Cari Blog Ini

ahlu sunah wal jama'ah (almaturidiah bag 3)

D. ALASAN MATURIDI AKAN PERLUNYA AKAL

Pertama : Alquran banyak menganjurkan manusia menggunakan akalnya secara kritis untuk memahami fenomena / gejala yang ada di alam raya ini maupun pada diri mereka sendiri, untuk menemukan jalan menuju ma'rifatullah. Contohnya ialah Qs. An-nahl yang akhir ayatnya berurutan 11,1 2,13,14 dan 15 sebagai berikut:

bagi kaum yang berfikir

Liqaumi yatafakkarun

bagi kaum yang memahami

Liqaumi ya’qilun

bagi kaum yang dapat mengambil pelajaran

Liqaumi yatadzakkarun

agar kamu bersyukur

Laallakum tasykurun

agar kamu mendapat petunjuk

Laallakum tahtadun

Menurut Almaturidi dari berfikirlah nantinya mendapat petunjuk.

Kedua : Kondisi obyektif yang dihadapi Almaturidi, Di Samarkand yang plural dengan segala aktivitas Mu'tazilah, Mujassimah, Qaramithah dan Jahmiyah. Juga pengikut agama Majusi, Yahudi dan Nasrani dalam jumlah yang cukup besar, seperti di Samarkand waktu itu terdapat pengikut Yahudi tidak kurang dari 30.000 (tiga puluh ribu) orang. Maka cukup logis jika pendapat Almaturidi bahwa :

“Esensi akal (pentingnya akal) adalah untuk melengkapi dalil / hujjah agama, membuat analisa kemudian mengkonstruksikan dalil-dalil tersebut untuk membuktikan kebenaran agama, dan membela keyakinan agama dari orang-orang yang mengingkari atau menyalah-fahami keyakinan-keyakinan tersebut.”

E. PECAHNYA AL-MATURIDIAH

Salah seorang pengikut Al-Maturidi yang berpengaruh adalah Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi (421-493 H). Nenek Al-Bazdawi adalah murid Al-Maturidi. Dan Al-Bazdawi mengenal ajaran-ajaran Al-Maturidi dari orang tuanya.

Sebagaimana Al-Baqillani dan Al-Juwaini dikalangan Asy'ariyah, maka AI-Bazdawi tidak pula selalu sefaham dengan Al-Maturidi. Antara kedua tokoh aliran Maturidiyah ini terdapat perbedaan faham sehingga boleh dikatakan, bahwa dalarn. aliran Maturidiyah terdapat dua golongan, yakni : Golongan Samarkand, (pengikut Abu Manshur Al-Maturidi), dan Golongan Bukhara, (pengikut Almaturidi versi Al-Bazdawi). Kalau golongan Samarkand mempunyai faham yang lebih dekat kepada faham Mu'tazilah, maka golongan Bukhara mempunyai pendapat yang lebih dekat kepada Asy'ariyah. Golongan Bukhara ini sepeninggal Al-Bazdawi dilanjutkan oleh salah seorang muridnya bernama Najmuddin Muhammad al-Nasafi (460-537 H) pengarang kitab "Al-'A qoid an-Nasafiyah ".

Akal dapat mengetahui adanya tuhan

Akal dapat mengetahui kewajiban mengetahui tuhan

Akal dapat mengetahui baik dan buruk dan kewajiban melakukan atau menjauhkannya

Golongan Samarkhand

Diterima

Diterima

Diterima (seperti aliran mu’tazilah)

Golongan Bukhara

Diterima

Ditolak

Ditolak

0 komentar:

Posting Komentar