Cari Blog Ini

Hubungan Diplomatik Indonesia dan Amerika

  1. PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang Sejarah

    "Pada gedung-gedung umum, pagar-pagar, kereta-kereta trem, rumah-rumah -di mana saja ada tempat- ditulis pernyataan-pernyataan yang umum dikenal: "Pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat" dan "Kehidupan, kebebasan dan menggapai kebahagiaan". Kutipan-kutipan ini dan yang lain-lainnya diambil dari Pidato Gettysburg dan Proklamasi Kemerdekaan AS dan ditulis dalam bahasa Inggris."


Kalimat inilah yang ditulis oleh para Pejabat Amerika yang mengunjungi Republik Indonesia, mereka tidak sabar melaporkan apa yang mereka lihat. Pejabat-pejabat Amerika berada di kapal penjelajah Inggris HMS Cumberland (Jakarta, 15 September 1945). Tugas pasukan-pasukan Inggris melucuti senjata tentara Jepang dan tugas pejabat Amerika merepatriasikan tawanan-tawanan perang orang Amerika terutama anggota-anggota Detasemen 404 dari Office of Strategic Services (OSS) sebuah organisasi intelijen AS yang utama pada Perang Dunia II.

Komandan detasemen, Mayor Frederick E. Crockett, menyampaikan penemuan-penemuan timnya bukan hanya kepada pemerintahnya tetapi juga kepada orang-orang sebangsanya dan melakukan itu dengan menerbitkan sebuah karangan dalam majalah Harper's yang populer pada masa itu:


"Tidak ada di antara kami yang mengetahui dengan pasti apa yang akan kami jumpai di Jawa. Dengan kapitulasi Hindia Belanda pada bulan Maret 1942, arus berita dan bahan intelijen dari bagian dunia itu telah mengering sehingga hanya seperti menetes saja. Kami tahu bahwa seorang yang bernama Dr. Sukarno dengan persetujuan pihak Jepang, dalam kampanye yang penuh hiruk-pikuk sebelum kapitulasi Jepang, telah menjadi presiden dari Republik Indonesia yang baru terbentuk. Namun kami tidak tahu kekuatan Sukarno atau berapa besar dukungan rakyat baginya"


Jauh sebelumnya, orang-orang Amerika yang tinggal di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II menemukan banyak hal mengagumkan dari pemerintahan kolonial Belanda. Charles Hoover, konsul jenderal AS di Batavia pada pertengahan tahun 1920-an, merasa bahwa langkah-langkah yang diambil pihak Belanda untuk mempersiapkan orang Indonesia (politik etis) bagi pemerintahan sendiri merupakan sesuatu yang lebih unggul daripada usaha-usaha negara-negara kolonial lainnya.

Pengganti dari Charles Hoover, Coert du Bois berpandangan sama, ini diperkuat oleh analisa sejarwan Hindia-Belanda Prof. Frances Gouda yang yakin orang-orang Amerika cenderung bersikap baik terhadap suatu masyarakat yang telah menghasilkan orang-orang seperti Hans Brinker dan keluarga Roosevelt (masyarakat Belanda).

Presiden Franklin D. Roosevelt seorang keturunan Belanda memperlihatkan sikap mendua Amerika. Dalam suatu surat pribadi tertanggal 6 April 1942, ia menjamin Ratu Wilhelmina bahwa Hindia Belanda akan dikembalikan kepada pihak Belanda. Namun pada waktu kunjungan Ratu ke Gedung Putih setahun kemudian, Roosevelt menyinggung masalah kolonialisme secara frontal. Elliott, putera Roosevelt, teringat akan cerita ayahnya tentang pertemuan tersebut:


"Saya harus katakan, saya ajak dia (Ratu) berbicara tentang wilayah-wilayah jajahan Belanda dan apa yang akan terjadi dengan koloni-koloni itu kalau perang selesai. Jawa, Kalimantan, seluruh Hindia Belanda. Kami berbincang-bincang selama lebih dari enam jam, selama dua atau tiga hari pada waktu malam. Saya menandaskan bahwa kekuatan senjata Amerikalah yang akan membebaskan jajahan-jajahan itu dari tentara Jepang... Ia berjanji kepada saya bahwa pemerintahnya akan mengumumkan segera setelah kemenangan atas Jepang, bahwa mereka akan memberikan kepada rakyat Hindia Belanda status dominion (wilayah berpemerintahan sendiri) dengan hak memerintah diri sendiri dan kesamaan."


Prof. Robert J. Mc Mahon dari Amerika berpendapat hampir seluruh kecaman Roosevelt terhadap kolonialisme tertuju kepada pihak Inggris dan Perancis. Rosevelt berpandangan bahwa Belanda berbeda dengan pihak Inggris dan Perancis. Berdasarkan latar belakang sejarah ini maka dapat disimpulkan bahwa sudah sejak lama AS memainkan peran pada evolusi sejarah Indonesia terlebih lagi sikap AS adalah spesial terhadap Belanda.


  1. Pembukaan Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal

Pembukaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) maupun Kedutaan Besar AS terjadi Pada masa demokrasi parlementer (1950-1959). Ali Sastro dipercaya sebagai duta besar RI untuk Amerika pertama yang diresmikan pada 30 Desember 1949. Saat ini selain memilki KBRI di Washington, Indonesia juga memiliki Konsulat Jenderal RI di San Fransisco (www.kjrisfo.net), Los Angeles (www.kjri-la.net), Houston (www.indonesiahouston.net), Chicago (www.indonesiachicago.org), dan New York (www.indonesianewyork.org). Sama seperti Indonesia, selain memiliki kedutaan Besar di Jakarta, AS memiliki Konsulat Jenderal di Medan, Surabaya dan Bali.













  1. FAKTA HUBUNGAN KERJASAMA


  1. Politik

Nilai-nilai bersama pada demokrasi telah menjadi salah satu aspek yang paling penting dari hubungan politik Indonesia-AS. Masyarakat Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan negara yang akuntabel, representative, toleran, dan transparan. Dalam hal ini Indonesia telah menemukan mitra yang kuat di AS.

Dengan lebih kurang 300 juta dan 240 juta warga masing-masing, AS dan Indonesia hari ini, negara kedua dan negara ketiga terbesar dalam demokrasi, hubungan bilateral baik pemerintah dan non-pemerintah semakin hari semakin meningkat.

Pada tingkat pemerintah AS ditangani oleh The U.S. Agency for International Development (USAID), USAID berusaha meningkatkan mesin demokrasi dengan pengembangan sekolah-sekolah, pengadilan, media, analis legislatif, pemerintah daerah, dan badan pemilihan pemerintah. Pada tingkat non-pemerintah, kerjasama ini terus berlanjut. Daftar ini bahkan lebih panjang, seperti The Asia Foundation, misalnya, bergerak dalam pendidikan dan memerangi korupsi. Institut Republik Internasional membantu partai-partai politik meningkatkan respon mereka melalui polling pendapat. National Democratic Institute adalah fokus pada pemerintah daerah dan ketiganya telah membuat pemberdayaan perempuan menjadi prioritas.

Seperti disimpulkan oleh KBRI Washington DCdalam Laporan Inti tahun 2003 KBRI Washington, hubungan politik bilateral Indonesia-AS berjalan baik dan cukup lancar meskipun terdapat bebrapa isu yang menjadi sorotan kedua belah pihak. Diataranya perkembangan proses hukum insiden tewasnya warga AS di Timika, darurat militer di Aceh, keadaan Freeport dan Papua, penerbangan pesawat tempur Hornet di Indonesia, pernyataan Wakil Presiden Hamzah Haz bahwa Amerika raja teroris, Hambaly (Jamaah Islamiah), Alex Manuputy (Front Kedaulatan Maluku) dan pembekuan sementara hubungan militer.

Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara yang kaya akan sumber alamnya dan pasar serta daya beli yang cukup besar, berpenduduk Muslim terbesar di dunia, negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, serta kenggotaan pada PBB, Non-Blok, OKI, ASEAN, APEC, D-8 dan G20.

Indonesia memang masih berada dalam catatan buruk di AS terutama dalam masalah pelanggaran HAM, Terorisme dan diskriminasi / penganiayaan kelompok minoritas, namun berdasar keunggulan yang dimiliki Indonesia maka kerjasama Indonesia-AS tetap berjalan.

Atas fakta tersebut maka hubungan politik dari perspektif kebijakan luar negeri AS, proyeksinya selama ini hampir sama seperti yang dikemukakan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton pada kunjungannya ke Indonesia Februari 2009 lalu yaitu "A country with the largest Muslim population, Indonesia is able to harmonize Islam, democracy, modernity and women's empowerment" .

  1. Keamanan

Dalam bidang kemanan, Indonesia –AS memiliki kerjasama keamanan yang telah terlihat membaik dari tahun ke tahun, pertukaran dan pelatihan terjadi pada hampir setiap sektor. Di tingkat senior, pejabat-pejabat tinggi dari kedua pemerintah berpartisipasi dalam dialog keamanan reguler. Pada tingkat operasional intelijen Amerika dan intelijen Indonesia, Polisi, serta personel militer terus mengejar teroris bersama-sama. Pada tingkat individu, ahli-ahli Amerika membantu melatih petugas polisi Indonesia dalam menangani anjing dan bidang khusus lainnya.

Sejak September 2001 di Washington, Presiden Megawati dan Presiden Bush telah menyepakati untuk membentuk sebuah dialog keamanan bilateral untuk pertukaran pandangan secara periodik antara perwakilan sipil dan kebijakan pertahanan kedua negara, program ini dikenal dengan Indonesia-United States Security Dialog (IUSSD). Setiap delegasi menekankan serangkaian perkembangan yang menuju normalisasi hubungan militer, termasuk penyediaan Pendanaan Militer Asing (FMF), ekspor lengkap artikel pertahanan ke Indonesia dan Expanded-International Military Education and Training (E-IMET).

Dengan program-program kerjasama keamanan tersebut, Indonesia dipercaya memliki Indonesian Peacekeeping Forces yang berada dibawah panji PBB, the ASEAN Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN), Defense Resource Management Improvement dan masuk pada Global Peace Operations Initiative (GPOI) dari PBB.

  1. Ekonomi

Ekonomi
Indonesia dan AS memiliki hubungan yang luas pada politik, strategis dan komersial hubungan ekonomi. Berdasarkan kerjasama Indonesia-AS dan berbagi nilai-nilai demokrasi dan pluralisme, ada komitmen yang kuat dari kedua belah pihak yang nyata untuk meningkatkan hubungan bilateral, termasuk dalam perdagangan dan investasi.

Dengan populasi sekitar 222.800.000 jiwa dan tumbuh pada tingkat 1,36%, Indonesia adalah negara keempat terbesar dari segi populasi. Dengan partisipasi angkatan kerja 107.200.000, Indonesia menyediakan jumlah yang besar akan tenaga kerja untuk produksi barang dan layanan. Selain itu, Indonesia saat ini mengalokasikan 17,2 % dari total pengeluaran publik untuk pendidikan. Hal ini pulalah yang membuat kerjasama Indonesia-AS sangat erat.

Sejalan dengan reformasi sistem politik, Indonesia semakin berjalan ke depan untuk program pembangunan ekonomi nasional, dengan penekanan pada penciptaan lapangan kerja dan membuat pasar lebih efisien. Program pertumbuhan ekonomi negara dengan target sebesar 6,6% untuk periode 2004-2009 sudah terpenuhi, Pemerintah Indonesia mempromosikan investasi dari negara maupun swasta termasuk investasi asing. Selama periode lima tahun tersebut Pemerintah telah berkomitmen US$ 68.430.000.000 atau 17% dari total investasi yang dibutuhkan.

Pada umumnya, hubungan Indonesia-AS telah berlangsung positif dan stabil, namun masih tetap penuh dengan kejutan-kejutan. Perdagangan bilateral meningkat dari tahun ke tahun nilai perdagangan kedua negara dalam tahun 2008 mencapai US$ 21,7 milyar, 17% lebih tinggi dari total nilai perdagangan tahun 2007 yang mencapai US$ 18,5 milyar.

Berikut ini adalah perbandingan volume perdagangan AS dengan negara-negara ASEAN. Baik dalam volume Ekspor-Impor angkutan laut maupun Ekspor Impor angkutan udara yang dikutib dari Laporan Operasional Tahun 2003 KBRI Washington:


Volume muatan Ekspor-Impor angkutan laut

Amerika Serikat dengan Negara-Negara ASEAN

Tahun 2003 (dalam metric ton)


Lintas Pelayaran

2003

Ekspor(X)

Import (M)

Total(X+M)

Brunei

5.126

992.445

997.571

Burma

2.264

52.802

55.066

Cambodia

15.217

101.721

116.938

Indonesia

4.157.651

7.069.489

11.227.140

Laos

3.612

860

4.472

Malaysia

1.998.808

4.185.835

6.184.642

Filipina

2.505.847

1.699.016

4.204.862

Singapore

4.590.103

792.617

5.382.720

Thailand

3.703.557

7.259.338

10.962.895

Vietnam

426.862

2.027.620

2.454.482

Total Asean

17.409.047

24.181.742

41.590.789

Total AmerikaSerikat

keseluruh dunia

323.632.509

885.318.806

1.208.951.315

Sumber: U.S. Department of Commerce, Bureau of Census, Foreign Trade Division. Data diolah Bidang Perhubungan, KBRI Washington, DC


Volume muatan Ekspor-Impor angkutan Udara

Amerika Serikat dengan Negara-Negara ASEAN

Tahun 2003 (dalam metric ton)


Lintas Penerhangan

2003

Ekspor(X)

Import (M)

Total(X+M)

Brunei

312.330

1.486.360

1.798.690

Burma

20.662

2.793.168

2.814.829

Cambodia

254.600

7.593.544

7.848.144

Indonesia

8.717.852

33.171.658

41.889.510

Laos

28.703

36.584

65.287

Malaysia

34.628.794

98.436.860

133.065.654

Filipina

13.743.858

44.136.222

57.880.080

Singapore

79.188.493

61.596.322

140.784.815

Thailand

24.130.816

56.244.066

80.374.882

Vietnam

9.654.764

34.702608

44.417.372

Total Asean

170.680.872

340.258.391

510.939.263

Total Amerika Serikat ke seluruh dunia

2.372.290.201

3.493.063.409

5.865.353.610

Sumber: U.S. Department of Commerce, Bureau of Census, Foreign Trade Division. Data diolah Bidang Perhubungan, KBRI Washington, DC


Selain dalam bentuk kerjasama ekonomi dari perdagangan, Kerjasama Indonesia-AS juga dipererat dengan kerjasama bantuan asing. Bantuan asing yang telah terjadi adalah kemanusiaan yang diberikan kepada korban bencana alam dan bantuan asing berupa pinjaman lunak dari International Monerary Funds (IMF) dan World Bank (WB) dan pinjaman-pinjaman serupa lainnya.

Bantuan asing kemanusian terjadi misalnya saat Bencana Tsunami Aceh tanggal 26 Desember 2004, lebih dari 200.000 orang meninggal, lebih dari 160.000 orang kehilangan kehidupan mereka, lahan pertanian, perahu nelayan, sekolah dan kota seluruhnya tersapu oleh gelombang. Secara khusus kerjasama Indonesia-AS, dalam rekonstruksi mencapai nilai yang sangat tinggi.

Dukungan dari warga indivisu negara AS mulai segera mengalir. Sumbangan makanan, pakaian, dan perlengkapan menumpuk tinggi di depan Kedutaan Besar, tiba begitu cepat bahwa Kedutaan Besar harus mengatur pengiriman cepat dan hampir kehabisan ruang penyimpanan. Kurang terlihat tapi sama pentingnya, AS juga mengirimkan uang untuk organisasi non-pemerintah yang beroperasi di Indonesia, termasuk dana bantuan itu ialah yang diterima kedutaan hampir US$ 350.000 dalam sumbangan pribadi yang memungkinkan untuk membeli bus baru untuk sekolah-sekolah hancur dan memberikan kontribusi pada Korban bencana nasional.

Pemerintah AS juga bertindak cepat, setelah konsultasi dengan Duta Besar Indonesia dan berbicara dengan Presiden Yudhoyono, Presiden Bush mengumumkan US$ 35 juta bantuan darurat dua hari setelah bencana. Kemudian, setelah tingkat kerusakan menjadi jelas, AS mengumunkan bantuan kedua sebesar US$ 950.000.000.

Adapun bantuan asing pinjaman lunak antara Indonesia dengan IMF dan WB yang dikutib dari Laporan Operasional Tahun 2003 KBRI Washington DCadalah dibawah ini:

Daftar Pencairan Pinjaman IMF kepada Indonesia

NO

TANGGAL

JUMLAH PINJAMAN

KETERANGAN

SDR

US DOLLAR

1.

4 Mei 1998

733.8 juta

989,4 juta

Bagian dari Stand-by Credit. First Review

2.

15 Juli 1998

734 juta

1,0 milyar

Bagian dari Stand-by Credit, Second Review

3.

25 Act. 1998

734 juta

1,0 milyar

Bagian dari Stand-by Credit.Third Review dan perubahan menjadi EFF

4.

25 Sept. 1998

684,3 juta

940 juta

Bagian dari EFF, First Review

5.

6 Nop. 1998

684,3 juta

960 juta

Bagian dari EFF.

6.

15 Des. 1998

684.3 juta

957 juta

Bagian dariEFF, Third Review

7.

25 Maret 1999

337 juta

460 juta

Bagian dariEFF, Fourth Review

8.

7 Juni 1999

337 juta

450 juta

Bagian dari EFF, Fifth Review

9.

3 Agt. 1999

337 juta

460 juta

Bagian dari EFF, Sixth Review

10.

4 Peb. 2000

260 juta

349 juta

Bantuan bentuk baru kepada Indonesia, EFF

11.

2 Juni 2000

282 juta

372 juta

Bagian dari EFF, First Review

12.

14 Sept. 2000

309,65 juta

398,94

Bagian dari EFF. Second Review

13.

10 Sept. 2001

309,65 juta

395 juta

Bagian dari EFF, Third Review

14.

29 Jan. 2002

275,24 juta

341 juta

Bagian dari EFF, Fourth Review dan perpanjangan 1 tahun kontrak dengan IMF

15.

26 April 2002

275,24 juta

341 juta

Bagian dari EFF. Fifth Review

16.

21 Juni 2002

275,24 juta

358 juta

Bagian dari EFF. Sixth Review

17.

5 Des. 2002

275,24 juta

365 juta

Bagian dari EFF, Seventh review

18

28 Maret 2003

344,0 juta

469 juta

Bagian dari EFF, Eight Review

19

25 Juni 2003

344.06 juta

486 juta

Bagian dari EFF, Ninth Review

20

8 Okt. 2003

344 juta

486 juta

Bagian dari EFF. Tenth Review

21

19 Des. 2003

344 juta

505 juta

Bagian dari EFF, Eleventh Review

Sumber: Laporan Operasional Tahun 2003 KBRI Washington, DC


Daftar Pencairan Bantuan WB kepada Indonesia

Berdasarkan catatan Bank Dunia untuk Indonesia, diperoleh informasi mengenai pinjaman Bank Dunia untuk periode tahun 1998-2002 yang telah diberikan pada Indonesia sebagai berikut :

  • Tahun Anggaran 1998 sebanyak 6 proyek dengan nilai pinjaman sebesar USS 444,0 juta
  • Tahun Anggaran 1999 sebanyak 8 proyek dengan nilai pinjaman sebesar USS 629,5 juta
  • Tahun Anggaran 2000 sebanyak 3 proyek dengan nilai pinjaman sebesar US$ 133,4 juta
  • Tahun Anggaran 2001 sebanyak 5 proyek dengan nilai pinjaman sebesar US$ 493,2 juta
  • Tahun Anggaran 2002 sebanyak 3 proyek dengan nilai pinjaman sebesar US$ 302,7 juta.



  1. Sosial Budaya
    1. Bantuan sosial

Dalam kegiatan sosial budaya AS juga memberikan bantuan dana. Bantuan yang ditulis dalam Laporan Inti KBRI Washington DCpada tahun 2003 adalah dana bantuan AS sebesar US$ 17.502 bagi program demokrasi dan pemerintahan, US$ 500.000 bagi para korban bom J.W Marriot Jakarta, US$ 27 juta bagi program kesehatan Indonesia dan US$ 9.95 juta bagi pelatihan sumber daya alam Indonesia.

  1. Sorotan Media AS

Masih dari sumber yang sama, mengenai pemberitaan Indonesia di AS paling sering dibahas di harian The Washington Post (dengan wartawan yang berada di Indonesia) dan The Washington Times (dengan wartawan yang berkunjung ke Indonesia). Isu yang ditulis berupa politik terkini, terorisme, pertahanan dan keamanan, ekonomi, pariwisata, sosial budaya hingga bencana alam. Pada tahun 2003 tema terorisme dan pertahanan keamanan menjadi sorotan utama.

Untuk berita yang menyudutkan Indonesia, KBRI Washington DCselalu memberikan tanggapan, khusunya dalam bentuk mengirimkan surat pembaca ke editor. Contoh tanggapan ialah surat Dubes RI menanggapi tulisan Senator Richard Lugar guna mengoreksi artikel berjudul "Indonesian Army's Upper Hand : Millitary Reassert Broad Influences".

  1. Diplomasi KBRI Washington DC

Promosi citra dan seni budaya Indonesia sering dilakukan terutama di gedung KBRI Washington, Festifal Internasional dan Pertunjukan-Pertunjukan seni. Selain sebagai penggagas, KBRI Washington DCjuga mendapat kesempatan sebagai pembicara dalam program-program seminar pemerintah, swasta dan Universitas.

Selain promosi citra dan seni budaya KBRI Washington DCjuga mendapatkan demonstrasi dari berbagai LSM AS yang bersikap kritis dan kadang Anti-Indonesia yang diantaranya The Indonesia Human Right Network (IHRN), East Timor Action Network (ETAN), Human Right Watch Asia, Amnesty International, International Forum of Aceh (IFA) dan Front Kedaulatan Maluku AS (FKM-AS). Pada tahun 2003 demonstrasi terjadi tiga kali yang berisi protes dan keprihatinan mengenai militer TNI di Aceh dan GAM.

  1. Diplomasi Publik

Salah satu kunci keberhasilan aktivitas diplomasi publik KBRI Washington, DC selama ini adalah keberadaan eksistensi 'friends of Indonesia". Mereka merupakan aset dan mitra yang sangat penting bagi Bidang Penerangan dalam mempromosikan citra positif RI di mata publik AS. Selain orang AS, 'friends of Indonesia", seperti United States-Indonesia Society (USINDO), The US-ASEAN Business Council, yang selama ini berperan aktif dalam mendukung program-progam diplomasi publik KBRI antara lain Society for Indonesian-American (SIA) di Washington, DC, Indonesia-Indiana Alliance (IIA) yang berada di Indianapolis dan Alumni Jakarta International School (JIS) di AS.

Keberadaan organisasi semacam SIA atau IIA tersebut perlu didukung sepenuhnya, karena selain potensi dan tujuan yang mereka miliki untuk menyatukan Indonesian-Americans yang selama ini terpencar tanpa wadah yang benar-benar mempunyai ciri khas, mereka juga dapat menjadi sarana yang, efektif untuk ikut mempromosikan citra baik Indonesia di Amerika Serikat. Mengingat mayoritas anggota mereka adalah orang AS keturunan Indonesia, suara dan aktivitas mereka lebih mudah memperoleh pengakuan dan publikasi dari publik AS sendiri.

  1. Pendidikan

The Bureau of Education and Cultural Affairs of the US State Department melalui The Institute of Training and Development Amherst, Massachusetts, USA menyelenggarakan pelatihan bagi para Pimpinan Pondok Pesantren dari Indonesia selama 4 minggu. Di sela-sela pelatihan para pimpinan pondok pesantren yang berjumlah 19 orang dan 4 orang pendamping, telah berkunjung ke KBRI Washington DC pada tanggal 25 September 2003 dalam rangka silaturahmi dan mencari informasi penting mengenai jalinan kerjasama dalam bidang pendidikan di Amerika Serikat.

USINDO (United State — Indonesia Society) bekerjasama dengan Freeman Foundation dalam tahun 2003 melaksanakan program Summer Study Tour selama 10 minggu ke Indonesia. Peserta Summer Study Program tersebut sebanyak 14 orang mahasiswa dari berbagai Universitas di Amerika Serikat, dan kesemuanya belajar di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Program Summer Study ini telah berlangsung selama 8 tahun terakhir, dan diikuti oleh 112 mahasiswa AS.

Dalam rangka pelaksanaan classroom to classroom diplomacy, KBRI selama tahun 2003 telah berhasil menjalin kerjasama personal dengan Professor Dr. Gerald Houseman dari University of Pulman di Seatle dan Professor Dr. W.D. Stoff dari Darden Graduate Business School, University of Virginia. Untuk mendapat penjadwalan sebagai panelis dalam mata kuliah yang diajarkan pada semester tertentu mengenai The Current Issues on Indonesia. Begitu pula dalm mata kuliah Indonesian Gamelan di of William and Mary, Williamsburg.

Program Darmasiswa RI tahun akademik 2003 -2004 mendapatkan peserta dari Amerika Serikat sebanyak 5 orang mahasiswa. Program Darmasiswa memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari seluruh negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.

Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) di University of Indiana Bloomington pada tanggal 5-7 April 2003 telah menyelenggarakan program rutin tahunan Bloomington Cup. Tahun 2003 ini diikuti oleh anggota PERMIAS dari 17 Perguruan Tinggi.


  1. Beasiswa Mahasiswa Indonesia

Pada tahun 2003 KBRI Washington DCmencatat jumlah beasiswa yang diterima oleh Mahasiswa Indonesia sebagai berikut, 22 Mahasiswa untuk program Indonesian Cultural Foundation, Inc. New York , 27 mahasiswa untuk program Yayasan Fulbright, 4 mahasiswa untuk program Humphy Fellowship, 20 mahasiswa untuk program USAID, 45 mahasiswa untuk program Ford Foundation, 10 peserta
untuk program Economic Law and Institutionla Proffesional Strengthening II (ELIPS II)
dan The Asia Foundation memberikan bantuan Congressional Fellowship kepada 2 orang Indonesia untuk magang di Capital Hill Washington DC selama 10 bulan.

  1. Pariwisata

Perkembangan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia menurut negara asal menunjukkan bahwa jumlah wisatawan AS pada tahun 1999 tercatat sebesar 151.763 orang, dan telah mengalami rata-rata peningkatan sebesar 8,3% sehingga menjadi 177.869 orang pada tahun 2001. Menurut negara asal, maka wisman berasal dari Singapura yang berkunjung ke Indonesia menunjukkan jumlah angka yang terbesar. Pada tahun 1999 wisman dari Singapura yang berkunjung ke Indonesia tercatat sebesar 1.332.887 orang dan mengalami rata-rata penurunan sebesar 5,27% sehingga menjadi sebesar 1.477.132 orang pada tahun 2001.


Jumlah wisman ke Indonesia menurut negara asal,

Tahun 1999-2001 (dalam orang)

No.

Negara Asal

1999

2000

2001

1

Amerika Serikat

151.763

182.239

177.869

2

Jerman

169.083

152.620

159.881

3

Inggeris

138.296

171.719

189.027

4

Brunei

7.378

14.888

14.526

5

Malaysia

440.212

505.821

484.692

6

Filipina

46.177

79.926

82.828

7

Singapura

1.332.887

1.391.874

1.477.132

8

Thailand

34.918

_

49.263

50.489

9

Negara ASEAN lainnya

3.286

13.263

4.890

10

TOTAL ASEAN

1.864.848

2.055.035

2.114.557

11

Australia

531.211

387.013

397.982

12

Jepang

606.102

662.045

611.314

13

Korea Selatan

220.440

178.580

212.233

14

Taiwan

399.247

371.612

391.696

15

TOTAL NEGARA lainnya

696.530

834.903

809.670

16

TOTAL DUNIA

4.727.520

4.995.766

5.064.229

Sumber: ASEAN National Tourism Organization (ASEAN NTOs) Data diolah Bidang Perhubungan, KBRI Washington, DC



















  1. PERMASALAHAN

Mengenai permasalahan yang terjadi antara hubungan bilateral Indonesia-AS dapat disimpulkan mengalami perbaikan di setiap tahun. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan tidak menimbulkan ketegangan yang berkelanjutan. Untuk merinci permaslahan ini, penulis menggunakan data permasalahan yang terjadi pada tahun 2003 :

A. Politik : a. Masalah residual Timor Timur, b. Permasalahan Alexander Manuputy, c. Permasalahan Aceh dan Papua, d. Kasus Wartawan AS, William Nessen, e. Insiden Timika.

B. Keamanan :a. Masalah pelanggaran HAM, b. Masalah diskriminasi, penganiayaan kelompok minoritas dan masalah Islam Ekstrim, c. Masalah Terorisme

c. Ekonomi :a. Masalah Investasi, b. Sengketa Pertamina-Karaha Bodas Company, c. Kasus Divestasi KMC, kasus Dieng Patuha, kasus Exxon Mobil, kasus Bank Exim dan kasus Asia Pulp and Paper, d. Indonesia IMF, WB dan CGI, e. National Trade Estimate, Indonesia melakukan Dumping, Safeguard (section 21) dan sebagainya yang merupakan kepanjangan Indonesia belum siap berpasar bebas, f. Ketentuan flavour rokok, residu Udang dan Turtle Excluder Act, g. Masalah Pending Matters, bio terorism dan penipuan.

d. Sosial Budaya :a. Promosi citra dan seni budaya yang pasang surut, b. Ekonomi mikro yang makin terhimpit , c. Diplomasi publik yang kurang seimbang, d. Peran pemerintah daerah yang kurang terlaksana.









  1. PROSPEK DAN KESIMPULAN
  2. Prospek

Berdasarkan Laporan tahunan inti dan operasional KBRI Washington DC, dapat disimpulkan bahwa hubungan bilateral Indonesia-AS sejak 2001-2003 mengalami perbaikan dan peningkatan di semua pihak. Begitu pula berdasarkan Drs. Yoel Roh Rohmana, staf senior Direktorat Amerika Utara dan Tengah, Ditjen Amerika dan Eropa menyimpulkan hubungan bilateral Indonesia-AS sejak 2008-2009 mengalami perbaikan dan peningkatan.

Prospek yang semakin baik berdasarkan laporan KBRI Washington DCdan Dijen Amerika dan Eropa semakin didukung para peneliti dengan terpilihnya Obama sebagai Presiden AS periode 2009-2012. Obama memberikan kesempatan luas yang dapat dimanfaatkan Indonesia dalam meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan AS, baik dalam tataran bilateral, regional, maupun multilateral. Implementasi pendekatan dialogis yang dijanjikan Obama merupakan peluang bagi Indonesia untuk menyampaikan pandangan dan posisinya terhadap isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk isu-isu yang belum disetujui kedua belah pihak.

Meski administrasi Obama dengan Senat dan House yang secara mayoritas dikuasai oleh Partai Demokrat sepertinya tidak akan mengalami perubahan yang mendasar dibandingkan dengan kebijakan administrasi Presiden Bush. Namun saat ini terdapat harapan yang sangat tinggi terhadap Administrasi Obama khususnya dalam hal penghargaan terhadap Indonesia sebagai negara demokratis dan yang memiliki peran penting di kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan hal tersebut maka besar kemungkinan Indonesia akan terus memelihara dan meningkatkan hubungan baik dan kerjasama bilateral dengan AS, antara lain dalam bidang pemberantasan korupsi dan terorisme, pemajuan HAM, kehidupan demokrasi dan ekonomi.

Dalam Pidato Presiden RI pada pertemuan dengan USINDO di Washington DC, 14 Nopember 2008 mengemukakan bahwa Indonesia mengharapkan pelaksanaan hubungan RI-AS yang lebih luas dan mendalam dalam bentuk Strategic Partnership (Comprehensive Partnernship). Sebutan yang mencerminkan tingkatan hubungan bilateral RI-AS ini pertama kali disampaikan oleh Menlu AS, Condoleezza Rice, dalam pertemuan bilateral RI-AS, 1 Februari 2005 dan dibahas dalam pertemuan Jusuf Kalla (mantan Wakil presiden) dengan Joe Bidden di Washington DCdan Menteri luar negeri RI dengan Dubes AS di Departemen Luar Negeri Jakarta, 2 Desember 2008.

  1. Kesimpluan

Kesimpulan mengenai hubungan bilateral Indonesia-AS berdasarkan latar belakang sejarah, fakta hubungan kerjasama dan permasalahan yang terjadi maka dapat disimpulkan AS masa lalu, AS masa sekarang dan As masa mendatang akan selalu tetap menjadi mitra penting Indonesia.

Peningkatan hubungan RI-AS dalam bentuk Comprehensive Partnership perlu diwujudkan dalam berbagai bentuk kerjasama yang lebih luas dan mendalam meliputi berbagai bidang. Kekuatan hubungan dan kerjasama kedua negara terletak pada persamaan prinsip (shared values), antara lain kebebasan, demokrasi, pluralisme, toleransi, serta kepentingan bersama atas stabilitas dan kesejahteraan di kawasan, khususnya dalam upaya memerangi terorisme.

Secara umum, kemitraan komprehensif RI-AS merefreksikan suatu tingkat kematangan tertentu dalam hubungan diplomatik kedua negara. Kemitraan baik dalam politik, kemanan, ekonomi dan sosial budaya harus selalu didasarkan pada kesamaan derajat (equality), saling menghormati (mutual
respect) dan saling menguntungkan (mutual benefit).

Kesimpulan ini diperkuat juga oleh pernyataan Retno Marsudi Widodo, Dirjen Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri RI pada rubrik opini Jakarta Post tanggal 4 Mei 2009, bahwa " Bagi Indonesia, AS masa lalu, AS sekarang di bawah administrasi Presiden Obama dan AS masa mendatang, selalu tetap menjadi mitra penting Indonesia, khususnya peranan AS dalam masalah-masalah internasional. AS memiliki semua persyaratan sebagai kekuatan global."





DAFTAR PUSTAKA

Biro HI, Deputi SESWAPRES, Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, Hubungan Bilateral Indonesia-Amerika Serikat Pada Era Presiden Barack Obama (Bukit Tinggi: Seswapres Mei 2009).

Paul F Gardner, Lima Puluh Tahun Hubungan Bilateral Amerika Serikat Indonesia (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1999).

KBRI Washington D.C, Laporan Operasional 2003, (Washington, Februari 2004)

KBRI Washington D.C, Laporan Inti 2003, (Washington, Februari 2004)

http://www.embassyofindonesia.org

1 komentar:

  1. Saya mau tanya, di daftar pustaka tertera laporan operasional dan inti KBRI Washington tahun 2003. Kalau boleh tahu, darimana Mas mendapatkan laporan tsb? Saya coba akses di website KBRI Washington tidak tersedia. Saya sangat butuh laporan tahunan KBRI Washington tahun 2010-2013 untuk bahan skripsi saya :(((( Mohon bantuannya, Mas. Terimakasih sebelumnya :)

    BalasHapus