Cari Blog Ini

BAIK DAN BURUK, KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB DAN HATI NURANIv

  1. PENDAHULUAN BAIK DAN BURUK

Perbuatan manusia ada yang baik dan ada buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal atau membedakan, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah.

Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan , cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup dan sebagainya.

Di dalam Ilmu Akhlak (etika), kita akan berjumpa dengan istilah-istilah benar dan salah serta baik dan buruk. Apakah prinsip yang kita gunakan benar atau salah. Apakah kebiasaan yang kita perbuat baik atau buruk.


  1. BENAR DAN SALAH
  1. Pengertian Benar dan Salah

Pengertian benar menurut etika ialah hal-hal yang sesuai dengan peraturan-peraturan, sebaliknya, salah ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

Secara subyektif "benar" di dunia bermacam-macam, benar menurut Ilmu Hitung berlainan dengan menurut Ilmu Politik, benar menurut logika berlainan dengan benar menurut dialektika, benar menurut seseorang berlainan dengan menurut orang yang berbeda dan sebagainya.

Secara objektif "benar" di dunia hanya satu. Tidak ada benar yang bertententangan, Apabila ada dua hal yang bertentangan, mungkin salah satunya yang benar atau kedua-duanyalah dan bisa jadi yang benar belum disebut dalam pertentangan itu.

  1. Peraturan Sebagai Sarana

Peraturan dibuat untuk mencapai sesuatu yang dinamakan "benar". Peraturan di dunia ini sangat bermacam-macam dan berlainan, bahkan ada yang saling bertentangan. Semua peraturan yang dibuat adalaha hasil akal-pikiran manusia, sedangkan kebenaran di dunia bila berdasar akal-pikiran manusia akan kembali kepada satu kata relatif.

Untuk mencapai "benar", maka kebenaran mesti bersifat objektif, kebenaran objektif ini adalah kebenaran pasti dan tunggal, kebenaran ini didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh Yang Maha Satu, Yang Maha Mengetahui serta Yang Maha Benar. Hal ini dapat kita ketahui dari Q.S Al-Baqoroh 2:147 :



"Kebenaran adalah dari Rabb-mu dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang ragu" .


  1. BAIK DAN BURUK
  1. Pengertian Baik dan Buruk

Pengertian "baik" menurut etika adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya, yang tidak berharaga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan, atau menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah "buruk" .

Konsep Subjektifitas dan Relatifitas dalam baik dan buruk adalah serupa seperti konsep Subjektifitas dan Relatifitas dalam benar dan salah. Hanya dalam konsep Objektifitas memiliki perbedaan, secara objektif ukuran baik dan buruk adalah sama yakni mengarah kepada tujuan akhir, meskipun tujuan setiap individu atau golongan berbeda-beda, tetapi tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik atau bahagia.

Tujuan dari masing-masing individu walaupun berbeda-beda semuanya akan bermuara pada satu tujuan yang dalam ilmu etika disebut "kebaikan tertinggi", yang dengan istilah latinnya disebut Summum Bonum atau baha\sa arabnya Al-Khair al-Kully. Kebaikan tertinggi ini bisa juga disebut kebahagiaan yang universal atau universal happiness.

Allah berfirman:




"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya maka berlomba-lomba kamu ( dalam membuat ) kebaikan".

(QS. Al-Baqarah 2:148)

Di dalam Akhlak Islamiah, antara baik sebagai tujuan akhir harus segaris dengan baik sebagai sarana, alat, cara atau tujuan sementara mencapainya.

  1. Penentuan Baik dan Buruk

Sejalan dengan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawiatna dalam Etika Filsafat Tingkah Laku sangat rapat pada pandangna filsafat tentang manusia dan ini tergantung dari metefisika pada umumnya. Menurut Poedjawijatna penilaian baik dan buruk berdasarkan enam (6) pandangan filsafat yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme. Sementara menurut Asmaran As dalam Pengantar Studi Akhlak, penilaian bak dan buruk berdasarkan emapat (4) aliran filsafat yaitu sosialisme, hedonisme, intuisisme dan evolusi.

Dalam makalah ini akan kami jelaskan secara singkat mengenai jaur pemikiran sosialisme, hedonisme, intuisme, utiliterianisme, vitalisme, religiosisme dan evolusi.

1. Sosialisme

Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat. Pandangan berdasar adat istiadat di namankan pandangan sosialisme karena berdasarkan manusia yang saling bersosialisasi. Mengenai hal ini Poedjawijatma berkomentar :

"…Adat istiadat timur dan barat misalnya berbeda. Kita tidak punya hak untuk menghukum adat yang ini buruk dan yang itu buruk, tetapi yang dapat dikatakan adalah bahwa adat itu sukar dijadikan ukuran umum, karena tidak umumnya itu…"

2. Hedonisme

Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasaan nafsu biologis. Pandangan ini pertama kali diutarakan oleh Filosof Epicurus (341-270 SM) dari Yunani Kuno, lalu dikembangkan oleh Cyrecnics dan ditumbuh kembangkan di dunia modern oleh Freud.

3. intuisisme

Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan intuisi, insting batin atau kata hati. Aliran ini disebut juga aliran Humanisme. Penentuan baik buruk perbuatan menurut aliran intuisme dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlaq, diantaranya ialah Murthadha Muthahariri yang berpendapat berdasar dalil Q.S Asy-Syams ayat 7-8 bahwa ia menulis dalam bukunya Falsafah Akhlak sebagai berikut:

"Etika tidak emosionlistik seperti dalam falsafah etika Hindu dan Kristen. Juga bukan rasional dan berdasarkan kehendak yang dikatakan filosof. Tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi"

4. Utiliterianisme

Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan utility atau daya guna. Pandangan ini terlalu ekstrem diinterpretasikan dalam masa sekarang dan berkembang menjadai pandagan materialistic. Contohnya ialah dititipkannya para manula (manusia lanjut usia) kepada panti jompo di beberapa Negara maju.

5. Vitalisme

Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan pencerminan kekuatan menaklukan hidup manusia. Paham inilah yang dipraktekan para feodalisme pada kaum lemah. Kini paham ini telah tergeser oleh pandangan demokrasi.

6. Religiosisme

Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan kehendak Tuhan dalam keyakinan Theologis. Meskipun dianggap piling baik namun aliran ini masih menjadi batu loncatan pemikiran para ahli karena aliran ini belum bersifat umum dan objektif.

7. Evolusi

Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan kesenangan dan kebahagiaan. Sedangkan kesenangan dan kebahagiaan ini berkembang berdasarkan evolusi atau perubahan apa adanya kepada kesempurnaan. Pendapat ini berlaku pada hal yang fisika (tampak) seperti tumbuhan hewan, dan manusia serta yang meta fisika (ghaib) seperti akhlak dan moral.

Tokoh central dalam teori ini ialah Charles Darwin (1809-1882). Dia memberikan penjelasan tentang paham ini dalam buknya The Origin Of Species, dikatakan bahwa perkembangan ala mini berdasarkan oleh ketentuan-ketentuan berikut:

  1. Ketentuan alam (selection of nature)
  2. Perjuangan hidup (struggle for life)
  3. Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fit test)

Inilah yang disebut hokum alam dan ini pulalahyang menjadi pokok penentuan baik dan buruk dan terus berkembang sesuai dengan waktu.

  1. Baik dan buruk menurut ajaran Islam

Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Quran yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam ajaran islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar.

Menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran dan Al-hadits. Jika kita perhatikan Al-Quran dan alhadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula istilah yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah,thayyibah,khairah,karimah,mahmudah,azizah dan al-birr.

Adanya berbagai istilah dalam Al-qur'an ini menunjukan bahwa Al-Qur'an dan Hadits menunjukan bahwa sesuatu yang baik menurut islam jauh lebih lengkap dan kompherensif dibandingkan arti baik dalam arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.


  1. KEBEBASAN

Kebebasan erat kaitannya dengan kesusilaan. Maka tidak ada fungsinya memuji atau mencela seseorang atas suatu perbuatan apabila dia dalam suatu perbuatan "tidak bebas". Dalam keadaan tertekan (tidak bebas), manusia tidak mungkin akan menjadi makhluk yang merdeka dan karena kebebasan inilah manusia dapat melakukan kesalahan.

Kesalahan yang paling berat dari manusia adalah menyerahkan kebebasannya. Bentuk paling buruk dari kesalahan adalah membuatkan diri untuk terperangkap dalam keburukan. Perbuatan seseorang akan bermakna apabila yang bersangkutan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, maka kesimpulanya adalah orang yang dapat dimintai tanggung jawab adalah orang yang memiliki kebebasan.

Manusia dikatakan bebas apabila ia terikat pada norma-norma. Apabila ia tidak mengakui hal itu maka ia tetap tidak bebas, karena dikuasai kecendrungan dan senantiasa dipengaruhi dan terikat pada hokum yang lebih tinggi dan tidak sempurna.

Norma tidak memaksa manusia, sebaliknya, norma memberikan kebebasan kepadanya. Manusia bebas untuk menerima atau tidak menerima norma. Meskipun demikian, kebebasan merupakan kenyataan yang begitu pentingnya, sehingga tegak runtuhnya kesusilaan tergantung pada pengakuan atau pengingkaran atas kebebasan.

Inilah ungkapan kebebasan yang perlu kita renungkan, "und das Gesetz nur kaum uns Freiheit Geben", artinya, hanya hukumlah yang dapat memberikan kebebasan (Gothe) dan "Kebebasan yang sejati memperhatikan hokum" (Jacques Perk). Dan inilah ungkapan senada mengenai Kebebasan berdasarkan Al-Qur'an.



"Katakanlah kebenaran datang dari Rabb-mu. Siapa yang mau percayalah ia, siapa yang mau janganlah percaya"

(Q.S Al-Kahfi 18;29)



"Buatlah apa yang kamu hendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat"

(Q.S Fushilat 41:40)


  1. TANGGUNG JAWAB

Sikap moral yang dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Disinilah letak hubungan tanggung jawab dan kebebasan. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola pikir berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran, bukan instingtif.

Dengan demikian tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Dari patokan ini maka menjadi jelaslah misalnya, orang yang membuat anarki disebut orang yang tidak bertanggung jawab.


  1. HATI NURARI

Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan.

Karena sifatnya yang demikian maka hati nurani harus menjadi salah satu pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak membelenggu hati nuraninya karena hakikatnya hal itu ialah merugikan secara moral.


  1. HUBUNGAN KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB,

    HATI NURANI dan AKHLAK

Perbuatan berakhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja dan bebas. Disinilah letak hubungan akhlak dan kebebasan. Akhlak juga harus dilakukan atas kemauan sendiri dan bukan paksaan. Perbuatan seperti ini disebut perbuatan yang bertanggung jawab. Disinilah letak hubungan akhlak dan tanggung jawab. Terakhir, Perbuatan akhlak juga harus muncul dari keikhlasan hati yag melakukanya dan dapat dipertaggung awabkan kepada hati sanubari, maka disinilah hubungan akhlak dan hati nurani.





0 komentar:

Posting Komentar