Peranan dan pengaruh Kitaro : The Silk Road World Tour 2011 sebagai Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia
A. Judul Penelitian
Berakhirnya perang dingin telah mengakhiri semangat sistem internasional bipolar dan berubah pada multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan bernuansa militer (blok barat dan blok timur) ke arah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi diantara negara-negara di dunia ini. Pasca perang dingin ditandai dengan berakhirnya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah mempengaruhi isu-isu Hubungan Internasional (HI) yang sebelumnya fokus pada isu-isu high politics (isu politik dan keamanan) kepada isu-isu low politic (misalnya kebudayaan, hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup dan terorisme).[1]
Studi Hubungan Internasional sebagai suatu ilmu politik memiliki cakupan sangat luas, termasuk di dalamnya adalah diplomasi. Dalam dinamika hubungan internasional kontemporer, peran diplomasi dalam kepentingan nasional seperti dikatakan Haji Agus Salim dalam tertib diplomasi (1969) yaitu “policy is that what you want and diplomacy that what you get” [2]. Sedangkan bentuk diplomasi adalah bermacam-macam termasuk salah satunya adalah Diplomasi Kebudayaan. Pada era kontemporer, penggunaan dimensi kebudayaan sebagai sarana diplomasi pun menjadi semakin penting karena dilakukan dengan cara damai dan tanpa unsur pemaksaan.
Kebudayaan secara sederhana merupakan segala bentuk hasil dan upaya manusia. Maka dari itu dalam dunia diplomasi bentuk dan sarana dari Diplomasi Kebudayaan itu sendiri dapat bermacam-macam, antara lain : pertunjukan musik, seni tari dan pertandingan olahraga[3]. Berangkat dari pemikiran tersebut maka penulis merasa perlu untuk mengangkat judul “Peranan dan pengaruh Kitaro : The Silk Road World Tour 2011 sebagai Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia”
B. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang dan judul di atas, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan dan pengaruh Kitaro : The Silk Road World Tour 2011 di Indonesia dalam politik luar negeri Jepang ?
2. Mengapa Kitaro (Masanori Takahashi) bersedia melaksanakan Kitaro : The Silk Road World Tour 2011 ?
C. Kerangka Pemikiran
Untuk menjelaskan masalah yang ada, maka penulis akan menggunakan teori liberalisme dan konsep kepentingan nasional serta konsep diplomasi kebudayaan. Berdasarkan Teori dan Konsep ini diharapkan dapat digunakan sebagai kerangka pemikiran untuk menjelaskan permasalahan yang ada.
1. Teori liberalisme
Para penganut liberal berpendapat bahwa negara bukan satu-satunya aktor dalam hubungan internasional. Selain negara terdapat juga aktor non-negara (non state actors) yang mempunyai pengaruh dan legitimasi yang independen dari negara.
Menurut kaum liberalis, sifat dasar sistem internasional adalah anarki yang tertib dan hirarki yang didukung oleh aturan-aturan dan hukum internasional sifat dasar interaksi antar negara yakni kompetitif dan kadang-kadang konflik tetapi lebih sering bersifat kerjasama pada bidang ekonomi dan isu-isu lainnya[4].
Selain itu dalam HI dikenal konsep-konsep umum misalnya konsep peranan dan konsep pengaruh. Dalam studi HI, konsep peranan meliputi aspek dinamis, apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan juga berarti bagian dari tugas utama yang harus dijalankan. Adapun konsep pengaruh didefinisikan sebagai kemampuan pelaku politik untuk mempengaruhi tingkah laku orang dalam cara yang dikehendaki pelaku tersebut[5].
Melalui teori liberalisme yang dihubungkan dengan konsep peranan dan konsep pengaruh, penulis akan menganalisa bagaimana peranan dan pengaruh Kitaro : The Silk Road World Tour 2011 dalam politik luar negeri jepang.
2. Konsep Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskna perilaku luar negeri suatu negara. Kepentingan nasional menurut realis adalah upaya negara mengejar power, masih menurut realis, power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain[6].
Sedangkan menurut Morgenthau kepentingan nasional adalah :
“Kepentingan nasional suatu negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang dapat membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain. Kekuasaan tidak akan tercapai tanpa adanya kekuatan nasional. Politik suatu negara tidak bisa lepas dari suatu kepentingan nasional, karena tujuan politik adalah untuk mempertahankan kepentingan nasional”[7].
Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para penentu keputusan akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskna kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara yang paling vital seperti, pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi dan status (prestige).
3. Konsep diplomasi kebudayaan
Diplomasi menurut Aiyub Mohsin dalam Diplomasi, Teori dan Praktek serta Kasus-Kasus (2010) berintikan perundingan dengan ruang lingkup hubungan anatara negara atau hubungan dengan pihak-pihak asing dan hubungan tersebut dilakukan dengan cara-cara damai melalui pertemuan atau perundingan. Dipandang berdasar jumlah peserta, diplomasi terbagi dalam diplomasi bilateral, diplomasi multi lateral, diplomasi sub regional, diplomasi regional dan diplomasi multi lateral. Adapun mengenai substansi serta cara dan tujuan diplomasi terbagi dalam diplomasi komersial, diplomasi kebudayaan, diplomasi konferensi, diplomasi bantuan/janji dan ancaman, diplomasi ulang alik, diplomasi puncak dan diplomasi preventif.[8]
Diplomasi Kebudayaan dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, individual maupun kolektif, atau setiap warga negara. Oleh karena itu, pola hubungan Diplomasi Kebudayaan antar bangsa dapat terjadi antar siapa saja sebagai aktornya. Dalam tingkat dunia misalnya, pemain film seperti Antonio Banderas dari Spanyol dapat menjadi Duta UNDP (United Nations Development Programs) PBB, sebuah klub sepakbola seperti F.C. Barcelona dapat menjadi Duta Unicef (The United nations Childrens Fund) PBB, dalam tingkat negara, individu atau kelompok pertunjukan musik, seni tari, pertandingan olahraga dan konferensi pelajar serta mahasiswa dapat menjadi duta kebudayaan negara terkait.
Melalui konsep kepentingan nasional dan konsep diplomasi kebudayaan penulis akan menganalisa kepentingan nasional apa yang diperjuangkan dan bagaimana konsep diplomasi kebudayaan berjalan dalam dinamika HI kontemporer sehingga dapat dianalisa Mengapa Kitaro (Masanori Takahashi) bersedia melaksanakan Kitaro : The Silk Road World Tour 2011.
[1] Perwita, A.A Banyu dan Yani, Yanyan Mohammad, “Pengantar Ilmu Hubungan internasional”, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hal. 11
[2] Mohsin, Aiyub, “Diplomasi, Teori dan Praktek serta Kasus-Kasus”, Jakarta : ---, 2010, hal. 6
[3] Ibid, hal. 46
[4] Perwita, A.A Banyu dan Yani, Yanyan Mohammad, “Pengantar Ilmu Hubungan internasional”, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hal. 27
[5] Ibid, hal, 31.
[6] Ibid, hal. 35
[7] H.J. Morgenthau, “Politik Antar Bangsa”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,, 1991, hal. 91.
[8] Mohsin, Aiyub, “Diplomasi, Teori dan Praktek serta Kasus-Kasus”, Jakarta : ---, 2010, hal. 46
0 komentar:
Posting Komentar