Cari Blog Ini

Festival Intermuseum 2016: Museum Naik Kelas

Dalam satu hari, di tempat ini sudah tertata wajah Rusia dari 300 museum yang ada. Rusia adalah R U S I A. terlalu panjang untuk menjelaskan negara yang hamparan alam, sejarah, rakyat dan budayanya masih misterius hingga detik ini. 



Dari gerbang pintu masuk dapat dibaca, “Museum Without Borders. The social mission of museums in the area of intercultural dialogue” di bahasa Indonesia juga asik -Museum tanpa batas. Museum dalam misi sosial dialog antarbudaya-

Ini cerita kami di festival internasional INTERMUSEUM. Bila update di social media, lokasi yang tercatat adalah “Manezh Central Exhibition Hall”. Ya, sejak 13-16 Mei 2016, tempat pameran ini dimodif menjadi museum. Disini kita diajak berkenalan melalui beragam pameran dari ratusan museum berbagai kota, bahkan dari negara lain seperti Iran, Tiongkok, Jerman, Belarusia, Azerbaijan dan Tajikistan.


Pede Bertanya Selamat Di Jalan

Di festival ini dengan percaya diri kami menemukan para guide museum yang sangat antusias mengenalkan museum di Booth musiumnya. Sebagian dari mereka bersusah payah menggunakan bahasa inggris dan menulis di kertas catatan mereka. Begitu informatif, sangat rugi kalau tidak bertanya pada mereka. dari para guide museum ini menggali informasi, mengamati koleksi dan bertanya tentang serba-serbi museum yang ada. 



Ardiyanti Sita dengan senyum bahagia mendapatkan bingkisan beruntun dari aktifitasnya ini.

Pertama, Permen, brosur, kartu pos dan buku, haha ini sudah biasa yaa,,
Kedua, mendapatkan tiket festival film soviet 1919-1991 untuk dua orang pengunjung. Asik nonton bareng Artis-artis Rusia !!
Ketiga, mendapatkan bingkisan kerajinan lukisan bunga khas Rusia.


Dua minggu ini update Instagramnya mayoritas bunga dan bunga, ketika seniman melukis bunga di meja pameran, dia tak lepas memfoto dan membuat video.
Rampung bunga Merah cantik ini, sang seniman berkata “Its For You”, tak langsung percaya Sita bertanya “Seriosna??” dari samping kanan saya menimpali “rejeki anak sholeh!!”

Indonesia harus punya.

Kami sangat berharap di Indonesia ada pameran serupa. Di rusia, pemerintah menyiapkan dan memberi kesempatan kepada warga untuk menyaksikan festival ini dengan gratis.

Kita bisa melihat koleksi museum secara nyata dan virtual disini. Dari Vladivostok, Teheran, Moscow dan Berlin kita bisa melihat kepingan puzzle wajah Rusia. Sungguh bahagia rasanya kalau di JCC Jakarta misalnya, dapat mengadakan acara serupa dengan meminjam beragam koleksi tentang Indonesia yang berada di Irian Jaya, Manila, Jakarta dan Leiden sana.

Beberapa hal yang unik dan membuat asik di pameran museum ini adalah penggunaan teknologi terkini.

1.     Kalau biasanya kita hanya menempelkan wajah di patung dengan kostum lucu. Di museum ini kita tinggal berdiri di di spot tertentu, perangkat XBOX akan loading dan memunculkan bayangan kita memakai kostum yang tersedia. Lakukan gerakan dengan kreatif dan jadilah pusat perhatian.

2.     Kalau biasanya kita harus membaca informasi yang tidak pendek. Di beberapa museum sudah tersedia pensil serta headset yang dapat membaca info koleksi yang ada. Sedikit seperti membaca quran dengan pensil elektronik sih.

3.     Sudah pernah coba Youtube 360. Di pameran ini tersedia juga layanan yang mendukung penggunaan Samsung Gear Virtual Reality, ihh asik !!    

4.     Ada kebanggan bagi Museum ketika mengenalkan dirinya sebagai museum terpilih dari Kementerian Kebudayaan Rusia. Di festival ini pemerintah mengadakan beberapa kompetisi tahunan sebagai “The best project of the presentation and interpretation”, “The best project in the field of museum education”, “The Best project to work with people with disabilities and special needs” dan  “The best project aimed at social interaction”


Kesimpulan

Rusia punya cara sendiri untuk memajukan warganya, salah satunya memperbaiki museum-museum. Di Moscow saja terdapat lebih dari 400 Museum, jumlah tepatnya masih tidak jelas.

Namun bagaimanapun dengan mengadakan inovasi-inovasi semacam ini, museum sudah naik kelas. Pasti manusia Moscow bila saja ingat akan JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) akan kembali menjadi manusia paling maju seperti era kejayaannya selepas perang dunia kedua dulu. 




Azmi Muharom

Students of Asian Studies

National Research University Higher School of Economics, Moscow



@azmihalo



Ardiyanti Laksita 

Students of Preparation Class

National Research University Higher School of Economics, Moscow


@ardiyantisita

0 komentar:

Posting Komentar