Cari Blog Ini

St Austin

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, Pengusa segala kerajaan seluruh alam di langit dan bumi, Shalawat dan Salam tetap tercurah kepada Rasullallah Muhammad SAW.
Review Book, Santo Augustinus, Biografi, Filosofi dan Pemikiran Negara adalah makalah yang kami angkat sebagai bahan pemenuh program mata kuliah pemikiran Politik barat, kami termasuk kelompok pertama dan mengambil tema Negara dan kekuasaan dalam pemikiran Kristiani..
Kami sampaikan rasa terima kasih yang sangat luas kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu. Kepada Bapak Dosen Adian firnas S.I.P, M.Si, kepada pihak perpustakaan utama dan kepada kawan-kawan Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, dalam Book review ini kami berusaha menginti sarikan buku dengan judul sama “Pemikiran Politik Barat” karya Dr. Firdaus Syam dan Ahmad Suhelmi, sehingga tidak disisipkan catatan kaki.
Semoga makalah ini bermanfaat, mengutip Confessiones St. Augustinus,
“Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Allahku, dan hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam Dikau.”
Kami meminta maaf serta mengucap terimaksih, Semoga kita mendapat ridhoNya.

Jakarta, Oktober 2009


KELOMPOK PERTAMA



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I MASYARAKAT BARAT, MASYARAKAT KRISTIANI 1
II YESUS DAN PEMIKIRAN POLITIK KRISTIANI AWAL 1
III BIOGRAFI SANTO AUGUSTINUS (354-430) 2
IV FILOSOFI SANTO AUGUSTINUS 3
V PEMIKIRAN SANTO AUGUSTINUS MENGENAI NEGARA 4

I. Masyarakat Barat, Masyarakat Kristiani

Salah satu fase penting dalam proses pembentukan peradaban barat adalah abad pertengahan. Para sejarawan menilai abad ini sebagai fase sejarah Eropa yang kelam, dipenuhi pertumpahan darah karena perang antar agama, abad anti-intelektualisme dan abad maraknya tahayul serta irasionalisme.
Meskipun demikian, patut dicatat bahwa di abad ini Eropa juga telah merintis jalan bagi terbentuknya suatu peradaban. Yaitu ketika mulai dibangunnya unversitas-universitas katebral Gothic, kota-kota baru, parlemen-parlemen, diberlakukannya common law, serta tumbuhnya beberapa Negara Bangsa (Nation State). Peristiwa historis ini tak lepas dari peranan para pemuka agama Kristen.
Organisasi gereja yang telah berkembang sejak agama Kristen diakui sebagai agama Negara dikekaisaran imperium Romawi, juga mempunyai peran penting dalam sejarah peradaban Eropa. Organisasi gereja merupakan ‘elan vital’ abad pertengahan, arti pentingnya berkembang sejak abad-abad pertama dan telah berhasil menstrukturisasi masyarakat Eropa menurut pola organisasi gereja. Maka, tidak mengherankan bila masyarakat barat sering diidentikan sebagai masyarakat Kristiani selama berabad-abad.

II. Yesus dan Pemikiran Politik Kristiani Awal

Yesus lahir dan beranjak dewasa dalam sebuah struktur sosial dengan kelas-kelas sosial bervariasi. Saduki adalah kelas sosial atas yang memiliki harta kekayaan melimpah dan minoritas. Meskipun demikian, kelas ini tidak tergolong kelas aristokratik karena adat mereka yang kasar. Dibawah itu ada Parisi, yang termasuk kelas menengah (midle class), bersahabat, berwatak urban dan sebagian memiliki watak revolusioner. Kelas ketiga Am Ha-aretz, kelas inilah yang terbawah dalam struktur sosial. Terdiri dari kaum tani, buruh kasar, lumpen ploretariat, nama lain dari kelas ini adalah Kaum Essena. Yesus memperoleh dukungan penuh dari kelas tertindas ini. Dan inilah salah satu inti kekuatan Yesus diawal kariernya menyebarkan agama tuhan.
Yesus kristus memiliki visi politik dan kenegaraan. Ucapan Yesus mengenai ‘Kerajaan Tuhan’(Kingdom of God), seperti yang diajarkan Yohanes Sang Pembaptis dan terdapat dalam perjanjian baru, maupun kematiannya dikayu salib karena dituduh melakukan makar politik terhadap kekuasaan imperium Romawi dengan menganggap dirinya Raja orang-orang Yahudi, membuktikan visi politiknya.
Adalah paulus pengikut Yesus yang menandai suatu turning point dalam sejarah Kristen, karena dengan formulasi teologis dari paulus, ajaran Kristus diterima secara luas oleh berbagai kelas sosial. Dibidang teologi Kristiani, paulus telah melakukan modifikasi besar-besaran terhadap doktrin Yesus, yang menyebabkan ajaran kristiani awal yang bersifat yahudi berubah menjadi kristologi Paulus. Sejarawan Max Dimont mencatat perbedaan fundamental antara Yesus dan Paulus, orang-orang Kristen awal percaya Yesus adalah manusia yang dianugerahi atribut ketuhanan setelah kebangkitannya dari kubur. Bagi paulus, Yesus adalah manusia dan menjadi tuhan sebelum kelahirannya ke dunia. Bagi orang-oarang Kristen awal Yesus adalah Mesia, sedangkan Paulus mengajarkan Yesus sebagai penebus dosa-dosa manusia. Yesus mengajarkan bila ingin mencintai tuhan, hendaklah mencintai manusia, Adapun Paulus mengajarkan untuk mencintai kristus, seseorang harus menyatukan dirinya dengan kristus.
Di abad selanjutnya, ajaran Paulus dan Yesus kemudian dikembangkan oleh Bapak Gereja (fathers of the church). Doktrin politik Bapak Gereja inilah yang mendominasi abad pertengahan dan mewarnai sejarah politik Barat. Diantara Bapak para Bapak Gereja abad pertengahan ialah Santo Augustinus dan Thomas Akuinas.

III. Biografi Santo Augustinus (354-430)

Aurelius Augustinus lahir di Tagaste, Numidia (Tunisia) 13 November 354 M. Ayahnya Patricius penganut Paganisme, dan ibunya Monica penganut Katolik yang taat. Ketika menginjak dewasa Augustinus manganut ajaran Spiritualisme yang berbeda dengan kedua orang tuanya, yaitu Manikeisme, ajaran ini berkeyakinan bahwa dalam kehidupan ini selalu terjadi konflik permanen antara penguasa terang dengan penguasa kegelapan. Manikeisme juga menolak gagasan tentang dosa dalam agama Kristen.
Augustinus selalu mendambakan kebenaran hakiki dan selalu berusaha mencarinya. Penggambaran intelektual spiritual Augustinus ini mirip dengan pengalaman mistikus Islam, Imam Ghozali. Sejak 370 M, sejarah mencatat Augustinus hidup bergelimang dosa, empat belas tahun bersama wanita tanpa menikah, Augustinus sendiri menulis Adeodatus, adalah anak dan buah dosanya.
Tahun 383 M ia pergi ke Roma dan Milan. Di Milan ia menjadi guru serta meninggalkan Manikeisme, ia menemukan kebenaran dari ajaran pemikir Yunani. Lalu Plato dibandingkan Aristoteles memiliki pengaruh khusus terhadap Augustinus. Falsafah idealisme Plato sangat mempesonanya. Itulah sebabnya Augustinus kemudian menjadi seorang Neo Platonis.
Dalam proses pencarian kebenaran dan makna hidup hakiki, ia bertemu dengan Santo Amrosius. Santo Amrosisus adalah seorang Bishop (teolog) di kota Hippo, St. Amrosius memiliki prinsip-prinsip politik yang tegas, misalnya menegaskan Paus dan gereja memiliki supremasi politik yang lebih tinggi dari para kaisar. Dibawah pengaruh Ambrosius inilag Augustinus sadar dan bertobat April 378 M, ia memeluk agama katolik.
Augustinus kemudian menjadi ‘Pelayan Tuhan’ dan diangkat menjadi Bishop di Hippo. Ia sangat aktif menyebarkan perkabaran Al-kitab dan menulis berbagai persoalan teologis, social, politik, etika kristiani dan bahkan menulis biografinya. Dari kegiatan itulah lahir karya-karyanya. Tiga karya utama St. Augustinus ialah De Civitate Dei (City of God / Kota Tuhan), Confessiones (The Confessions / Pengakuan-pengakuan) dan De Trinitate (Trinitas).

IV. Filosofi Santo Augustinus

Bagi St. Augustinus kejatuhan Roma memberikan inspirasi yang kaya untuk penulisan karyanya terutama The Civitate Dei. Buku ini berisi asal muasal masyarakat politik, hubungan pemerintahan sipil dengan hukum tuhan, hukum alam dan keadilan juga persyaratan kualitas seorang penguasa Negara serta kaum oposisi, penguasa tiran, termasuk sikap orang-orang kristiani terhadap perbudakan dan kemiskinan.
Terdapat dua peristiwa historis ’dramatis’ yang disaksikan dan mempengaruhi tokoh ini dalam menuliskan pemikirannya : pertama, kejatuhan Roma ketangan Barbar Visigoth dan Alarik tahun 410 M, kedua, diterimanya agama Kristiani, melalui dekrit politik Kaisar Theodosius, menjadi agama resmi imperium Romawi 393 M.
Bukunya yang berjudul Kota Tuhan ditulisnya untuk melindungi agama Kristiani terhadap serangan orang-orang kafir yang menuduh bahwa agama Kristianilah yang menyebabkan kemunduran kekuasaan Roma, terutama berkaitan dengan dihancurkannya kota Roma oleh Alarik pada tahun 410 M.
Kejatuhan kota Roma membawa dampak luar biasa bagi Imperium Romawi, lalu timbul tuduhan negatif rakyat dan sebagian penguasa Imperium terhadap agama Kristiani. Anggapan bahwa kejatuhan Roma disebakan oleh dewa-dewa yang marah karena dikhianati dengan diterimanya Kristiani menjadi agama resmi terus berkembang. Tuduhan ini dibantah oleh St. Augustinus melalui karyanya De Civitate Dei, ia menganalogikan Negara, Imperium dan masyarakat ibarat manusia, dapat lahir, berkembang, matang dan mengalami kehancuran.
Menurut St. augustinus kejatuhan Roma memiliki basis teologis dalam sejarah. Berdasarkan kajian yang dilakukannya terhadap berbagai peristiwa dalam perjanjian baru (the new testament), ia berpendapat bahwa cikal bakal kejatuhan itu telah ada jauh sebelum Imperium Romawi, yakni dengan terjadinya kejatuhan Adam, manusia pertama dan nenek moyang segala bangsa dari surga. Adam mewariskan semua, kejatuhan anak cucunya serupa seperti yang dialami Adam. Semua ini disebabkan oleh sikap egoisme, rakus serta pelanggran terhadap perintah tuhan yang dilakukan Adam.
Dalam kurang dari 13 tahun Santo Augustinus menyelesaikan 22 karya yang meliputi 10 buku berisi sanggahan dan jawaban terhadap pertanyaan sekitar kehancuran Roma dan 12 buku mengenai manusia dan masyarakat. Pangkal Pemikiran St. Augustinus bersifat teologis dan filsafati. Tidak dapat disangkal bahwa ada pengaruh Neoplatonisme. Sebagian anggapan Plato dengan sadar diambilnya karena sesuai dengan gagasan Kitab Suci. Bagi St. Agustinus sumber segala kebenaran adalah Kitab Suci, maka akal manusia harus ditaklukan dengan kitab suci. Pikiran St. Augustinus inilah yang menguasai Eropa lebih dari 10 abad.

V. Pemikiran Santo Augustinus Mengenai Negara

St. Augustinus menganalogikan Negara ibarat tubuh dan jiwa. Tubuh tidaklah kekal dan memiliki dorongan hawa nafsu yang berhubungan dengan nafsu biologis yang dapat menyebabkan manusia lupa dan jauh dari tuhan dan bergelimang dosa. Doktrin dari Augustinus ini kebenarannya berabad-abad diberlakukan oleh Barat. Augustinus melihat bahwa wanita sebagai penyebar dosa, konsep hidup dalam biara dan tanpa nikah diinspirasikan juga olehnya. Pendapat inilah yang pada abad selanjutnya memicu reaksi keras khususnya di kalangan feminisme.
St. Augustinus membuat dua kategori bentuk Negara, yaitu Negara Tuhan (City of God atau Heavenly City) atau dalam bahasa Yunani Civitate Dei dan Negara Iblis (City of Man atau Earthly City) atau dalam bahsa Yunani Civitate Terrena juga Civitate Diaboli.
Negara Tuhan berdasarkan cinta kasih Tuhan yang bersifat immortal,merupakan faktor perekat yang mengintegrasikan Negara menjadi suatu kesatuan politik (political entity), kesatuan kepatuhan warga terhadap hukum-hukum Negara atas kesadaran kolektif. Negara Tuhan bersifat universal, tidak dibatasi territorial kebangsaan, suku, bahasa maupun waktu. Oleh sebab itu St. Augustinus percaya bahwa masyarakat atau Negara yang ideal seharusnya dibangun oleh umat Kristiani adalah semacam Negara persemakmuran Yunani. Unsur penting dalam Negara tuhan adalah perdamaian, hubungan positif dalam keharmonisan serta kerukunan.
St. Augustinus mengatakan :
“Taatilah negara sejauh ia tidak menghendaki yang bertentangan dengan kehendak Allah. Yang pertama bagimu hendaknya Ayah dan Ibu, lebih tinggi dari orang tua hendaknya kau junjung tanah air (patria). Apa yang orang tuamu perintah melawan tanah air jangan kau perhatikan atau apa yang tanah air perintah melawan Allah, itu pun jangan diperhatikan”.

0 komentar:

Posting Komentar