat dituntut mengefektifkan penggunaan waktu.

Ketiga, disiplin dalam hukum. Sebagai manusia kita amat membutuhkan hukum, dan Allah SWT paling tahu tentang hukum seperti apa yang cocok untuk kita. Melalui puasa, kita dilatih untuk disiplin dalam hukum sehingga sesuatu yang semula boleh menjadi tidak boleh. Bila sesuatu yang amat penting, yakni makan dan minum serta hubungan seksual sudah bisa dikendalikan, seharusnya kita bisa mengendalikan diri dan disiplin dalam hukum-hukum lainnya.

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS al-Baqarah [2]:188). Karena itu, berbahagialah kita mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk membina diri melalui ibadah Ramadhan yang membuat kita menjadi semakin bertaqwa kepada Allah SWT.


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/03/lpbyo6-tiga-disiplin-puasa

daftar pustaka

Azmi Muharom
108083000006
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Metodologi Penelitian Sosial

Daftar Pustaka
• Buku
Dawisha, Adeed, 1983. Islamic in Foreign Policy. Cambridge: Cambridge University Press
Pasya, Ahmad Fuad, 2006. Dimensi Sains Al-Qur’an, Menggali Ilmu Pengetahuan dan Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai
Rahman, Taufik, 2008. Obama: Tentang Israel, Islam dan Amerika). Bandung: Hikmah Mizan Publika
• Artikel Dalam Buku
Effendi, Bahtiar, “Demokrasi & Agama: Eksistensi Agama dan Politik Indonesia”, dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus (ed.), Islam Negara & Civil Society, Gerakan & Pemikiran Islam Kontemporer (Jakarta: Paramadina Press. 2005)
Siahaan, M Hotman, “Metode Sosimetri”. Dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (ed). Metode Penelitian Sosial (Berbagai Alternatif Pendekatan). Jakarta: Kencana. 2005
Ahmad, Feroz, “Politics and Political Parties in Republican Turkey”, In Resat Kasaba (ed.), The Cambridge History of Turkey, Volume 4, Turkey in the Modern World, (Cambridge: Cambridge University Press. 2008)
• Skripsi
Budi Santoso, 2008. Peranan Masyarakat Mandiri (MM): Dompet Dhuafa dalam Pemberdayaan Usaha Kecil di Kota Depok. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
• Tesis
M Asy’ari, 2008. Metodologi Kritik Tafsir: Al-Habasyi (1910-2008). Tesis, Program Pasca Sarjana Konsentrasi Ulumul Qur’an, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
• Disertasi
Ahmad Yani Anshori, 2005. Islam dan Negara Bangsa : Studi Perjuanagan Negara Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan. Disertasi, Program Pasca Sarjana, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
• Jurnal
Miftahul Huda, 2008. “Perempuan dan Marital Rape, Telaah Ragam Sebab dan Reaksi Atas Perkosaan Terhadap Isteri”, Jurnal Kodifikasi, Vol.2, No.1
Yasien Mohamed, 1998. “Knowledge and Purification of The Soul an Annotated Translation with introduction of Ishafani’s Kitab Al-Dhari’a Ila Makarim Al-Sharia (1989-1992)”, Journal University Of Westerncape, Bellvile, Vol.9, No.1
• Majalah
Choirul, “Militan Bombardir Istana Presiden Somalia, 14 Orang Tewas”, Majalah Tempo, April 2007, hal. 53
• Buletin
Ika. A. Kurniawati, “Mematenkan Ataukah Mendaftarkan?”, Media HKI: Buletin Informasi dan Keragaman HKI. Vol. III/ No.3 Juni 2007
• Tabloid
Ganjar Kurnia, “Mochtar Kusuma Atmaja, Diplomat Berfikir Cepat dan Lugas”, Tabloid Diplomasi, Menata Komunikasi dan Interaksi. No. 17 tahun II, 15 April 2009-14 Mei 2009
• Internet
Novriantoni Kahar, “Hans Kung dan Tumpang Tindih Paradigma Islam”, tersedia di www.islamlib.com/id/artikel/hans-kung-dantumpang-tindih-paradigma-islam/?id=7, di akses pada Rabu 26 Mei 2010
• Wawancara
Azmi Muharom, “Politik Islam Turki dan Indonesia”, wawancara dengan Fethullah Gulen selaku Pimpinan Fethullah Gulen Chair Internasional di Fethullah Gulen Chair Jakarta, dilakukan pada 26 Juli 2008
• Surat Kabar
Ririn Sjafriani, “Anas Disebut Berpotensi Sedot Pangsa Suara PKS”, Harian Republika, Jakarta, Kamis 27 Mei 2010