Cari Blog Ini

ahlu sunah wal jama'ah (almaturidiah bag 2)

B.ASY’ARIYAH DAN MATURIDIYAH

Aliran Asy'ariyah ini memperoleh pengikut terbanyak di lingkungan umat Islam, antara lain karena diikuti oleh para pengikut dua madzhab terbesar dalam fiqih, yakni madzhab Syafi'i dan madzhab Maliki. Dari madzhab Syafi'i layak mendapatkan dukungan luas, karena Imam Al-Asy'ari sendiri dalam masalah fiqih menjadi pengikut madzhab Syafi'i. Sedangkan dukungan dari madzhab Maliki, karena diantara tokoh-tokoh Asy-'ariyah terdapat nama besar, yakni Imam Abu Bakar Al- Baqillani dan Ibnu Taumart yang keduanya sebagai pengikut madzhab Maliki dalam masalah fiqih, terutama di wilayah Afrika Utara sampai sekarang. Dalam hal Fiqih aliran Al-Maturidiah mengikuti Mazhab Hanafi (Imam Maturidi adalah pengikut setia Imam Abu Hanifah). Hal ini berpengaruh pada pemikiran kedua Imam Asy’ari dan Imam Maturidi, Imam Maturidi menjadi lebih luas menggunakan akal sebagai dasar/dalil kebenaran.

C. MENGENAL IMAM AL-MATURIDI

al-Maturidi, Abu Manshur Muhammad (w.333/944). seorang teologian (mutakallim) yang dilahirkan di dekat Samarkand. Bersama dengan al-Asy'ari dan thanthowi, ia merupakan pembentuk Ilmu Kalam (Teologi Islam). Sedikit yang dapat diketahui secara langsung dari dirinya sendiri, karena mazhab yang dibentuknya berkembang tegak melalui tulisan-tulisan murid-muridnya, khususnya adalah muridnya yang bernama al-Nasafi. Secara tradisional, perbedaan doktrinal antara mazhab al-Maturidi dengan mazhab al-Asy'ari berjumlah tiga betas ajaran, tujuh di antaranya hanya sekedar perbedaan dalam pengungkapannya.

Perbedaan yang paling menonjol adalah bahwasanya al-Maturidi menyetujui kebebasan berkehendak sesuai dengan konsekuensi logika dari gagasan keadilan dan gagasan pembalasan Tuhan, sedang al-Asy'ari berpegang teguh bahwa kehendak Tuhan yang tidak dapat dibayangkan dalam kapasitas logika manusia: Tuhan dapat saja mengirim manusia yang baik ke dalam neraka. Al-Maturidi mengakui bahwa pahala dan atau hukuman Tuhan adalah sebanding dengan perbuatan manusia itu sendiri, dan gagasan ini secara praktis berkembang di seluruh aliran termasuk praktik yang berkembang di kalangan Asy'ariyyah. Secara umum, aliran al-Maturidi tidak ada keraguan untuk menegaskan antinomi dogmatis (manusia memiliki kebebasan berkehendak, namun ia terikat oleh keputusan Tuhan dan bahwa Kalam Tuhan (al-Qur'an) adalah makhluk dan sekaligus bukan makhluk). Satu hal yang penting dicatat adalah, sungguhpun al-Maturidiyyah menerima antinomi dogmatis ini, banyak di antara mereka yang menghindarkan diri untuk menjelaskan permasalahan tersebut, dan mereka cenderung menyerahkan permasalahan tersebut kepada kalangan mistis (sufi).

Imam Al-Maturidi belajar fiqih Hanafi pada dua orang ulama besar madzhab Hanafi, yaitu Muhammad bin Muqatil Ar-Rozi (w. 248 H), dan Nushair bin Yahya Al-Balkhi (w. 228 H). la mempunyai hubungan nasab dengan sahabat Nabi s.a.w., yaitu Abu Ayub Al-Anshori, yang rumahnya ditempati oleh Nabi Muhammad s.a.w. pada hari-hari awal berada di Madinah setelah hijrah. Di Samarkand Tempatnya berada aktivitas Mu'tazilah berkembang, disamping kelompok Mujassimah, Qaramithah dan Jahmiyah. Menurut Adam Metz(Sejarawan), disana juga terdapat pengikut Majusi, Yahudi dan Nasrani dalam jumlah yang cukup besar, seperti di Samarkand waktu itu terdapat pengikut Yahudi tidak kurang dari 30.000 (tiga puluh ribu) orang. Dan Al-Maturidi terlibat dalam berbagai dialog dan diskusi intensif dengan kelompok dan sekte-sekte tersebut. Karya-karya Al-Maturidi, seperti Kitab Maakhidz as-,Syarai'i, dalam ushul fiqih dan At-Tauhid, Ta'wilat Ahlissunnah, Kitab Bayan Wahmi al-Mu'tazilah, Kitab Ar-Raddu 'ala al-Qaramitha, Kitab Raddu al-Imamah li Ba'dhi al-Rawafidl dan lainnya yang termasuk kajian Ilmu Kalam. Sayangnya kitab-kitab tersebut sebagian banyak tidak dapat ditemukan lagi, sebagian lagi tidak utuh dan yang lain masih dalam bentuk manuskrip (makhthuthat / tulisan tangan).

Sebagaimana Al-Asy'ari, sebagai Imam ahlus-sunnah wal Jama'ah maka Al-Maturidi juga menggunakan metode dan sikap at-tawassuth (moderat dan jalan tengah). Dr. Ali Abdul Fatah AI-Maghribi mengatakan hal ini : "Sikap fundamental metodologi Al-Maturidi adalah tawassuth (moderatif) antara an-naqli dan al-'aqli, Al-Maturidi menganggap suatu kesalahan apabila kita berhenti berbuat pada saat tidak terdapat Nash (naql), seperti halnya kesalahan jika kita larut tidak terkendali dalam menggunakan nalar (aql) saja. Sikap yang adil adalah tawassuth antara keduanya (naql dan 'aql). Sikap moderatif demikian itu dasarnya dari agama, yakni firman Allah yang terjemahannya:

"Demikianlah Aku menjadikan kamu sekalian sebagai umat yang moderat ... ".

Visi dari moderat ini adalah, menjaga kesucian nash dan kedudukan nalar “Yakhfadzu lin-Naqli Qadasatuhu, wa lil`Aqli Makanatuhu".

0 komentar:

Posting Komentar