Cari Blog Ini

Isu Global Kontemporer

1. Salah satu perkembangan besar dalam tatanan global semenjak berakhirnya perang dunia II adalah pertumbuhan pesat actor-aktor transnasional. Diantara actor transnasional yang tumbuh pesat tersebut, perusahaan multinasional (MNCs) adalah actor yang paling kontrovensial. MNCs mengundang perdebatan terutama karena pengaruhnya terhadap kedaulatan Negara. Menurut anda sejauh mana MNCs ini mempengaruhi kedaulatan Negara dan bagaimana mereka mempengaruhi kedaulatan ini?jelaskan!

2. Menurut anda apa isu global kontemporer yang paling mempengaruhi kehidupan anda? Mengapa isu ini begitu berpengaruh terhadap kehidupan anda dan bagaiman ia mempengaruhi kehidupan anda?jelaskan!


Jawaban Pertama
John H Dunning seperti dikutib Aknolt Kristian Pakpahan melalui Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional menyatakan Multi National Corporations (MNCs) dilihat dari perubahan perekonomian dunia yang menyertainya dapat disebut agen globalisasi. Dalam melakukan aktifitasnya aktor transnasional ini tidak hanya terbatas sektor produksi namun memainkan peranan yang pentig dalam sektor barang dan jasa. Berpindahnya barang dan jasa secara global melibatkan banyak sekali peran MNCs, pada akhir 1990an saja terdapat 53000 MNCs di dunia dengan 450.000 anak perusahaan di seluruh dunia.
Aknolt Kristian Pakpahan menjelaskan pula mengenai empat karakter MNCs, pertama, MNCs disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang yang beroperasi di dua atau lebih negara tujuan, Host Country adalah negara induk MNCs dan Home Country adalah negara berada MNCs, kedua, MNCs sering melakukan research and development (penelitian dan pengembangan) di negara tujuan untuk menunjang aktivitas MNCs, ketiga, sifat kegiatan operasional MNCs lintas batas negara dan keempat, adanya foreign direct investment/FDI (pemindahan modal) dari daerah yang sedikit memberikan keuntungan pada MNCs ke daerah yang mempu memberikan kontribusi positif.
Mengenai pendekatan IPE terkait MNCs, terdapat 3 perbedaan pendapat, Kaum Liberalis merekomendasikan negara untuk membuka peluang yang lebih luas bagi MNCs, Kaum Merkantilis mengajukan hal serupa selama menguntungkan negara mereka dan Kaum Marxis mengusulkan untuk membatasi, bahkan kalau mungkin menarik diri dari keterlibatan MNCS agar tidak terkena dampak negatifnya, seperti yang diungkapkan Ballam dan Veseth dalam Introduction to International Political Economy.
Berdasarkan karakter dan pendekatan IPE diatas maka dapat dimengerti bagaimana MNCs mempengaruhi kedaulatan. MNCs yang menjadi bahasan disini tentunya tidak semua MNCs melainkan MNCs yang sangat besar menggurita dunia seperti Microsoft (US) Exxon Mobil (US), Philips Ellectric (Belanda), Toyota (Jepang), Nestle (Swiss), Volkswagen (Jerman) dan lain sebagainya. Semakin besar MNCs tentu mereka semakin hati-hati akan formula rahasia, teknik manajerial dan inovasi teknologinya di jiplak oleh perusahaan lain di home country untuk menjaga MNCs tetap kompetitif memaksimalkan keuntungan (profit).
Selain kehati-hatian menjaga kendali di negara home country, MNCs yang mencari keuntungan otomatis mencari lokasi yang banyak permintaan dan lokasi yang dapat menekan biaya. Hal ini menyebabkan MNCs haruslanh mendunia dengan ekspansinya dan memyebabkan MNCs disebut agen globalisasi, meski demikian aktivitas mencari keuntungan ini tidak dapat dipisahkan dari kepentingan nasional host country.
MNCs mengurangi kedaulatan negara karena dimungkinkan MNCs membuat tawaran menggiurkan bagi negara home country, hal ini menyebabkan negara-negara berlomba menyediakan iklim investasi yang nyaman dalam segi pajak, moneter (suku bunga), infra stuktur (jalan tol, pelabuhan, internet dll), jaminan hukum dan keamanan. Dalam hal ini sangat jelas kedaulatan negara harus mengikuti posisi tawar MNCs.
Pada praktek selanjutnya, kedaulatn negara dapat bermasalah dengan MNCs, bila MNCs menggunakan teknik-teknik akuntansi demi menyebabkan hilangnya pendapatan sektor pajak negara. Bahkan untuk memaksimalkan profit, MNCs akan menghindari negara yang memiliki sistem pajak ketat. Meski MNCs memindahkan produksi ke negara-negara yang longgar sistem pajak tetapi produksinya akan tetap masuk ke negara yang dengan sistem pajak ketat. Ini disebabkan MNCs hanya mencari kepentingan host country bukan home country. Hal ekonomi yang lebih buruk dapat terjadi bila krisis ekonomi terjadi, MNCs dapat dengan mudah memindahkan modal secara besar-besaran demi mengurangi resiko dan bila hal ini terjadi home country akan terkena efek krisis yang besar serta membengkaknya jumlah pengangguran.
Mengapa MNCs sedigdaya itu ? untuk mejawab hal ini mari melihat fakta bahwa 51 dari 100 entitas ekonomi terbesar global tahun 2002 merupakan MNCs, sedangkan 49 lainnya adalah negara. Hal ini didasari Ballam dalam total penghasilan MNCs dan total gross domestic product (GDP). Menyadari data tersebut maka mudah saja bagi kita mengira bahwa ke 51 dari MNCs itu ternyata memiliki host country dari negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperations and Development (OECD), tidak diragukan kedigdayaan MNCs menjadi begitu kuat.


Jawaban Kedua
Menurut pendapat penulis, isu global kontemporer yang paling mempengaruhi kehidupan pribadi penulis ialah isu terorisme internasional. Pengkajian terorisme internasional adalah pengkajian yang mampu menarik perhatian dunia, terutama pasca 11 september 2001 (911) saat tiga pesawat penerbangan komersil Amerika Serikat (AS) dibajak, dua diantarnya ditabrakan ke twin tower dari gedung world trade center (WTC) dan gedung pentagon. Kejadian ini telah menjadi starting point (titik anjak) masyarakat dunia yang dipimpin AS mendeklarasikan perang global melawan terorisme (global war against terrorism).
Penulis sangat tertarik isu terorisme internasioanal, apalagi isu ini hampir selalu muncul setiap dalam bahasan topik event internasional dan nasional dengan mengaitkan isu keamanan terhadap terorisme. Perihal jaringan terorisme internasional, jaringan terorisme yang terkait atau tidak terkait padanya cukup mudah ditemukan dalam media masa internasional, nasional dan lokal. Hingga yang terbaru isu terorisme internasional menjadi semakin mendapat perhatian dengan tewasnya pemimpin Al-Qaeda, Osama Bin Laden pada Senin, 2 Mei 2011 di Islamabad Pakistan yang merupakan orang paling dicari AS karena bertanggung jawab dalam peristiwa 911.
Setiap aksi terorisme memiliki motivasi yang berbeda tergantung pada kondisi masing-masing. Tindakan terorisme dapat didasarkan dua motif yaitu motif objective driven act (menuntut tujuan) dan motif terror driven act (balas dendam atau ancaman untuk mengubah kebijakan). Namun yang membuat penulis terpengaruh dengan berbagai emosi karena isu ini terdapat meta languange (bahasa tak terlihat) yang mengaitkan terorisme dan Islam. Mengaitkan terorisme dan islam adalah sesuatu yang bertentangan dengan prinsip dasar islam yang rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang bagi semesta).
Faktanya, namun begitulah sebagaian orang islam terburu-buru melakukan tindakan berani mati yang sebenarnya merupakan cara paling akhir yang harus dipilih. Ada tugas besar sebagai Umat Islam dan Bangsa Indonesia terlebih mahasiswa UIN Jakarta untuk membudayakan islam moderat, penulis yakin Indonesia dengan islam moderatnya mampu membawa penengah yang dapat diterima. Penulis menyakini peran indonesia dalam dialog lintas agama dan dialog lintas peradaban melalui kerjasama para tokoh pemerintah dan tokoh agama akan membawa Indonesia menyakinkan dunia tidak perlu merusak dunia untuk menjadi pejuang.

0 komentar:

Posting Komentar