Cari Blog Ini

27 januari 2015, Moscow Underground, 20.15

27 januari 2015, Moscow Underground, 20.15
Sesi Satu.
  • Gerakan Mahasiswa Indonesia (Ardi)
  • ·         Mahasiswa Indonesia selalu berperan di tiap Generasinya
  • ·         Reformasi, semua didapat dengan demokrasi, namun demokrasi belum berhenti
  • ·         Musuh mahasiswa dulu jelas nyata, sekarang siapa. Ingat pesan sukarno Musuh kita adalah bangsa kita sendiri
  • ·         Gerakan mahasiswa horizontal dan vertical. Peran mahasiswa kini tergerus oleh tuntutan hidup, LSM, Media dan partai politik

Sesi Dua.
·         Kesimpulan Diskusi agenda selanjutnya.
  • ·         6 Februari dengan tema yang sama, A. sejarah gerakan mahasiswa & Mahasiswa sebagai agen perubahan. B,  Peran mahasiswa Indonesia di Moscow
  • ·         Pembicara A. sejarah gerakan mahasiswa & Mahasiswa sebagai agen perubahan sudah sesuai rencana. Pembicara B, dibicarakan selanjutntya.
  • ·         Diskusi akan membesar menjadi tema mahasiswa dan masalah mahasiswa Indonesia di Moscow.
  • ·         Tempat sebaiknya di Café saja dan netral dari organisasi terkait. Dari mahasiswa, oleh mahasiswa untuk mahasiswa.
  • ·         Target forum diskusi ialah seluruh Rusia. Mengenai topik social, politik dan study.
  • ·         Target forum diskusi ialah menerbitkan buku kajian pada 17 Agustus 2016, berupa essay/ tulisan lepas.

Sesi Tiga.
·         Agenda diskusi Rabu depan, 3 Februari 2016
  • ·         Tempat di kafe, pembicara utama Rendi Subahagia W. dilanjutkan persiapan kegiatan tanggal 6 Februari.
  • ·         Madan sebagai PJ Publikasi
  • ·         Stevie sebagai PJ Tempat
  • ·         Sita sebagai PJ Media dan Dokumentasi
  •  


Peranku Bagi Indonesia

Peranku Bagi Indonesia

Saya memiliki cita-cita menjadi seorang diplomat dan berperan membangun hubungan kerjasama bagi Indonesia-Rusia. Memiliki cita-cita menjadi diplomat memang bukan merupakan pintu menuju kekayaan materi, tetapi di profesi itulah arena untuk menjadi manusia bermanfaat bagi sesama akan terbuka sangat lebar. Secara umum, tugas dan fungsi seorang diplomat adalah representing, protecting, negotiating, reporting, dan promoting. Saya tidak membahas satu persatu tugas dan fungsi dari profesi diplomat, namun sejak di bangku sekolah hingga kuliah saat ini, saya memposisikan diri sebagai Diplomat dalam berbagai kegiatan. Mengutip Mahatma Ghandi “Jadilah Anda perubahan yang ingin Anda lihat di dunia itu sendiri”, saya memulai diri dari hal-hal kecil, berperan membangun hubungan kerjasama antara para siswa, guru dan masyarakat, antara mahasiswa, dosen dan masyarakat.
Tidak perlu terlalu dini bermimpi menyelesaikan masalah korupsi dan politik dinasti di Provinsi Banten sebagai peran saya, di masa sekolah dan kuliah banyak sekali masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan membangun kerjasama. Bagi saya setiap kerjasama yang sukses dimulai dengan hadirnya tiga K, yaitu komitmen, komunikasi dan kolaborasi. Dibutuhkan manusia yang memiliki budaya literasi yang baik agar mampu mencapai tiga K. Budaya Literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.
Peran saya bagi Indonesia dimulai dari membangun hubungan kerjasama skala kecil. Di bangku sekolah dan kuliah, dalam mengerungi dunia civitas akademika dan organisasi, saya mulai memposisikan diri sebagai Diplomat yang bertanggung jawab membaca dinamika alami yang tersedia. Bila sudah dibaca pangkal permasalahannya bisalah untuk berkata “Selesai, Saya telah mendapat catatan tentang semua pendapat teman-teman, merenungkan dan menganalisa dengan hati-hati. Saya punya satu kesimpulan seperti ini, Setujukah?”. Hasil utama dari kegiatan ini adalah konsensus, konsensus penting karena dari sanalah komitmen untuk bergerak timbul, komunikasi dan kolaborasi juga muncul.
Sudah satu semester saya tinggal di Moscow, sebuah global city yang sejak abad ke-12 telah menjadi kota terbesar di Eropa dengan dihuni oleh para miliarder disetiap generasi ke generasi. Kenapa Moscow menjadi kota para miliarder, karena manusia Moscow selalu memiliki ide-ide konsisten yang menjadikan mereka manusia dengan nilai tambah, bahkan manusia dengan nilai kali. Banyak cerita yang bisa kita simak dari tokoh-tokoh besar di kota ini, sebagai mahasiswa mereka adalah inspirator, hingga kini bersama mahasiswa Indonesia yang tidak lebih dari seratus kami berdiskusi tentang beragam isu dari tokoh-tokoh di Rusia ini dan dihubungkan dengan keadaan Indonesia. Sesekali di ruang kelas dan café kampus saya berbincang bertukar ide bersama generasi muda mahasiswa Internasional dari Rusia dan berbagai negara, banyak masalah dan banyak peluang yang tersedia, mungkin hanya mimpi disela kopi saat ini, namun 10 tahun kedepan masalah dan peluang ini menjadi kenyataan yang harus saya hadapi.
Mengapa Indonesia butuh Rusia, perlu data yang jelas mengenai berbagai keunggulan kedua nagara. Namun satu hal yang saya dapatkan, mental masyarakat  rusia adalah komitmen dan konsisten, mereka menjawab “Ya” dan “Tidak” terbebas dari excuse (beralasan) dan justify (membenarkan). Dengan kondisi masyarakat rusia yang seperti ini, kita dapat melakukan kerjasama dengan memulai mengajukan pertanyaan yang benar mengenai kerjasama yang kita butuhkan agar menghasilkan jawaban yang benar pula. Kerjasama dibidang pariwisata hingga militer akan saling menguntungkan, poinnya semoga suatu saat nanti ada diplomat yang memiliki budaya literasi tinggi dan meiliki kemampuan mencapai konsensus karena dari sanalah membangun hubungan kerjasama bagi Indonesia-Rusia akan menjadi lebih baik. Semoga peran saya bagi negeri dalam 10 tahun kedepan sebagai diplomat Indonesia yang melakukan hal ini.




ESSAY 2: Sukses Terbesar Dalam Hidupku (500-700 kata)

ESSAY 2: Sukses Terbesar Dalam Hidupku (500-700 kata)

Universitas sesungguhnya adalah kehidupan. Sementara kehidupan adalah pilihan, pilihan akan posisi peran yang cocok untuk menempa diri. Bagi saya sukses terbesar saya ialah ketika dapat memiliki posisi peran yang baik selama menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan melanjutkan ke Higher School of Economics (HSE) Moscow.
Di UIN Jakarta, Saya bersyukur menjadi bagian yang sedikit diantara mereka yang telah menghabiskan waktu untuk memperjuangkan hidupnya baik lingkungan civitas akademika maupun organisasi. Seperti menelusuri anak tangga yang naik, begitulah saya semasa kuliah. Mendapat kepercayaan sebagai delegasi Program Studi Hubungan Internasional dalam Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional (PNMHII), lalu menjadi delegasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam Parlemen Remaja DPR RI dan menjadi delegasi UIN Jakarta dalam Summer Course di Russian Islamic University, Kazan, Rusia adalah pengalaman sebagai civitas akademika yang ajaib. Seperti dua sisi mata koin, sebagai mahasiswa yang mencoba tetap aktif dalam organisasi, saya memilih mengikuti organisasi ekstra dalam HMI cabang Ciputat, organisasi intra dalam Himpunan Mahasiswa HI,  organisasi primordial dalam Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya, serta organisasi minat dalam Corruption Preventing Alliance. Pilihanku tepat, meski banyak orang berkata “Sepertinya kalau lulus jadi ustad atau marbot masjid ya?” namun organisasi ini memberi jawaban yang jelas, saya biarkan pertanyaan ini terjawab dengan pembuktian bahwa saya memiliki mimpi berkontribusi bagi masyarakat, menjadi diplomat dan  menggapainya lebih tinggi.
Terlalu sibuk sebagai mahasiswa, lalu bagaimana berkontribusi di masyarakat? Sekali lagi menjadi bagian yang sedikit di UIN Jakarta inilah yang membantu saya untuk ingin dan mampu membaca masa depan lingkungan dimana saya tinggal. Sejak lulus dari menimba Ilmu Agama di salah satu pondok pesantren modern di Kota Tasikmalaya, saya menjadi guru di Taman Pendidikan Alquran, mengisi pengajian dari Masjid ke Masjid. Bersama tim kecil, kami bergerak seperti gerigi utama yang harus berestafet dari setiap pemuda, Tokoh Masyarakat, Pemerintah daerah, berusaha mengumpulkan pemuda yang banyak jumlahnya namun belum jelas arahnya. Lelah memang, sangat berbeda berorganisasi di Kampus dan Masyarakat, kami sebagai tim kecil harus teliti mencatat masalah, merenungkan dan menganalisa dengan hati-hati. Lalu menyimpulkan konsesus yang menjadi win-win solution. Contohnya, kami berhasil mengadakan kompetisi olahraga, ulang tahun organisasi masjid, tabligh akbar, pentas musik dan gerakan tim sepak bola pemuda serta sekolah sepak bola anak. Beranjak dari sana, setiap musim Pemilihan Umum baik Legislatif, Presiden dan Kepala Daerah, untuk menikmati hangatnya berita-berita adalah hal yang wajib, selalu saja saya mendapat kepercayaan sebagai bagian dari Komisi Pemilihan Umum atau Individu yang berjuang di jalan politik. Sedikit catatan, pada dasarnya politik itu baik, namun karena terperdaya oleh orang-orang kotor yang berada di dalamnya, hingga akhirnya politik dipandang sebagai perkara yang kotor. Inilah Universitas sesungguhnya, inilah kehidupan yang diwariskan kepada generasi kami yang harus kami perbaiki.

Langkah-langkah kecil telah membawa saya ketempat esini, menuntut ilmu di salah satu Universitas terbaik Rusia. Upgrade dari UIN Jakarta, terbang ke HSE Moscow. Berbagai aktivitas baru sedang saya coba, sebagian telah saya pikirkan namun ternyata banyak hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Tinggal di luar Indonesia memaksa saya menjadi pribadi tangguh. Hidup di Rusia memang berat secara lahir dan batin, tidak salah saya mengutip Andrea Hirata, Jika kamu berhasil bertahan hidup di Russia maka kamu akan mampu bertahan Hidup dinegara manapun. Di Kota Moscow ini, bisa mengakrabi sesama mahasiswa Indonesia yang hanya berjumlah tak lebih seratus namun dengan prestasi dan menginspirasi menjadikan diri ini malu. Belum lagi bersama mahasiswa asing dan warga asing lainnya yang membuka mata betapa pentingnya memahami bahasa dan budaya lokal serta memiliki koneksi dan pemikiran global. Walaupun berbagai hal menyenangkan disajikan di Rusia ini, dimalam hari saya merenung menyadari betapa Negeri Indonesia tercinta sangatlah berharga. Dalam nyanyian Rayuan Pulau Kelapa“Tanah airku Indonesia, Negeri elok amat kucinta, Tanah tumpah darahku yang mulia, Yang kupuja sepanjang masa” air mata kadang menetes, saya bertekad masih banyak Sukses Terbesar Dalam Hidupku yang akan tiba di tahun-tahun mendatang. Sukses Indonesia.