Cari Blog Ini

Mahasiswa Ikatan Dinas (Mahid) Uni Soviet, angkatan 1964

Di Rusia ada fashion brand dengan nama Jawa.


http://www.sudaryanto.ru/ 
Desainer Jawa-Moscow bernama Tatiana Sudaryanto yang terkenal di Eropa ini merupakan puteri dari Profesor yang fasih berbahasa Jawa, Indonesia dan Rusia. Beliau adalah Profesor Sudaryanto, Kami melakukan diskusi dengan beliau di Kerajaan Donskaya pada senin 07 Maret 2016. 

Siapakah Prof Sudaryanto ? 
Kami mengadakan bincang-bincang dengan salah satu mahasiswa ikatan dinas (Mahid) angkatan 1964. Namanya Profesor Sudaryanto, warga asli Indonesia yang kini menjadi warga negara Rusia. Sudah lebih dari 40 tahun dia tercatat sebagai warga negara Rusia. Namun kecintaan terhadap Indonesia tak pernah luntur. 


Bagaimana riwayat Bapak bisa ke Rusia? 
1964, Setelah lulus dari Jurusan Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang, Bapak bergabung bersama ribuan mahasiswa Indonesia lainnya menuntut Ilmu di Rusia, melanjutkan kuliah di Universitas Koperasi Moskwa. Pada saat itu Mahasiswa Indonesia sudah mempunyai organisasi sesuai dengan donor beasiswanya, sebagian berasal dari Pemerintah, Partai atau lembaga. Di Moskow sendiri mereka berorganisasi lagi dengan minat masing-masing. Misalnya ada mahasiswa yang percaya model Sosialis Komunis ala Soviet, Tiongkok, Spanyol atau Latin. 
Petaka terjadi pada 1966. Sebuah surat resmi datang. Paspor saya dicabut. Dengan itu, maka saya menjadi seorang tanpa warga negara (stateless). Pemerintah saat itu melakukan screening terhadap WNI di Uni Soviet. Ada tiga golongan hasilnya, mereka yang bergerak loyal kepada pemerintah yang baru, bergerak netral atau beregerak sosialis.
Bayangkan Duta Besar saat itu, Bapak Subandrio dan sejumlah Diplomat pada saat itu dipulangkan dan dihukum. Untuk Kita Mahasiswa banyak yang menjadi stateless, Sebagian pulang ke Indonesua, sebagian pergi ke Belanda karena belanda mengakui kewarganegaraan bagi mereka yang lahir di Hindia Belanda dan sebagian lainnya tetap belajar di Rusia.

“Indonesia 1966, telah melepas calon ahli dan memotong perkembangannya”

Bagaimana bapak berkomunikasi dengan keluarga sebagai Stateless?
Waktu itu berkomunikasi amat susah. Menelepon dan menyurati keluarga dari Uni Soviet sama saja membawa keluarga penerima di Indonesia masuk penjara. Sekalipun bisa, kita harus menyampaikan surat dari Belanda. Hal ini terus berlanjut hingga Era Presiden Gusdur dan Bapak Sudaryanto baru bisa pulang pada tahun 2000.


Pengalaman bapak ketika Uni Soviet?
Kami lewat KBRI itu takut, ada yang bilang tidak boleh. Saudara saya yang bekerja di KBRI tidak boleh terlihat jalan berbarengan. Kalau mau main harus main rahasia. Di Televisi, Radio dan media Uni Soviet hanya menyebutkan Indonesia dalam kondisi darurat. Hubungan diplomatic dibatasi, tidak ada hubungan baik antara Indonesia dan Rusia namun disini tidak ada pula gerakan anti Indonesia.
Meski begitu tidak membenci Indonesia, kita harus fair, karena kita tidak ada yang tahu bagaimana keadaan Indonesia bila saat itu tidak ada orde baru. Coba Siapa yang tahu ??

Pengalaman bapak ketika Uni Soviet berubah menjadi Rusia?
Tahun 89an Bapak masih stateless dan tidak ada masalah. Kami tidak ikut campur masalah unisoviet atau rusia. Menjadi stateless di rusia tetap mendapat kerja, fasilitas sama seperti warga rusia meski tanpa uang pensiun. Pada masa Komunis kami mendapat kartu yang sama untuk membatasi pembelian makanan tiap minggunya.
Namun ketika Rusia berdiri saya akhirnya memilih menjadi warga negara Rusia.

Kenapa bapak memilih menjadi Warga Negara Rusia?
Karena saat itu bapak sudah memasuki usia senja, tidak masih seusia kalian. Bapak punya keluarga disini, dinikahi oleh warga Rusia. Syarat dan ketentuan untuk menjadi WNI saat itu lebih sulit.

Kembali lagi, Pengalaman bapak ketika Uni Soviet berubah menjadi Rusia?
Ada hal serupa yang Saya tangkap pada tahun 55 dalam pemilu pertama di Indonesia, 91 di Rusia dan 98 di Indonesia. Meledaknya Euforia. Satu hal menarik, pada tahun 1991 ada orang Rusia yang menjadi stress karena mengetahui kebohongan propaganada pemerintah. Ada anggota Politbiro yang bunuh diri. Ada kekacauan manajerial karena banyak produk asing dan baru.
Saat itu, terlihat karakter Rusia sebagai warga negara Pelaksana, bukan pemikir dan pengambil keputusan.
Disini juga peluang untuk kita, Rusia adalah negara multi nation, multi culture kenali kurangnya itu jadi peluang.

Bagaimana nasehat bapak untuk kami Mahasiwa muda.?
Saya kuliah di perpustakaan itu ala kerja, berangkat pagi pulang petang. Ikut organisasi mahasiswa (KAMUS dan KAMI) dan berkarya melalui musik indonesia, waktu muda saya ikutan musik di kafe. Mahasiswa kalau sudah kumpul pasti ada Organiasasi dan Bicara Politik.
Lihat ini, Saya mendapat penghargaan dari Rusia dan Indonesia.
Setiap Masalah ada penyelesaiaanya, lorong paling gelap sekalipun ada bagian terangnya. Ingat, Putus asa adalah penyelesaian paling mudah dalam setiap masalah. Kalian adalah wakil bangsa, jangan kehilangan rasa Indonesianya.
Bapak masih berkarya untuk Indonesia melalui Diaspora Indonesia, Silaturahmi Anak Bangsa dan organisasi Alumni.

Bagaimana kisah ketika bapak kembali ke Indonesia pada tahun 2000?
Pertama datang ke indonesia dengan anak saya, saya kaget, sudaryanto 1960an kini berada di Indonesia tahun 2000. Rasa tidak percaya, haru, sedih dan gembira langsung kecampur. Makanan pertama yang saya cicipi, Saya mampir ke warung sate Bakar.
Di Malang, banyak keluarga yang sudah tidak kenal, Kakak dan Ibu sudah meninggal dan paling lucu melihat anak-anak kecil yang merupakan keluarga. Sampai kini, Saya tetap tanamkan keindonesiaan ke anak n cucu lewat cerita Indonesia. Seni budaya, keramahan dan kesopanan.
Intinya bagaimana kita melihat Indonesia, yang kita dapatkan itu adalah yang kita inginkan. Anak saya ketika di Indonesia memborong berkoper-koper batik untuk Pameran di Eropa dan sukses.
Meski dahulu sebagai stateless dan kini berpaspor Rusia, saya cinta Indonesia, Saya tidak pernah memakai Nama dan identitas lain.

0 komentar:

Posting Komentar