Kerjasama Mitigasi Bencana
Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dunia dan terletak pada sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara - Sulawesi, akibatnya, tanah air kita memiliki 128 gunung berapi aktif dan sekitar 150 sungai besar dan kecil. Bila lempeng tektonik bergerak maka akan menimbulakan getaran dan guncangan yang disebut gempa bumi, gempa bumi yang terjadi di bawah permukaan laut bisa memicu perpindahan badan air laut yang dikenal bencana Tsunami. Indonesia pernah dilanda dua bencana gempa dan tsunami yang mendunia. Pada tahun 1883, Gunung Krakatau meletus, tsunami terjadi dengan korban sebanyak 36 ribu jiwa dan pada tahun 2004, Gempa dan Tsunami melumat bumi serambi mekah dengan korban sekitar 170 ribu jiwa.
Bencana gempa dan tsunami yang mendunia kembali terjadi. Jepang porak-poranda diguncang gempa dan gulungan ombak setinggi 10 meter (11/3). Bencana yang dipastikan menewaskan 2.000 orang dan sedikitnya 10.000 orang hilang ini menjadi semakin darurat, meledaknya reaktor nuklir nomor tiga Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, menimbulkan ancaman radiasi nuklir.
Sejatinya pemerintah jepang telah memperkirakan kemungkinan gempa bumi dalam 30 tahun ke depan. Negeri Sakura membentengi 40 % garis pantai sepanjang 22.000 mil (35.405 km) dengan beton dan tanggul guna antisipasi gelombang tinggi, tsunami dan topan. Yoshiaki Kawata, seorang spesialis manajemen bencana di Universitas Kansai Osaka menuturkan terkait hancurnya benteng laut utara akibat tsunami, menurutnya benteng laut itu mampu mengurangi kekuatan tsunami, tapi yang kemarin itu sangat besar dan membuat kami memikirkan kembali strategi tersebut. Apa yang kini dikoreksi oleh pemerintah Jepang? Melalui Kementerian Pertahanan, Infrastuktur dan Pariwisata, mereka melakuakan penataan ulang benteng laut, sebab tsunami tidak menerjang tempat yang sama, program benteng laut yang merusak pemandangan laut ini harus dikurangi dan peninggian di lokasi strategis semisal PLTN harus dilakukan, mereka mengalokasikan dana benteng laut demi peningkatan latihan dan pendidikan evakuasi.
Inilah program mitigasi bencana, yakni usaha mengurangi resiko bencana melalui pembangunan fisik dan penyadaran peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan langkah penting bagi Indonesia, mari berkaca pada jepang, mengingat penanganan bencana di Indonesia masih lebih bersifat responsif (bertindak ketika bencana terjadi) belum sepenuhnya preventif (antispasi pengurangan risiko sebelum bencana terjadi).
Indonesia telah melakukan langkah baik peningkatan latihan dan pendidikan evakuasi dengan ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF-DiREx) 2011 di Manado, Sulawesi Utara (15/3). ARF sebagai satu-satunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) mengadakan kegiatan yang diikuti 3.500 relawan dengan melibatkan 20 perwakilan negara peserta, semoga kegiatan yang menyiapkan prosedur baku manajemen mitigasi bencana dan pemulihan bencana ini menghasilkan masukan strategis bagi Indonesia dan negara anggota ARF.
Bencana gempa dan tsunami yang mendunia kembali terjadi. Jepang porak-poranda diguncang gempa dan gulungan ombak setinggi 10 meter (11/3). Bencana yang dipastikan menewaskan 2.000 orang dan sedikitnya 10.000 orang hilang ini menjadi semakin darurat, meledaknya reaktor nuklir nomor tiga Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, menimbulkan ancaman radiasi nuklir.
Sejatinya pemerintah jepang telah memperkirakan kemungkinan gempa bumi dalam 30 tahun ke depan. Negeri Sakura membentengi 40 % garis pantai sepanjang 22.000 mil (35.405 km) dengan beton dan tanggul guna antisipasi gelombang tinggi, tsunami dan topan. Yoshiaki Kawata, seorang spesialis manajemen bencana di Universitas Kansai Osaka menuturkan terkait hancurnya benteng laut utara akibat tsunami, menurutnya benteng laut itu mampu mengurangi kekuatan tsunami, tapi yang kemarin itu sangat besar dan membuat kami memikirkan kembali strategi tersebut. Apa yang kini dikoreksi oleh pemerintah Jepang? Melalui Kementerian Pertahanan, Infrastuktur dan Pariwisata, mereka melakuakan penataan ulang benteng laut, sebab tsunami tidak menerjang tempat yang sama, program benteng laut yang merusak pemandangan laut ini harus dikurangi dan peninggian di lokasi strategis semisal PLTN harus dilakukan, mereka mengalokasikan dana benteng laut demi peningkatan latihan dan pendidikan evakuasi.
Inilah program mitigasi bencana, yakni usaha mengurangi resiko bencana melalui pembangunan fisik dan penyadaran peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan langkah penting bagi Indonesia, mari berkaca pada jepang, mengingat penanganan bencana di Indonesia masih lebih bersifat responsif (bertindak ketika bencana terjadi) belum sepenuhnya preventif (antispasi pengurangan risiko sebelum bencana terjadi).
Indonesia telah melakukan langkah baik peningkatan latihan dan pendidikan evakuasi dengan ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF-DiREx) 2011 di Manado, Sulawesi Utara (15/3). ARF sebagai satu-satunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) mengadakan kegiatan yang diikuti 3.500 relawan dengan melibatkan 20 perwakilan negara peserta, semoga kegiatan yang menyiapkan prosedur baku manajemen mitigasi bencana dan pemulihan bencana ini menghasilkan masukan strategis bagi Indonesia dan negara anggota ARF.
0 komentar:
Posting Komentar