Cari Blog Ini

Menyederhanakan persoalan itu bukan persoalan sederhana

Pada hari kamis tanggal 29 sept 2016, home staff KBRI Moscow dan sejumlah mahasiswa mengikuti diskusi ilmiah Pengamat Militer Indonesia Prof. Salim Said. Berikut rangkuman diskusi malam itu :

Sesi Pandangan Umum
Pak Susanto teman sebangku saya, dan Pak Hamid teman sekampung saya pernah tinggal di rumah ini (Wisma Duta Besar Moscow), tapi saya belum sempat mampir.
Kenapa Saya tertarik Rusia,
1. Karya sastra Rusia dan film Rusia amat menarik, bahkan sebagai kritikus film, saya kesini mencari film hamlet versi Rusia 
2. Di Ohio, saya mengambil Phd dengan spesialis perubahan social Russia, Jepang, Turki dan Indonesia
Skripsi saya menulis sejarah social film Indonesia, kemudian hingga disertasi berkembang menjadi perubahan militer Indonesia, buku-buku saya tidak terbit di Indonesia tetapi di singapura. Misalnya, Saya menulis fakta bahwa Sukarno menjadi presiden seumur hidup itu bukan pribadi dari Sukarno, namun dari AD.
Saya menulis tentang militer Indonesia dari Pak Dirman hingga pak SBY. Kini di Universitas Pertahanan, Saya dan Pak SBY menjadi guru besar.
Murid saya banyak, sudah menjadi jenderal, kadang tidak inget, karena dahulu di kelas itu tentara bila pakai seragam sama saja mukanya.

Foto : Bapak Nanang Fadillah KBRI Moscow


Sesi Tanya Jawab

1. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, bagaimana pendapat Bapak mengenai Pendidikan sejarah di Indonesia yang mencemaskan ?

Di Rusia dulu ada kremlinologi, dahulu penting karena dari sebuah upacara di kremlin bisa dilihat perkembangan Uni Soviet, sekarang hilang kremlinologi itu. Kenapa hilang ilmu Soviet itu ? karena sejarah memang ditulis oleh pemenang.
Saya tulis mengenai Sukarno-Aidit-Suharto, Gestapu 65 dan itu terbit di Indonesia. Sekarang sudah baik dengan banyak penulis sejarah yang menyuarakan pendapatnya. Harus objektif, namun memang dalam sejarah tidak bisa seperti matematika, yang jelas mari menulis kembali untuk perubahan ! 
Sebenarnya bukan sejarah yang mencemaskan, tetapi pengajaran Bahasa dan Sastra, inilah yang mencemaskan. “Kalo salah, ga masalah, tapi kalo ga ngerti, tidak bisa dimengerti”

2. Keberadaan PKI di Negera Indonesia

Aidit pernah berdebat dengan ideolog soviet, Mikhail Andreyevich Suslov, dia bilang ke Aidit bahwa bila Indonesia mengikuti langkah Cina, saya membantu Cina menghancurkan PKI”. Kalo di lihat lebih jauh memang PKI saat itu ikut dalam persaingan Sino-Soviet.
Saya kira, sedikit demi sedikit arsip mulai terbaca, USSR, Cina, AS tidak banyak ikut campur sebelum GESTAPU. Namun setelah GESTAPU AS jelas memainkan peran yang besar. Yang berperan penting disini Sukarno, bukan ke Suharto.

3. Pendapat mengenai bermulanya Dekrit 5 Juli 1959 dan Surat Perintah Sebelas Maret 1966

Dekrit 5 Juli 1959 dikeluarkan ketika Parlemen yang korup dan susah sepakat membuat Sukarno dan Nasution Marah. Sistem Presidential namun praktiknya Parlementer. Dimensi politik setelah dekrit ini melumpuhkan partai-partai. Yang tersisa memang PKI, disamping Sukarno dan AD
Sukarno membangkitkan lagi pemikiran NASAKOM yang telah ia pikirkan sejak usia 26 tahun. Namun yang ia bangkitkan saat itu memang dimensinya sudah terbawa dalam suasana Perang Dingin. 
Kedua, mengenai SUPER SEMAR 1966
Ada namanya Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir, dia adalah kunci supersemar karena berhasil meyakinkan sukarno menandatangani supersemar. M Jusuf ini merupakan orang dekat hingga sempat menjadi saksi nikah bung karno. M jusuf menenangkan sukarno dan memberi jalan pada Suharto.
Dokumen ini ada tiga lembar, di potret dalam kamera polaroid, namun tiba-tiba hilang, dokumen itu binasa. Ini biasa, tahun 1967 surat ini masih ada di Maraden Panggabean.
Bahkan, BPPKI naskah pidatonya hilang di tangan Arnold Toynbee. Hilang dokumen itu sudah biasa bagi sejarah Indonesia.

4. Komunisme bangkit kembali

Komunisme itu bangkrut karena ga bisa memberi jawaban atas tantangan. Bahkan di Rusia dan Cina sekalipun. Namun, bukan tidak mungkin hal baru berkembang, karena tantangan itulah yang melahirkan perubahan.
Nasution pernah bilang kemiskinan itu sarang PKI. Kadang memang ekonomi menjadi pokoknya, apakah Clash of Civilization itu bukan soal ekonomi ??
Untuk Komunisme atau gerakan kekiri-kirian bangkit lagi, yah mungkin bisa bila orang-orang sekitar 70 tahun mau membangkitkannya.

5. Kebenaran sejarah Nasional yang sudah tertanam di sekolah

Kita harus belajar membaca, tiada Profesor yang bisa beri resep, tanamkan, tidak ada rencana pembunuhan yang ada hanya kecelakaan. 

“Menyederhanakan persoalan itu bukan persoalan sederhana”


Bonus, kata mutiara dari Bapak Duta Besar Wahid Supriyadi

"Saya Optimis karena saya dibayar untuk optimis, para akademisi kritis karena dibayar untuk kritis"

0 komentar:

Posting Komentar