Cari Blog Ini

Indonesia: Harapan Dan Kenyataan di Papua


Asia Briefing N°12622 Aug 2011
RINGKASAN IKHTISAR
Meskipun konflik Papua belakangan ini makin sulit dicari jalan keluarnya, tapi beberapa ide solusi saat ini sedang dibahas. Kekerasan yang meningkat di bulan Juli dan Agustus menegaskan kebutuhan yang mendesak untuk menjajaki ide-ide solusi tersebut. Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono sebaiknya segera bertindak untuk mengesahkan pembentukan sebuah badan baru bernama Unit Percepatan Pembangunan Di Papua Dan Papua Barat (UP4B) yang sudah lama ditunda dengan mandat yang mencakup masalah politik. Unit ini harus memperhatikan serangkaian indikator politik, sosial, ekonomi, hukum dan keamanan yang dihasilkan oleh sebuah Konferensi Perdamaian Papua pada Juli lalu yang bisa menjadi kerangka kerja bagi kebijakan-kebijakan yang lebih tercerahkan. Bersama-sama, mereka melambangkan sebuah visi akan seperti apa Papua yang damai nantinya. Para peserta yang merancang ide-ide solusi bagi persoalan di Papua ini hampir semuanya dari masyarakat sipil Papua. Agar perubahan nyata bisa terjadi, perlu ada dukungan tidak saja dari Jakarta tapi juga dari para pejabat setempat asli Papua – yang sekarang ini jumlahnya semakin banyak – yang punya pengaruh dan sumber daya di tingkat lokal.
Aspirasi yang disuarakan selama konferensi sangat kontras dengan kenyataan meningkatnya konflik di kabupaten pegunungan Puncak Jaya, sebuah wilayah terpencil yang didera oleh pemberontakan, korupsi dan kemiskinan. Puncak Jaya merupakan rumah bagi Tentara Pembebasan Nasional (TPN), sayap militer dari organisi pro-kemerdekaan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Sejumlah faktor yang kompleks mendorong timbulnya gerakan pemberontakan, termasuk ketidakadilan sejarah, tindakan kekerasan dari TNI dan Polri, maupun persaingan dan perpecahan, kadang berbasis klan, diantara para pemberontak sendiri. Kekerasan di Papua membantu memicu aktivisme lokal dan sebuah gerakan solidaritas internasional, yang pada gilirannya memicu rasa antipati di Jakarta terhadap langkah apapun ke arah resolusi konflik yang mencakup pembahasan ketidakpuasan politik. Hal ini juga menyebabkan pembatasan akses bagi organisasi-organisasi asing kemanusiaan dan pembangunan.
Konferensi pada 5 hingga 7 Juli itu bermaksud untuk merubah pola ini. Buah dari upaya-upaya di belakang layar selama dua tahun oleh sebuah kelompok bernama Papua Peace Network (Jaringan Damai Papua), konferensi ini adalah sebuah latihan dalam memformulasikan isu-isu yang kemudian bisa didiskusikan dengan pemerintah di Jakarta dengan cara yang dipikir oleh beberapa orang bisa menjauhkan kata “M” (merdeka). Tapi hal ini tidak berjalan seperti yang direncanakan oleh panitia. Pejabat senior pemerintah menawarkan “komunikasi konstruktif” informal tanpa menjelaskan secara rinci apa yang mereka maksud. Para aktivis merespon dengan sebuah tuntutan bagi dialog yang jauh lebih formal, dengan pemerintah Indonesia dan para negosiator pro-kemerdekaan Papua duduk berhadap-hadapan di meja negosiasi, dan dimediasi oleh pihak ketiga yang netral dari dunia internasional. Dan bukannya menjembatani, konferensi ini malah menegaskan dalamnya jurang perbedaan persepsi antara para pejabat pusat dan masyarakat sipil Papua mengenai sifat konflik yang terjadi di Papua.
Pemerintah SBY, sejauh ini amat lambat untuk mengembangkan sebuah kebijakan yang tepat. Selama setahun terakhir, muncul gagasan untuk membentuk sebuah unit khusus yang berbasis di kantor wakil presiden untuk menangani masalah Papua yang disebut Unit Percepatan Pembangunan di Papua dan Papua Barat atau UP4B. Pada awalnya unit ini dibentuk sebagai sebuah badan untuk mengimplementasikan proyek-proyek pembangunan “quick win”, dan kelihatannya pada awal tahun 2011 UP4B mulai memperoleh mandat yang lebih luas, sehingga bisa menangani isu-isu yang lebih sensitif seperti masalah-masalah terkait tanah, sejarah, konflik dan HAM. Tapi sebuah rancangan Peraturan Presiden (PP) untuk mengesahkan pembentukan UP4B masih tersangkut di meja Sekretaris Kabinet sejak bulan Mei, dan tidak ada indikasi kapan akan diserahkan ke presiden untuk ditandatangani. Tanpa UP4B, kesempatan akan adanya perubahan positif di dalam kebijakan pemerintah menjadi sangat berkurang, membuat perkembangan yang terjadi di Puncak Jaya menjadi simbol bagi aktivis di dalam dan luar Indonesia atas segala sesuatu yang salah di Papua.


http://www.crisisgroup.org/en/regions/asia/south-east-asia/indonesia/B126-indonesia-hope-and-hard-reality-in-papua.aspx?alt_lang=id

hakim. humanitarian intervention somalia

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang
Salah satu bentuk kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) pasca Perang Dingin adalah menjalankan kebijakan intervensi kemanusiaan (Humanitarian Intervention). Konsep kebijakan ini diajukan oleh Presiden AS, Herbert Walker Bush pada masa pemerintahannya di hadapan Kongres AS pada 11 September 1990. Kerangka pemikiran kebijakan yang diajukan oleh Presiden H.W. Bush terangkum dalam kebijakan yang disebut “New World Order”. Secara garis besar, kebijakan tersebut menyatakan bahwa tatanan dunia yang baru adalah dunia yang bebas dari ancaman terror, menjunjung tinggi keadilan, dunia yang lebih aman bagi perdamaian, dunia dimana bangsa-bangsa baik timur&barat, utara&selatan dapat hidup dalam harmoni. Termasuk juga collective security dengan melibatkan kerjasama multinasional.
Implementasi dari gagasan “New World Order” yang diajukan oleh H.W. Bush adalah mengirim pasukan AS untuk membantu Somalia mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang terjadi di negaranya. Krisis kemanusiaan yang terjadi di Somalia awalnya disebabkan karena perang sipil antara faksi yang mendukung Presiden Ali Mahdi Mohamed dan faksi yang mendukung Jenderal Mohamed Farah Aidid pada Januari 1991. Hanya berselang 11 bulan kemudian, jumlah kematian mencapai 300.000 nyawa, sekitar 5 juta penduduk terancam menderita kelaparan, dan hampir 1.5 juta penduduk hidup dalam kondisi lingkungan yang mengancam keselamatan jiwanya. Sehingga, jutaan penduduk Somalia berbondong-bondong mencari tempat pengungsian ke Negara-negara tetangga.
Pada bulan November, Bush mengirim pasukan ke Somalia. Bush memutuskan bahwa jika Negara-negara mengirim pasukan dan DK PBB memberikan legitimasi, maka AS akan memimpin intervensi kemanusiaan multinasional ke Somalia. Pada 3 Desember 1992, DK PBB mengeluarkan Resolusi 794 yang mengesahkan intervensi kemanusiaan di Somalia dibawah kepemimpinan AS, yang dinamakan “Operation Restore Hope”. Pada mulanya, kebijakan Bush untuk melakukan intervensi kemanusiaan di Somalia dianggap berhasil karena telah menyelamatkan ribuan nyawa dan memberikan bantuan kemanusiaan terhadap penduduk Somalia. Tetapi, setelah terjadi pergantian Presiden di AS, H.W. Bush digantikan oleh William Jefferson Clinton, Clinton memutuskan untuk menarik mundur pasukan AS dari Somalia pada Oktober 1993 setelah 18 pasukan AS tewas di Mogadishu, ibukota Somalia.

I.2. Pertanyaan Penelitian
Mengapa Amerika Serikat menjalankan kebijakan Intervensi Kemanusiaan di Somalia pada tahun 1991?



















II. Kerangka Teori

Kebijakan pemerintah AS pada masa Presiden H.W. Bush untuk melakukan intervensi kemanusiaan menimbulkan berbagai tanggapan karena terdapat dilemma antara nilai-nilai kemanusiaan yang memunculkan tanggung jawab untuk melindungi (Responsibility to Protect) dengan prinsip Sovereignty. Oleh sebab itu, timbul pertanyaan mengapa pemerintah AS melakukan intervensi kemanusiaan di Somalia meskipun sebenarnya terdapat dilemma. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang prinsip-prinsip dasar yang membuat masyarakat internasional melakukan intervensi kemanusiaan.
Menurut R.J. Vincent, intervensi diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh negara, sekelompok negara, dan organisasi internasional yang dimaksudkan untuk mencampuri urusan domestik negara lain. Secara tradisional, berarti intervensi merupakan sebuah pelanggaran terhadap kedaulatan suatu negara. Definisi Vincent mengenai intervensi tersebut tidak menawarkan pendapat yang pasti mengenai legalitasnya, sehingga hal ini menimbulkan kontroversi dalam kaitannya dengan intervensi kemanusiaan. Beberapa pakar hukum internasional menganggap bahwa intervensi kemanusiaan merupakan tindakan illegal dengan merujuk pada pasal 2(4) Piagam PBB, karena dalam pasal ini diatur mengenai non-intervention. Sedangkan beberapa pakar berpendapat bahwa ada hak legal untuk bertindak secara unilateral maupun kolektif untuk melakukan intervensi kemanusiaan dengan merujuk pada alasan moral.
Untuk melihat apa yang mendasari perdebatan mengenai intervensi kemanusiaan dapat merujuk pada perdebatan antara Pluralisme dan Solidarisme. Dalam konsep Pluralisme, masyarakat internasional mempercayai bahwa hanya negara yang bisa membuat perjanjian dan saling menghormati kedaulatan dengan berpegang pada prinsip non-intervention. Pluralis berpandangan pesimis terhadap sebuah intervensi karena menurutnya jika negara melakukan intervensi bukan untuk alasan kemanusiaan melainkan untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Oleh sebab itu, negara-negara sebaiknya tidak mengurusi urusan negara lain. Apapun yang terjadi di sebuah negara merupakan tanggung jawab negara tersebut, yang seharusnya menjadi perhatian Negara adalah keteraturan international (international order) dalam struktur yang anarki.
Sedangkan Solidarisme berpendapat bahwa negara memiliki hak legal dan tanggung jawab moral untuk melakukan intervensi dalam kondisi dimana sedang terjadi krisis kemanusiaan (genosida, pembunuhan, dan kekerasan fisik lainnya). Tanggung jawab moral ini merupakan bentuk solidaritas negara-negara yang merupakan bagian dari komunitas internasional untuk membantu sebuah negara yang sedang mengalami krisis kemanusiaan. Tanggung jawab moral ini yang kemudian diimplemetasikan dengan intervensi kemanusiaan yang bertujuan untuk melindungi hak-hak fundamental setiap individu.
Pada dasarnya, Para pemerintah telah mengesahkan bahwa ‘kedaulatan sebagai pertanggungjawaban’ yang ditunjukkan dengan kecenderungan untuk melindungi warga sipil yang berada dibawah pemerintahannya. Kedaulatan ini yang akan membawa tanggung jawab bagi Negara untuk melindungi setiap warganegaranya. Tetapi, menurut Solidaris jika Negara tidak sanggup melindungi warga negaranya, maka masyarakat internasional bertanggungjawab untuk membantu negara tersebut dan menerima tanggungjawab darinya. Atas dasar inilah akhirnya istilah mengenai Responsibility to Protect dicetuskan oleh International Commision on Intervention and State Sovereingty (ICISS) pada laporannya tahun 2001.
Prinsip dasar dari Responsibility to Protect adalah, Negara tuan rumah yang menerima bantuan mengakui tanggung jawab utamanya adalah memberikan kesejahteraan untuk warganya. tetapi ketika banyak penduduk menderita kerugian yang serius sebagai akibat dari perang sipil, pemberontakan, penindasan dan negara tidak sangup memenuhi tanggungjawab untuk memberikan kesejahteraan dan perlindungan kepada warganya, maka campur tangan (intervensi) bisa menjadi pertimbangan.





III. Pembahasan

Kebijakan AS untuk melakukan intervensi kemanusiaan didasari pada gagasan Presiden AS, H.W. Bush mengenai New World Order. Gagasan ini diajukan oleh Presiden Bush di hadapan Kongres AS pada 11 September 1990. Dalam gagasan tersebut, Bush mengharapkan tatanan dunia yang baru adalah dunia yang bebas dari ancaman terror, dunia yang lebih aman bagi perdamaian dan dunia yang lebih aman bagi perdamaian.
Tujuan dari intervensi kemanusiaan yang dilakukan AS adalah untuk membantu Somalia mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang melanda negaranya. Keinginan AS membantu Somalia dalam hal intervensi kemanusiaan ini disebabkan karena Somalia tidak mampu mengatasi krisis yang sedang terjadi.
Untuk merealisasikan tujuannya tersebut, AS mengirimkan pasukan ke Somalia pada bulan November 1990, yang bertujuan untuk mengurangi kekerasan fisik yang sedang terjadi antara faksi yang sedang bertikai di Somalia. AS memiliki legitimasi untuk memimpin intervensi kemanusiaan tersebut setelah DK PBB mengeluarkan Resolusi 794 pada 3 Desember 1992 yang dinamakan dengan Operation Restore Hope.
Kebijakan intervensi kemanusiaan yang dijalankan oleh pemerintah AS pada masa H.W. Bush merupakan bentuk dari implementasi konsep Solidarisme. Karena, dalam konsep Solidarisme menyatakan bahwa negara-negara memiliki tanggung jawab moral untuk membantu sebuah negara yang sedang mengalami krisis kemanusiaan. Tanggung jawab moral ini yang kemudian diimplemetasikan oleh AS dengan bentuk intervensi kemanusiaan yang bertujuan untuk melindungi hak-hak fundamental (hak untuk hidup, hak untuk bebas dari rasa takut) masyarakat Somalia yang terancam karena krisis kemanusiaan yang sedang terjadi.
Selain itu, kebijakan untuk melakukan intervensi kemanusiaan juga dipengaruhi oleh gagasan H.W.Bush tentang New World Order. Karena, kondisi Somalia pada saat itu yang sedang mengalami krisis kemanusiaan sebagai akibat dari perang sipil yang terjadi di negaranya, maka AS merasa memiliki tanggung jawab untuk memberi bantuan kepada penduduk Somalia. Gagasan New World Order menjadi dasar bagi AS untuk melakukan intervensi kemanusiaan karena dalam gagasan tersebut menginginkan dunia yang bebas dari ancaman terror dan dunia yang bebas dari ancaman. Maka dengan didasarkan atas keinginan untuk menciptakan tatanan dunia yang baru, Bush memutuskan untuk melakukan intervensi kemanusiaan untuk membantu Somalia mengatasi masalah krisis kemanusiaan yang sedang terjadi di negaranya dan memulihkan keadaan di Somalia.
Akan tetapi, setelah terjadi pergantian Presiden di AS, Herbert Walker Bush digantikan dengan William Jefferson Clinton, Presiden Clinton memutuskan untuk menarik mundur pasukan AS dari Somalia. Pada saat kepemimpinan Clinton, ketika intervensi kemanusiaan yang sedang dilakukan AS bereskalasi menjadi aktifitas militer dan pasukan AS mulai terlibat dalam kontak militer dengan faksi-faksi yang sedang bertikai di Somalia, maka pada Oktober 1993, Presiden Clinton mengusulkan untuk menarik mundur pasukan dan Kongres menyetujui usulan tersebut. Padahal, tujuan intervensi kemanusiaan AS yang dilakukan pada masa pemerintahan Bush bisa dikatakan cukup ideal karena berhasil membantu menyelamatkan jutaan nyawa penduduk Somalia dari ancaman perang saudara yang sedang terjadi. Meskipun begitu, Clinton melakukan kebijakan yang berbeda, ia memutuskan untuk menarik mundur pasukan AS setelah 18 pasukan AS tewas di Mogadishu, ibukota Somalia.
Kebijakan Clinton untuk menarik mundur pasukan AS karena dipengaruhi oleh Doktrin Clinton yang disebut Doctrine of Enlargement and Policy Successes. Dalam doktrin tersebut, terdapat anggapan yang menyatakan bahwa intervensi kemanusiaan dalam situasi krisis sebaiknya dilakukan secara multirateral dan dengan pertimbangan yang rasional (maksudnya adalah ketika AS memutuskan untuk melakukan intervensi kemanusiaan, AS juga harus melihat apakah resiko yang ditimbulkan tidak terlalu besar dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal).
Berdasarkan pertimbangan tersebut yang terdapat dalam doktrin Clinton, maka bisa dipahami mengapa pemerintah AS pada masa Clinton memutuskan untuk menarik mundur pasukan AS dari Somalia. Kebijakan pemerintah AS tersebut dilakukan karena mempertimbangkan bahwa resiko yang ditimbulkan dari kebijakan AS untuk intervensi kemanusiaan terlalu besar. Selain itu, anggaran yang harus ditanggung oleh pemerintah AS juga tidak sedikit. Berdasarkan data, pasukan AS yang tewas di Somalia mencapai 44 jiwa, dan sekitar 175 jiwa dirawat terpisah karena mengalami masa kritis. Selain resiko kematian, anggaran yang harus ditanggung pemerintah AS ketika melakukan intervensi kemanusiaan mencapai 2 miliar U$D. Oleh sebab itu, dibawah kepemimpinan Presiden Clinton kebijakan AS untuk melakukan intervensi lebih cenderung bersifat multilateralisme, sehingga beban resiko dapat ditanggung bersama.
Dalam hal ini, kebijakan AS untuk menarik mundur pasukan cenderung berdasarkan pada gagasan Pluralisme yang menyatakan bahwa sebuah negara melakukan intervensi bukan karena alasan kemanusiaan melainkan untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Hal ini dapat dipahami karena ketika pasukan AS sudah terperangkap dalam situasi darurat dimana intervensi yang terjadi sudah bereskalasi menjadi aktifitas militer, maka berdasarkan pertimbangan rasional seperti yang terdapat dalam doctrine of enlargement keputusan yang seharusnya diambil adalah dengan melibatkan negara-negara lain untuk melakukan aksi kolektif dalam menjalankan intervensi kemanusiaan di Somalia. Karena, apabila AS tetap bertindak secara unilateralisme, maka akan membawa resiko yang besar dan harus menanggungnya sendiri. Hal ini tentunya bukan merupakan keinginan AS dalam melakukan intervensi kemanusiaan di Somalia. Tujuan AS melakukan intervensi kemanusiaan di Somalia adalah untuk mewujudkan gagasan mengenai tatanan dunia baru yang mengharapkan dunia yang bebas dari ancaman terror dan dunia yang lebih aman bagi perdamaian. Apabila tujuan-tujuan ini berpotensi sulit untuk dicapai, maka pilihan lainnya adalah mempertimbangkan kebijakan alternatif untuk menarik mundur pasukan.



IV. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka bisa dilihat bahwa kebijakan pemerintah AS pada masa Presiden H.W.Bush untuk melakukan intervensi kemanusiaan di Somalia adalah karena alasan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sebagai bagian dari komunitas internasional. Alasan ini bisa dipahami karena kondisi Somalia pada saat itu yang sedang mengalami krisis kemanusiaan. Sehingga, banyak pihak yang menganggap kebijakan H.W.Bush untuk melakukan intervensi kemanusiaan cukup ideal.
Akan tetapi, meskipun kebijakan Presiden Bush untuk melakukan intervensi kemanusiaan dianggap berhasil, pada masa Clinton kebijakan tersebut dianggap tidak popular. Karena pada masa Clinton, Ia mengeluarkan doktrin Enlargement and Policy Sucessesses. Doktrin tersebut berisi pandangan yang menyatakan bahwa sebuah kebijakan untuk melakukan intervensi kemanusiaan pada saat krisis harus mempertimbangkan alasan-alasan rasional (pertimbangan bahwa kebijakan tersebut beresiko kecil dan tidak memerlukan dana yang cukup banyak). Oleh sebab itu, kebijakan Clinton untuk menarik pasukan dianggap sebagai keputusan yang tepat. Hal ini dapat dipahami, karena kebijakan AS untuk melakukan intervensi kemanusiaan di Somalia memiliki resiko yang besar, dan anggaran yang dikeluarkan AS juga tidak sedikit. Meskipun pasukan AS ditarik dari Somalia, dalam doktrin Enlargement and Policy Sucessesses, alternative lain yang harus dilakukan ketika melakukan intervensiyang berisi adalah melakukannya secara mutirateral, sehingga tanggung jawab untuk melakukan sebuah intervensi kemanusiaan bukan tugas AS sendiri.










Daftar Pustaka

Baylis,John & Smith,Steve (2006). The Globalisation of World Politics: an Introduction to Internasional Relation. Oxford University Press.

Wittkopf, Eugene R. et, all (2008). American Foreign Policy (Pattern and Process). Thomson Wadsworth: California

Synopsis. The Responsibility to Protect : Core Principles.

Garis besar kebijakan Presiden Amerika H.W. Bush ini diakses melalui http://millercenter.org/president/bush/essays/biography/5 dengan judul American President, an online reference resource. George Herbert Walker Bush: Foreign Affairs, pada 11 April 2011

Garis besar kebijakan Presiden Amerika W. J. Clinton ini diakses melalui http://millercenter.org/president/clinton/essays/biography/5 dengan judul William Jefferson Clinton: Foreign Affairs. American President, an online reference resource, pada 11 April 2011


Glanville, Luke. Somalia Reconsidered: An Examination of the Norm of Humanitarian Intervention. Diakses melalui http://www.jha.ac/articles/a178.pdf pada 11 April 2011

Shibata, Makalena Y. a Case Study on the U.S Policy in Humanitarian Intervention: Somalia, Rwanda, and Liberia. Diakses melalui https://www.afresearch.org/skins/rims/display.aspx?rs=enginespage&ModuleID=be0e99f3-fc56-4ccb-8dfe-670c0822a153&Action=downloadpaper&ObjectID=0b12f4c2-d000-46c9-b231-180d6cefe339 pada 11 April 2011

menjual diri

Kepada Yth.
Walikota Tangerang Selatan
Ibu Hj. Airin Rachmi Diany SH MH
Ditempat

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Berkaitan dengan acara Short Course : Indonesia – Russian Student’s Friendship and Dialogue on Islam and Culture yang akan diselenggarakan 17 – 23 Mei 2011di Russian Islamic University, Kazan dan Moscow Russia. Saya adalah salah satu mahasiswa dari enam mahasiswa yang lulus seleksi untuk mengikuti acara tersebut.
Terkait dengan akomodasi, panitia short course tekah memberikan subsidi untuk para peserta yang akan mengikuti acara tersebut, namun masih ada biaya sebesar Rp. 12.000.000 (dua belas juta rupiah) yang dibebankan kepada tiap peserta. Karena itu, saya pribadi mengajukan bantuan pendidikan kegiatan pertukaran pelajar pada Institusi yang Ibu Pimpin.
Demikian permohonan ini saya disampaikan dan terimakasih atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Ciputat, 10 Mei 2011
Peserta Short Course


Azmi Muharom


Pendahuluan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Russia Islamic University dan KBRI Moskow pada tanggal 17 Mei 2011 – 23 Mei 2011, akan menyelenggarakan SHORT COURSE : INDONESIAN – RUSSIAN STUDENTS’ FRIENDSHIP and DIALOGUE on ISLAM and CULTURE yang bertemakan :
“Memperkokoh Persahabatan dan Kerjasama International di Kalangan Mahasiswa Indonesia dan Rusia Demi Terwujudnya Tatanan Dunia yang Lebih Sejahtera dan Damai”
Kegiatan yang akan dilakukan oleh Lima mahasiswa UIN terpilih dalam kegiatan ini, akan melakukan serangkaian kegiatan untuk memperkenalkan Islam Indonesia melalui Diskusi, Pemutaran Film, Kursus atau Training Singkat bahasa Indonesia dan bahasa Rusia, Penampilan Kesenian, Permainan dan Outbound.
Disamping itu, melalui kesempatan short course ini mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat tampil sebagai Duta Budaya yang memperkenalkan Islam dan budaya masyarakat di Indonesia sekaligus meyakinkan bahwa Indonesia adalah sebuah Bangsa Muslim Terbesar yang menampilkan Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin.
Terkait pada kegiatan ini, panitia telah memberikan subsidi biaya Visa, Asuransi dan Akomodasi (Konsumsi, Asrama dan Transportasi) namun masih ada biaya dengan jumlah Rp. 12.000.000 (Dua belas juta rupiah) yang dibebankan kepada tiap peserta. Karena itu dengan proposal ini saya mengajukan permohonan bantuan biaya pada Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Semoga Kegiatan pertukaran mahasiswa dalam kesempatan short course ini dapat menjadi lahan ilmu dan amal yang sangat bermanfaat bagi penulis, almamater, masyarakat dan semua pihak, yang Insya Allah mempereratnya hubungan persahabatan dan kerjasama antara Indonesia dan Rusia serta terbangunnya pandangan yang baik dan pengertian yang mendalam tentang Islam dalam konteks kebudayaan bangsa Indonesia dan kebudayaan bangsa Rusia.

Waktu & Tempat Kegiatan Short Course
Kegiatan pertukaran mahasiswa dalam kesempatan short course ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2011 – 23 Mei 2011 di Kazan, Tatarstan, Rusia.

Tujuan Kegiatan Short Course
Kegiatan pertukaran mahasiswa dalam kesempatan short course ini bertujuan mempereratnya hubungan persahabatan dan kerjasama antara Indonesia dan Rusia, serta terbangunnya pandangan yang baik dan pengertian yang mendalam tentang Islam dalam konteks kebudayaan bangsa Indonesia dan kebudayaan bangsa Rusia terutama di kalangan mahasiswa.
Disamping itu, melalui program ini mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat tampil sebagai Duta Budaya yang memperkenalkan Islam dan budaya masyarakat di Indonesia sekaligus meyakinkan bahwa Indonesia adalah sebuah Bangsa Muslim Terbesar yang menampilkan Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin.
Agenda Kegiatan Short Course
Terlampir (lampiran satu)
Anggaran Biaya Kegiatan Short Course
Terlampir (lampiran Dua
Penutup
Demikianlah proposal ini penulis buat, besar harapan penulis agar Bapak/ Ibu di Pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat membantu melancarkan terselenggaranya kegiatan tersebut. Semoga Allah SWT mempermudah dan meridhoi langkah kita. Amin...












Lampiran Satu
Agenda Kegiatan Short Course
Selasa 17 Mei 2011 – Senin 23 Mei 2011
Date Time Activity PIC
Day 1 01.00 Departure from Jakarta
13.55 Arrival in Moscow airport – Flight to Kazan Pick-up by Russian Islamic University
20.45 Arrival in Kazan airport - go to University of Russian Islamic University
21.00 Take a rest
Day 2 03.30 – 04.00 Fajr Prayer
08.15 - 09.00 Breakfast (Canteen of RIU)
09.00- 09.45 Opening Ceremony by Vice Chancellor of Russian Islamic University
09.45 – 11.00 Welcoming Speech / Lecture by
: Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA
(Vice Rector for Student Affairs)
11.00 – 11.40 Ice Breaking and Games Students of Russian Islamic Univ. (RIU)
11.40 – 12.30 Training I: Learning Indonesian Language Part 1 Students of UIN
12.30 - 13.00 Lunch (Canteen of RIU)
13.00 – 13.30 Zuhr Prayer (Eniler Mosque)
13.30 – 14.30 Training II: Learning Russian Language Part 1 Students of RIU
14.30 – 16.30 Students Discussion Group :
Introducing Islam in Indonesia Students of UIN
16.30 – 18.00 Rest
18.15 – 18.30 Asr Prayer (Eniler Mosque)
18.30 – 19.00 Dinner
19.00 – 21.00 Student Group Discussion:
Indonesian Movie Screening Students of UIN
21.00- 21.30 Magrib Prayer (Eniler Mosque)
22. 45 Isha Prayer and Rest
Day 3 03.30 – 04.00 Fajr Prayer
08.15 - 09.00 Breakfast (Canteen of RIU)
09.00- 10.30 Training III :
Learning Russian Language Part 2 Studens of RIU
10.30 – 12.30 Students Group Discussion :
“Islam and Pop Culture: Indonesian and Russian Students Experiences” Presentation From Studenst of RIU and UIN
12.30 – 13.00 Lunch (Canteen of RIU)
13.00– 13.30 Zuhr Prayer (Eniler Mosque)
13.30- 15.00 Debating :
How can Young Muslim Students to Build a Better World.
Representative Indonesian Students and Russian Islamic University Presentation From Studenst of RIU and UIN
15.00 – 16.00 Training V: Learning Indonesian Language Part 2 (Indonesian Students) Students of UIN
16.00 – 17.00 Sports (Table Tennis / Chess tournament : RIU vs UIN)
17.00 – 18.00 Rest
18.15 - 18.30 Asr Prayer (Eniler Mosque)
18.30 - 19.00 Dinner
19.00 – 21.00 Student Group Discussion :
Introducing Islam in Russia Students of RIU
21.00- 21.30 Magrib Prayer (Eniler Mosque)
22. 45 Isha Prayer and Rest
Day 4 03.30 – 04.00 Fajr Prayer
08.15 - 09.00 Breakfast (Canteen of RIU)
09.00- 10.30 Training VI :
Learning Russian Language Part 3 Students of RIU
10.30 – 12.00 Visiting Kul Sharif Mosque and
Islamic Museum
12.00 – 13.00 Visiting The Religious Board
of Muslim Tatarstan
13.00 – 13.30 Zuhr Prayer (Eniler Mosque)
13.30 – 14.00 Lunch (Canteen of RIU)
14.00 - 15.00 Training IV: Learning Indonesian Language Part 3
Presentation From Studenst of RIU and UIN
15.00 – 16.30 Students Discussion Group :
The Challenges of Globalization: The Students Role Students of RIU
16.30 – 18.00 Sports (Table Tennis / Chess tournament : RIU vs UIN)
18.15 – 18.30 Asr Prayer (Eniler Mosque)
18.30 – 19.30 Dinner Students of UIN
19.30 - 21.00 Student Discussion Group :
Russian Movie Screening, theme about Culture in Russia (Russian Islamic Univ.) Students of RIU
21.00 - 21.30 Magrib Prayer (Eniler Mosque)
22.45 Isha Prayer and Rest
Day 5 03.30 – 04.00 Fajr Prayer
08.15 - 09.00 Breakfast (Canteen of RIU)
09.00- 11.00 Arts Performance
11.00 – 13.00 Hand Craft : Paint the head scraft Students of RIU
13.00 – 13.30 Zuhr Prayer (Eniler Mosque)
13.30 – 14.00 Lunch (Canteen of RIU) Embassy of Indonesia
14.00 - 15.00 Indonesian Movie Screening

15.00 – 16.30 Evaluation and Sharing Experience :
Next Year Student Activity Between UIN and RIU
16.30 – 18.00 Sports and Rest
18.15 – 18.30 Asr Prayer (Eniler Mosque)
18.30 – 19.30 Dinner (RIU Canteen)
19.30 - 21.00 Closing Program :
Sampai bertemu di Jakarta
21.00 - 21.30 Magrib Prayer (Eniler Mosque)
22.45 Isha Prayer and Rest
Day 6 06.30 Getting to the airport from Kazan
08.00 – 09.30 Courtesy call to Embassy of Indonesia in Moscow Embassy of Republic of Indonesia
09.30 – 13.00 Visit to Museum
13.00 – 19.00 Visit Historical Sites
22.00 Visit to Museum and Historical Sites
Day 7 11.30 Arrival at Jakarta




























Lampiran Dua
Anggaran Biaya Kegiatan Short Course
A. Pemasukan
No Kegiatan Biaya
1 Uang pribadi 8.000.000

B. Pengeluaran
No Kegiatan Biaya
1 Visa Panitia
2 Asuransi Panitia
3 Tiket Pesawat Jakarta – Moscow dan Moscow Kazan (pulang-pergi) 12.000.000
5 Akomodasi Satu Minggu (Konsumsi, Asrama dan Transportasi) Panitia
6 Uang Bekal Satu Minggu 1.000.000
7 Belanja Buku dan buah tangan 2.000.000
BIAYA TOTAL 15.000.000

Rekapitulasi
Pemasukan 8.000.000
Pengeluaran 15.000.000
Kekurangan 7.000.000

Terbilang
“ Tujuh Juta Rupiah”

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama
Alamat

Tempat/ Tgl Lahir
Telepon
E-mail
Web blog
Jenis Kelamin
Tinggi
Berat
Agama
Kewarganegaraan
Status
Hobby : Azmi Muharom
: Jln. KH Dewantara No 42, 03/05, Kompas II, Kelurahan Ciputat, kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, 15411
: Ciputat, 26 Juli 1990
: 021 7409737 / 0857 10 780 778
: azmuharam@gmail.com
: azmuharam.blogspot.com
: Laki-laki
: 162 cm
: 51 Kg
: Islam
: Indonesia
: Belum Menikah
: Membaca, Menulis, Diskusi

II. Pendidikan Formal
• TK Alhukama, Lampung, lulus tahun 1996
• SD Negeri Ciputat III, Tangerang, Banten, 1996-2001
• SD Negeri Kranggan III, Mojokerto, Jawa Timur, lulus tahun 2002
• MTsN Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat, lulus tahun 2005
• MAN Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat, lulus tahun 2008
• UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), Program Studi Hubungan Internasional, 2008 - Sekarang

III. Pengalaman dalam Organisasi
• Ketua Satu OSIS MTsn Sukamanah, 2002
• Ketua Satu IREMA, MTsN Sukamanah, 2003
• Ketua bidang Tekhnik Pramuka MAN Sukamanah, 2006
• Sekretaris umum Perwakilan Kelas (PK), 2006
• Anggota SAKA Bhayangkara, Polres Tasikmalaya, 2007
• Sekretaris Komunitas diskusi malam jum’at PonPes Sukahideng, 2007
• Anggota Teater Sarung PonPes Sukahideng, 2007
• Humas Media, Corruption Preventing Alliance (CPA) UIN Jakarta,
• Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Cabang Ciputat
• Anggota Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (Himalaya) Jakarta
• Ketua Milad 29 Remaja Islam As-Sa’adah An-najah (RISNA) Ciputat
• Ketua RISNA Futsal Cup 2009
. Ketua Seksi Sosial Agama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi HI 2010
. Sekretaris Umum RISNA 2010 – 2012

IV. Pengalaman Kerja
• Wiraswasta (Aksesoris dan hiasan), 2008
• Tenaga Pengajar Taman Pendidikan Alqur’an (TPA) As-Sa’adah Ciputat


V. Training Yang Pernah di Ikuti
• Latihan Kader I, HMI UIN Jakarta 2008
• Basic Training, ESQ 165, 2008
• Training of Trainer (TOT) I, Pendidikan Anti Korupsi, KPK dan UIN Jakarta 2008
• Mengatasi Virus tanpa anti virus, 2009
• Training of Trainer (TOT) II, Pendidikan Anti Korupsi, KPK dan UIN Jakarta 2009
• Pertemuan Nasional Mahasiswa HI (PNMHII), Universitas Nasional, 2010

VI. Kemampuan
• Bahasa Inggris
• Bahasa Arab
• Komputer (Microsoft Office, Photoshop, Windows dan Internet)
• Puisi dan Sastra
• Bela Diri

VII. Karya Yang telah Di Publikasikan
• Wahabiah di Indonesia, Majalah Dinding PonPes Sukahideng, Mei 2008
• Berkaca Pada Tetangga, Koran Seputar Indonesia, 22 Oktober 2008
• Membangun Ekonomi Efektif, Koran Seputar Indonesia, 23 April 2009
• Unique Democratization, Buletin Mahasiswa HI, UIN Jakarta, Mei 2009
. Membangun Parlemen Online Efektif, Koran Seputar Indonesia, 17 November 2009

Tangerang Selatan, 06 Mei 2011
Hormat Saya,




Azmi Muharom

berita tentang kita

Mahasiswa Indonesia, Rusia Gelar Dialog Islam, Budaya
Selasa, 24 Mei 2011 07:12 WIB | 900 Views
London (ANTARA News) - Mahasiswa Islam dari Indonesia menggelar program Indonesian-Russian Students-Friendship and Dialogue on Islam and Culture di Universitas Islam Rusia, Kazan, Republik Tatarstan, Federasi Rusia.

Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana kepada Antara London, Selasa menyebutkan sebanyak tujuh mahasiswa Indonesia mengadakan kunjungan ke Rusia mengikuti dialog yang pertama dalam sejarah Indonesia dan Rusia.

Enjay Diana menjelaskan ketujuh mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta dan Universitas Al-Azhar Jakarta, Indonesia itu didampingi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan Sudarnoto Abdul Hakim dan Ketua Program Studi Islamiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Willy Oktaviano Syahruddin.

Selama program tersebut para mahasiswa melakukan dialog tentang Islam, sejarah dan perkembangannya di kedua negara, serta peranan pendidikan dan generasi muda Islam.

Beberapa tema yang menjadi bahan diskusi seperti Islam and Pop Culture: Indonesian and Russian Students Experiences, How can Young Muslim students Build a Better World, The Challenges of Globalization: the Students Role.

Selain itu, terdapat pula acara budaya dimana mahasiswa Indonesia memperkenalkan permainan angklung yang dibawa khusus ke Kazan.

Menurut Sudarnoto Abdul Hakim, program singkat ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan hubungan kedua bangsa, antara lain adanya saling mengetahui dan memahami tentang kehidupan masyarakat Islam.

Ditambahkan bahwa program ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan Perjanjian Kerja sama antara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Islam Rusia Kazan yang ditandatangani pada Desember 2009 di Jakarta.

Selama program tersebut, Sudarnoto Abdul Hakim memberikan beberapa kuliah umum kepada mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Rusia mengenai Islam dan sejarahnya di Indonesia, serta pendidikan Islam di tanah air.

Ketertarikan mahasiswa Universitas Islam Rusia sangat besar yang terlihat banyaknya pertanyaan yang diajukan seperti terkait mazhab, toleransi antarummat beragama, pendidikan Islam, hingga ideologi Pancasila.

"Program seperti ini merupakan yang pertama bagi kami dan kami sangat bangga bisa melaksanakannya dengan Indonesia," kata Rektor Universitas Islam Rusia, Prof. Rafik Mukhametsin.

"Kami bisa banyak mendapatkan contoh dan pengalaman dari Indonesia," tambahnya.

Islam di Rusia mengalami perkembangan dalam 20 tahun terakhir atau setelah runtuhnya Uni Soviet. Islam masuk ke Rusia pada pertengahan abad ke-7 atau beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

"Tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui tentang Islam di Rusia. Oleh karena itu, kerja sama kedua bangsa di bidang keagamaan sangat menarik untuk dikembangkan sehingga adanya saling pemahaman satu sama lainnya," kata Sudarnoto Abdul Halim.

Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia, Hamid Awaludin menyampaikan kedekatan hubungan kedua bangsa dapat dilakukan melalui aspek pendidikan dan keagamaan.

Saat ini KBRI Moskow bekerja sama dengan instansi-instansi terkait lainnya baik di Indonesia maupun di Rusia menyelenggarakan berbagai program di bidang tersebut, salah satunya kerja sama antarperguruan tinggi Islam.

Dubes Hamid juga memberikan dukungan penuh atas kegiatan mahasiswa yang baru selesai tersebut. Inilah yang disebutnya sebagai sebuah diplomasi yang jarang disentuh oleh banyak pihak.

Bahkan di masa datang, diharapkan adanya program" a sabbatical leave" untuk professor UIN di Indonesia sehingga bisa mengajar di universitas Islam di Rusia dalam kurun waktu singkat dan sebaliknya.

"Muslim di Rusia boleh dibilang baru dalam taraf bangkit dan kita hendaknya dapat memberikan warna sesuai pengalaman kesejarahan kehidupan Islam di Indonesia. Itulah sebuah diplomasi yang akan banyak turunan positifnya di kemudian hari," ujarnya. (ZG/A011/K004)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011
http://www.antaranews.com/berita/259945/mahasiswa-indonesia-rusia-gelar-dialog-islam-budaya

Mahasiswa Rusia-Indonesia Berdialog Bertema Islam
Liputan6.com, London: Mahasiswa Islam dari Indonesia menggelar program Indonesian-Russian Students-Friendship and Dialogue on Islam and Culture di Universitas Islam Rusia, Kazan, Republik Tatarstan, Federasi Rusia.

Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow, Enjay Diana kepadaAntara perwakilan London, Inggris, Selasa (24/5), menyebutkan tujuh mahasiswa Indonesia berkunjung ke Rusia mengikuti dialog yang pertama dalam sejarah Indonesia dan Rusia.

Enjay Diana menjelaskan, ketujuh mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Universitas Al-Azhar, Jakarta, itu didampingi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan Sudarnoto Abdul Hakim dan Ketua Program Studi Islamiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Willy Oktaviano Syahruddin.

Para mahasiswa berdialog tentang Islam, sejarah dan perkembangannya di kedua negara, serta peranan pendidikan dan generasi muda Islam. Beberapa tema yang menjadi bahan diskusi seperti "Islam and Pop Culture: Indonesian and Russian Students Experiences", "How can Young Muslim students Build a Better World", dan "The Challenges of Globalization: the Students Role".

Selain itu, terdapat pula acara budaya di mana mahasiswa Indonesia memperkenalkan permainan angklung yang dibawa khusus ke Kazan.

Selama program tersebut, Sudarnoto Abdul Hakim memberikan beberapa kuliah umum kepada mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Rusia mengenai Islam dan sejarahnya di Indonesia. Termasuk, pendidikan Islam di Indonesia.

Menurut Sudarnoto Abdul Hakim, program singkat yang merupakan salah satu wujud pelaksanaan perjanjian kerja sama antara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Islam Rusia Kazan ditandatangani pada Desember 2009 di Jakarta. Program ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan hubungan kedua bangsa. Di antaranya, adanya saling mengetahui dan memahami tentang kehidupan masyarakat Islam.

Ketertarikan mahasiswa Universitas Islam Rusia sangat besar. Ini terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan seperti terkait mazhab, toleransi antar umat beragama, pendidikan Islam hingga ideologi Pancasila.

"Program seperti ini merupakan yang pertama bagi kami dan kami sangat bangga bisa melaksanakannya dengan Indonesia, kami bisa banyak mendapatkan contoh dan pengalaman dari Indonesia," kata Rektor Universitas Islam Rusia Prof. Rafik Mukhametsin.

Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia, Hamid Awaludin menyampaikan kedekatan hubungan kedua bangsa dapat dilakukan melalui aspek pendidikan dan keagamaan.

Dubes Hamid juga memberikan dukungan penuh atas kegiatan mahasiswa yang baru selesai tersebut. Inilah yang disebutnya sebagai sebuah diplomasi yang jarang disentuh oleh banyak pihak. Bahkan di masa datang, diharapkan adanya program "a sabbatical leave" untuk professor UIN di Indonesia sehingga bisa mengajar di Universitas Islam di Rusia dalam kurun waktu singkat dan sebaliknya.(ARE/ANS/Ant)
http://berita.liputan6.com/luarnegeri/201105/335926/mahasiswa_rusiaindonesia_berdialog_bertema_islam
Tujuh mahasiswa Indonesia mengikuti program dialog tentang Islam di Rusia

KAZAN (Arrahmah.com) – Sebanyak tujuh mahasiswa Islam dari Indonesia menggelar program Indonesian-Russian Students-Friendship and Dialogue on Islam and Culture di Universitas Islam Rusia, Kazan, Republik Tatarstan, Federasi Rusia. Acara tersebut merupakan dialog yang pertama dalam sejarah Indonesia dan Rusia.
Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana menjelaskan ketujuh mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta dan Universitas Al-Azhar Jakarta. Mereka didampingi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan Sudarnoto Abdul Hakim dan Ketua Program Studi Islamiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Willy Oktaviano Syahruddin.
Selama program tersebut para mahasiswa melakukan dialog tentang Islam, sejarah dan perkembangannya di kedua negara, serta peranan pendidikan dan generasi muda Islam, demikian yang diungkapkan Enjay Diana kepada Antara London, Selasa (24/5/2011).
Beberapa tema yang menjadi bahan diskusi antara lain, Islam and Pop Culture: Indonesian and Russian Students Experiences, How can Young Muslim students Build a Better World, The Challenges of Globalization: the Students Role.
Selain itu, terdapat pula acara budaya dimana mahasiswa Indonesia memperkenalkan permainan angklung yang dibawa khusus ke Kazan.
Menurut Sudarnoto Abdul Hakim, program singkat ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan hubungan kedua bangsa, antara lain adanya saling mengetahui dan memahami tentang kehidupan masyarakat Islam.
Program ini juga merupakan salah satu wujud pelaksanaan Perjanjian Kerja sama antara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Islam Rusia Kazan yang ditandatangani pada Desember 2009 di Jakarta.
Selama program tersebut, Sudarnoto Abdul Hakim memberikan beberapa kuliah umum kepada mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Rusia mengenai Islam dan sejarahnya di Indonesia, serta pendidikan Islam di tanah air.
Ketertarikan mahasiswa Universitas Islam Rusia sangat besar, hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan seperti terkait mazhab, toleransi antarummat beragama, pendidikan Islam, hingga Pancasila.
“Program seperti ini merupakan yang pertama bagi kami dan kami sangat bangga bisa melaksanakannya dengan Indonesia,” kata Rektor Universitas Islam Rusia, Prof. Rafik Mukhametsin.
Islam di Rusia mengalami perkembangan dalam 20 tahun terakhir atau setelah runtuhnya Uni Soviet. Islam masuk ke Rusia pada pertengahan abad ke-7 atau beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
“Tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui tentang Islam di Rusia. Oleh karena itu, kerja sama kedua bangsa di bidang keagamaan sangat menarik untuk dikembangkan sehingga adanya saling pemahaman satu sama lainnya,” kata Sudarnoto Abdul Halim.
Berkaitan dengan hal tersebut, Duta Besar Republik Indonesia untuk federasi Rusia, Hamid Awaludin memberikan dukungan penuh atas kegiatan mahasiswa tersebut. Bahkan di masa datang, diharapkan adanya program” a sabbatical leave” untuk professor UIN di Indonesia sehingga bisa mengajar di universitas Islam di Rusia dalam kurun waktu singkat dan sebaliknya.
“Muslim di Rusia boleh dibilang baru dalam taraf bangkit dan kita hendaknya dapat memberikan warna sesuai pengalaman kesejarahan kehidupan Islam di Indonesia. Itulah sebuah diplomasi yang akan banyak turunan positifnya di kemudian hari,” ujarnya. (rasularasy/arrahmah.com)
http://arrahmah.com/read/2011/05/24/12835-tujuh-mahasiswa-indonesia-mengikuti-program-dialog-tentang-islam-di-rusia.html

Dialog Islam dan Budaya Mahasiswa Indonesia dan Rusia
Selasa, 24 Mei 2011
Sebanyak 7 mahasiswa Indonesia menyelenggarakan program Indonesian-Russian Students’ Friendship and Dialogue on Islam and Culture di Universitas Islam Rusia, Kazan, Republik Tatarstan, Federasi Rusia, 16-23 Mei 2011. Inilah kunjungan perdana dalam sejarah Indonesia dan Rusia. Program ini merupakan salah satu implementasi Perjanjian Kerjasama antara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Islam Rusia Kazan yang ditandatangani pada Desember 2009 di Jakarta.

Para mahasiswa melakukan dialog tentang Islam, sejarah dan perkembangannya di kedua negara, serta peranan pendidikan dan generasi muda Islam. Beberapa tema yang menjadi bahan diskusi seperti Islam and Pop Culture: Indonesian and Russian Students Experiences, How can Young Muslim students Build a Better World, The Challenges of Globalization: the Students Role. Selain itu, terdapat pula acara budaya dimana mahasiswa Indonesia memperkenalkan permainan angklung yang dibawa khusus ke Kazan.

Ketujuh mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan Universitas Al-Azhar Jakarta, Indonesia. Mereka didampingi oleh Sudarnoto Abdul Hakim, Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Willy Oktaviano Syahruddin, Ketua Program Studi Dirasat Islamiah . “Program singkat ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan hubungan kedua bangsa, antara lain adanya saling mengetahui dan memahami tentang kehidupan masyarakat Islam, ”ujar Sudarnoto

Selama program tersebut, Sudarnoto memberikan beberapa kuliah umum kepada mahasiswa Universitas Islam Rusia mengenai sejara dan pendidikan Islam di Indonesia. Ketertarikan besar mahasiswa Rusia terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang dikemukakan, seperti terkait mazhab, toleransi antar umat beragama, pendidikan Islam, hingga ideologi Pancasila.“Program seperti ini merupakan yang pertama bagi kami dan kami sangat bangga bisa melaksanakannya dengan Indonesia”, kata Rektor Universitas Islam Rusia, Prof. Rafik Mukhametsin. “Kami bisa banyak mendapatkan contoh dan pengalaman dari Indonesia”.

Islam di Rusia mengalami perkembangan dalam dua puluh tahun terakhir atau setelah runtuhnya Uni Soviet. Islam masuk ke Rusia pada pertengahan abad ke-7 atau beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. “Tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui tentang Islam di Rusia. Oleh karena itu, kerjasama kedua bangsa di bidang keagamaan sangat menarik untuk dikembangkan sehingga adanya saling pemahaman satu sama lainnya”, tambah Sudarnoto.

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Hamid Awaludin menyampaikan kedekatan hubungan kedua bangsa dapat dilakukan melalui aspek pendidikan dan keagamaan. Saat ini KBRI Moskow bekerjasama dengan instansi-instansi terkait lainnya baik di Indonesia maupun di Rusia menyelenggarakan berbagai program di bidang tersebut, salah satunya kerjasama antar perguruan tinggi Islam.

Hamid juga memberikan dukungan penuh atas kegiatan mahasiswa tersebut. Inilah yang disebutnya sebagai sebuah diplomasi yang jarang jarang disentuh oleh banyak pihak. Bahkan di masa datang, diharapkan adanya program a sabbatical leave untuk professor UIN di Indonesia sehingga bisa mengajar di universitas Islam di Rusia dalam kurun waktu singkat dan sebaliknya.(Sumber: KBRI Moskow/ed. HO)
http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=4818&l=id

Mahasiswa Indonesia, Rusia Gelar Dialog Islam, Budaya
1
London - Mahasiswa Islam dari Indonesia menggelar program Indonesian-Russian Students-Friendship and Dialogue on Islam and Culture di Universitas Islam Rusia, Kazan, Republik Tatarstan, Federasi Rusia. Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana kepada Antara London, Selasa menyebutkan sebanyak tujuh mahasiswa Indonesia mengadakan kunjungan ke Rusia mengikuti dialog yang pertama dalam sejarah Indonesia dan Rusia.
Enjay Diana menjelaskan ketujuh mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta dan Universitas Al-Azhar Jakarta, Indonesia itu didampingi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan Sudarnoto Abdul Hakim dan Ketua Program Studi Islamiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Willy Oktaviano Syahruddin. Selama program tersebut para mahasiswa melakukan dialog tentang Islam, sejarah dan perkembangannya di kedua negara, serta peranan pendidikan dan generasi muda Islam.
Beberapa tema yang menjadi bahan diskusi seperti Islam and Pop Culture: Indonesian and Russian Students Experiences, How can Young Muslim students Build a Better World, The Challenges of Globalization: the Students Role. Selain itu, terdapat pula acara budaya dimana mahasiswa Indonesia memperkenalkan permainan angklung yang dibawa khusus ke Kazan. Menurut Sudarnoto Abdul Hakim, program singkat ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan hubungan kedua bangsa, antara lain adanya saling mengetahui dan memahami tentang kehidupan masyarakat Islam. Ditambahkan bahwa program ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan Perjanjian Kerja sama antara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Universitas Islam Rusia Kazan yang ditandatangani pada Desember 2009 di Jakarta.
Selama program tersebut, Sudarnoto Abdul Hakim memberikan beberapa kuliah umum kepada mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Rusia mengenai Islam dan sejarahnya di Indonesia, serta pendidikan Islam di tanah air. Ketertarikan mahasiswa Universitas Islam Rusia sangat besar yang terlihat banyaknya pertanyaan yang diajukan seperti terkait mazhab, toleransi antarummat beragama, pendidikan Islam, hingga ideologi Pancasila. Program seperti ini merupakan yang pertama bagi kami dan kami sangat bangga bisa melaksanakannya dengan Indonesia," kata Rektor Universitas Islam Rusia, Prof. Rafik Mukhametsin. Kami bisa banyak mendapatkan contoh dan pengalaman dari Indonesia. Islam di Rusia mengalami perkembangan dalam 20 tahun terakhir atau setelah runtuhnya Uni Soviet. Islam masuk ke Rusia pada pertengahan abad ke-7 atau beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.Tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui tentang Islam di Rusia.
Oleh karena itu, kerja sama kedua bangsa di bidang keagamaan sangat menarik untuk dikembangkan sehingga adanya saling pemahaman satu sama lainnya," kata Sudarnoto Abdul Halim. Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia, Hamid Awaludin menyampaikan kedekatan hubungan kedua bangsa dapat dilakukan melalui aspek pendidikan dan keagamaan.Saat ini KBRI Moskow bekerja sama dengan instansi-instansi terkait lainnya baik di Indonesia maupun di Rusia menyelenggarakan berbagai program di bidang tersebut, salah satunya kerja sama antarperguruan tinggi Islam. Dubes Hamid juga memberikan dukungan penuh atas kegiatan mahasiswa yang baru selesai tersebut. Inilah yang disebutnya sebagai sebuah diplomasi yang jarang disentuh oleh banyak pihak.
Bahkan di masa datang, diharapkan adanya program" a sabbatical leave" untuk professor UIN di Indonesia sehingga bisa mengajar di universitas Islam di Rusia dalam kurun waktu singkat dan sebaliknya. Muslim di Rusia boleh dibilang baru dalam taraf bangkit dan kita hendaknya dapat memberikan warna sesuai pengalaman kesejarahan kehidupan Islam di Indonesia. Itulah sebuah diplomasi yang akan banyak turunan positifnya dikemudian hari.
http://id.voi.co.id/berita-indonesia/kesejahteraan-sosial/9058-mahasiswa-indonesia-rusia-gelar-dialog-islam-budaya.html

Представители индонезийского университета неделю гостили в РИУ

Вчера завершилось недельное пребывание в РИУ делегации из Университета Шериф Хидаятулла (г. Джакарта, Индонезия).

С 17 по 22 мая в стенах Российского Исламского университета (Казань) находилась делегация из преподавателей и студентов одного из крупнейших индонезийских университетов города Джакарты.

В рамках пребывания в Казани студенты провели заседаний нескольких дискуссионных клубов темы которых: «Ислам в Индонезии», «Показ индонезийского фильма», «Ислам и поп-культура: опыт индонезийских и российских студентов», «Ислам в России», «Дискуссия о культуре России».

Также прошли дебаты на тему: Как мусульманские студенты могут построить лучшее будущее.

Кроме того, индонезийские студенты посещали уроки русского языка, совершили экскурсию по Казани, посетили музей Ислама в мечети Кул-Шариф.

http://e-riu.ru/riu_news/?ID=1030

Membangun Citra ramah Lingkungan Uni Eropa dengan European Green Capital Hamburg 2011”

I. Pendahuluan

“Ketika memasuki lobi gedung kantor Direktorat Jenderal Lingkungan Hidup Komisi Eropa di Brussel tersebut kita akan mendapatkan suasana kantor yang asri, nyaman dan teduh oleh beragam tanaman hidup yang tampak di hampir semua bagian gedung. Para pegawai Komisi Eropa atau tamu-tamu yang sedang berkunjung seolah diajak memasuki rumah kaca raksasa dengan aneka ragam tumbuhan seperti beringin, cemara dan bambu di dalamnya. Aneka tumbuhan tersebut sebagian tersebut didatangkan dari berbagai negara seperti dari Indonesia. Agar tumbuhan bisa tetap tumbuh dan berkembang, suhu ruang dan pencahayaan diatur sedemikian rupa sehingga seperti di tempat aslinya.”

Aris Heru Utomo, blogger Kompasiana.com[1]

Komisi Eropa (Commission of the European Communities) adalah badan eksekutif Uni Eropa. Bersama Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa, badan ini adalah salah satu dari tiga institusi utama yang menjalankan pemerintahan Uni Eropa (UE).

Komisi Eropa terdiri dari 25 komisioner, satu dari tiap negara anggota UE, dibantu oleh suatu badan administratif yang terdiri dari beberapa ribu pegawai sipil Eropa yang dibagi menjadi departemen-departemen yang disebut Direktorat Jendral (Directorate-General). Istilah "komisi" umumnya digunakan untuk mengacu baik pada keseluruhan badan administratif tersebut, maupun tim komisioner yang memimpinnya.

Tidak seperti Dewan Uni Eropa, komisi ini dimaksudkan sebagai suatu badan yang independen terhadap negara-negara anggota. Karenanya, komisioner tidak diizinkan untuk menerima instruksi dari pemerintah negara yang menunjuk mereka, melainkan harus mewakili kepentingan masyarakat Uni Eropa secara keseluruhan.[2]

Komisi Eropa menjalankan sistem kelembagaan Uni Eropa yang mempunyai otoritas antara lain[3] :

a. Memilki hak-hak untuk memprakarsai konsep kerja legislasi dan karena itu memberikan proposal legislasi pada Parlemen dan Dewan

b. Sebagai badan eksekutif Uni Eropa, bertanggung jawab untuk melengkapi legislasi Eropa (petunjuk-petunjuk, aturan-aturan dan keputusan-keputusan)

c. Bertindak sebagai pelindung perjanjian dan bersama dengan Badan Peradilan menjamin bahwa hukum masyarakat telah diterapkan dengan benar

d. Mewakili Uni Eropa di tingkat internasional terutama dalam bidang kerjasama dan perdagangan.

Secara umum dapat ditarik disimpulkan Peranan Komisi Eropa ini memiliki banyak kesamaan dengan badan eksekutif pada pemerintahan suatu negara, walaupun juga memiliki beberapa perbedaan. Salah satu program Komisi Eropa adalah perlindungan lingkungan eropa dengan program European Green Capital (EGC). Berangkat dari pemikiran tersebut maka penulis mengangkat judul “Membangun Citra ramah Lingkungan Uni Eropa dengan European Green Capital Hamburg 2011

II. Pertanyaan Penelitian

Dari latar belakang dan judul diatas maka pertanyaan penelitian dalam makalah ini adalah :

1. Faktor yang melatar belakangi program European Green Capital Hamburg 2011

2. Bagaimana penerapan Green politik dalam European Green Capital Hamburg 2011

III. Kerangka Pemikiran

Untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitan diatas maka penulis akan menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri K.J Holsti mengenai faktor eksternal dan faktor insternal yang melatar belakangi kebijakan Komisi Eropa yang dalam makalah ini terkait EGC Hamburg 2011. Selain itu penulis akan menggunakan data penerapan EGC yang di sandingkan dengan teori Green Theory (Green Politics) dalam HI.

1. Pendekatan Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan untuk mencapai kepentingan nasional. Tujuan kebijakan luar negeri sebenarnya adalah fungsi dari tujuan negara disusun. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh sasaran yang dilihat dari masa lalu dan aspirasi untuk masa yang akan datang. Tujuan kebijakan luar negeri dirancang, dipilih dan ditetapkan oleh pembuat keputusan serta dikendalikan untuk mengubah kebijakan (revisinist policy) atau mempertahankan kebijakan (status quo policy) ihwal kenegaraan tertentu di lingkungan internasional. [4]

K.J. Holsti juga merinci latar belakang pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri akan dipengaruhi berdasarkan dua faktor utama yakni External / Systemic Factor (faktor eksternal / sistemik ) dan The Domestic Context (konteks domestik) seperti didbawah ini :

a. External / Systemic Factor

Kebijakan luar negeri sebuah negara akan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal / sistemik di dunia internasional, K.J. Holsti merinci terdapat lima faktor dalam kriteria ini yaitu[5] :

Struktur Sistem

Karakteristik / Struktur ekonomi dunia

Tujuan dan aksi aktor lain

Masalah global dan regional,

Hukum Internasional dan opini dunia

b. The Domestic Context

Terlepas dari faktor eksternal / sistemik, konteks domestik dalam negeri juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri sebuah negara, K.J. Holsti merinci terdapat tujuh faktor konteks domestik dalam negeri meliputi[6] :

Sosioekonomik / kebutuhan keamanan

Karakter geografis dan topografi

Atribut nasional

Struktur pemerintah / filosfi

Opini publik

Birokrasi

Kebijakan etnikal

2. Green Theory (Green Politics)

Hubungan internasional kontemporer tidak hanya memperhatikan hubungan politik antar negara saja tetapi juga sejumlah subjek lainya seperti interdepedensi ekonomi, hak asasi manusia, perubahan transnasional, lingkungan hidup dan sebagainya isu lingkungan hidup pertama kalin diangkat sebagai agenda dalam HI pada tahun 1970-an. Hal ini ditandai dengan diselenggarakannya Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang lingkungan hidup pada tahun1972 di Stocholm, Swedia.

Dua dasawarsa kemudian isu lingkungan hidup kembali dalam diangkat dalam Konferensi PBB tentang lingkungan hidup do Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992, yang sebelumnya diawali dengan Konferensi PBB mengenai perubahan iklim di Montreal, Kanada tahun1990.[7]

Kepedulian terhadap lingkungan hidup menjadi isu global karena.[8] :

1. Permasalahan lingkungan hidup ini selalu mempunyai efek global

2. Isu lingkungan hidup menyangkut eksploitasi terhadap sumber daya global seperti lautan dan atmosfir

3. Permasalahan lingkungan hidup selalu bersifat transnasional

4. Banyak kegiatan eksploitasi atau degradasi lingkungan memilki skala lokal atau nasional tetapi lingkungan dibanyak tempat di seluruh dunia

5. Proses yang menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan berhubungan dengan proses-proses politik dan sosial ekonomi yang lebih luas, dimana proses-proses tersebut merupakan bagian dari ekonomi-politik global.

IV. Deskripsi EGC Hamburg 2011

A. Mengenai EGC Hamburg 2011

Hari ini empat dari lima orang Eropa tinggal di kota-kota. Daerah perkotaan terkonsentrasi sebagian besar tantangan lingkungan yang dihadapi masyarakat tetapi juga membawa komitmen dan inovasi bersama untuk mengatasinya. EGC telah disusun oleh Komisi Eropa untuk mempromosikan perlindungan lingkungan dan menghhadiah upaya ini untuk dunia.[9]

EGC dilakukan sebagai penghargaan tahunan sejak 2010. Mulai tahun 2010, salah satu kota Eropa akan dipilih setiap tahun sebagai EGC. Penghargaan diberikan kepada sebuah kota yang :

· Memiliki catatan yang konsisten untuk mencapai standar lingkungan yang tinggi;

· Berkomitmen untuk tujuan yang sedang berlangsung dan ambisius untuk perbaikan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan;

· Dapat bertindak sebagai model untuk menginspirasi kota-kota lain dan mendorong praktek terbaik untuk semua kota-kota Eropa lainnya.

Peranan kota melalui penghargaan ini bertujuan untuk memberikan insentif bagi kota untuk menginspirasi dan berbagi praktik terbaik satu sama lain, sementara pada saat yang sama terlibat dalam persaingan ramah lingkungan. Dengan kata lain, kota-kota menjadi panutan bagi satu sama lain.[10]

"Para finalis dan pemenang EGC Award memberikan kami contoh-contoh kehidupan nyata yang berharga tentang bagaimana menghormati lingkungan, kualitas hidup yang sangat baik dan pertumbuhan ekonomi yang semuanya dapat berhasil digabungkan,"

Komisaris Lingkungan Hidup UE, Mr Janez Potočnik

Setelah dua putaran aplikasi, para pemenang pertama dari EGC Award hijau telah dipilih dan diumumkan. Kota yang terpilih sebagai EGC ialah [11]:

· 2010, Stockholm

· 2011, Hamburg

· 2012, Vitoria-Gasteiz

· 2013, Nantes

B. Analisa EGC Hamburg 2011

A. Faktor Latar Belakang EGC Hamburg 2011 (Melalui Pendekatan Kebijakan Luar Negeri)

Kota Hamburg, terletak di tepi sungai Elbe, memiliki penduduk sekitar 1,8 juta dan menghadapi berbagai tantangan metropolitan. Namun kota kedua terbesar di Jerman ini menggabungkan pendekatan yang komprehensif, kebijakan berkomitmen dan dana yang diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Secara keseluruhan, Hamburg memiliki strategi perencanaan terpadu partisipatif dan komitmen yang kuat terhadap visi yang "hijau".

Kualitas udara lokal sangat baik dan ada target mempertahankan yang baik, dengan mengharap hasil yang sangat baik, rencana masa depan dan pemantauan terstruktur terhadap perubahan iklim akan dipermudah dengan program EGC. Hamburg berupaya memeberikan jawaban tantangan metropolitan dan memiliki ide-ide inovatif tentang bagaimana berbagi pengalaman dan praktek terbaik sebagai EGC Hamburg 2011.

Sesuai Teori Kebijakan Luar Negeri K.J Holsti, kesediaan Hamburg mengajukan diri sebagai EGC dipengaruhi berdasarkan dua faktor utama yakni External / Systemic Factore (faktor eksternal / sistemik ) dan The Domestic Context (konteks domestik) seperti didbawah ini :

a. Dalam kerangka External / Systemic Factor (faktor eksternal / sistemik )

Dalam kerangkan HI, EGC Hamburg 2011 dapat dipandang sebagai upaya mencapai kepentingan nasional Jerman. Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara yang paling vital seperti, pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi dan status (prestige).

Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Kepentingan nasional menurut realis adalah upaya negara mengejar power, masih menurut realis, power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain.[12] Meski demikian namun dalam EGC Hamburg 2011, power yang digunakan ialah soft power dengan fokus mempertahankan lingkungan demi kesejahteraan ekonomi dan status (prestige) Jerman khusunya dan UE umumnya.

Dengan EGC 2011, terkait faktor eksternal dapat dipahami pula pengaruh dari hal-hal berikut :

· UE dan Jerman mengedepankan citra ramah lingkungan

· UE dan Jerman mengedepankan lingkungan perkotaan hidup sehat

· UE dan Jerman hendak mengadakan kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, bisnis dan stakeholder lainnya bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi kehidupan perkotaan.[13]

b. The Domestic Context (konteks domestik)

Terlepas dari faktor eksternal / sistemik, konteks domestik dalam negeri juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri sebuah negara, K.J. Holsti merinci terdapat tujuh faktor konteks domestik dalam negeri meliputi[14] :

Tabel Faktor Konteks Domestik dan Tujuan Kebijakan dalam EGC Hamburg 2011[15]

No

Pengaruh

Tujuan Kebijakan

1

Sosioekonomik / kebutuhan keamanan

Implementasi solusi mobilitas yang berkelanjutan

2

Karakter geografis dan topografi

Pembangunan kota metropolitan ramah lingkungan dan pembangunan wisata ramah lingkungan sungai Elbe,

3

Atribut nasional

Pendahuluan dan perluasan taman dan tempat rekreasi

4

Struktur pemerintah / filosfi

Efek jangka panjang positif bagi pemerintah

5

Opini publik

Program penghematan energi

Pendekatan modern untuk limbah

Manajemen solusi inovatif untuk polusi udara

Program penghematan energi.

6

Birokrasi

Efek jangka panjang positif bagi pemerintah

Memastikan manajemen terpadu oleh pemerintah

7

Kebijakan etnikal

Menunjukan Hamburg sebagai percontohan di Jerman dan UE

B. Penerapan EGC Hamburg 2011

Hamburg menerima gelar EGC 2011 dengan upacara penghargaan resmi 23 Februari 2009 di Brussels. Hamburg merupakan pelindung lingkungan dengan menerima peringkat tinggi dalam semua bidang urusan lingkungan saat ini. Selain dari tujuan ambisius dalam perlindungan iklim dan pengukuran yang telah dicapai, juri yakin Hamburg akan melanjutkan upaya untuk meningkatkan pencapaiannya. Hal terpenting oleh juri Uni Eropa, Hamburg adalah kota yang berhasil menghubungan antara terus meningkatnya pengembangan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

"Hamburg, pemenang 2011, telah menunjukkan prestasi besar dalam tahun terakhir dan saat ini, telah juga mencapai standar lingkungan yang baik antar dewan kota telah menetapkan rencana masa depan yang sangat ambisius yang menjanjikan perbaikan tambahan.."

(Kesimpulan dari juri untuk penghargaan EGC Hamburg 2011)[16]

Dengan EGC Hamburg 2011, Hamburg menerapkan tujuan yang ditulis daam situs resminya berupa enam (6) aspek meliputi :

1. Iklim & Energi

Hamburg mengadakan program perlindungan iklim sejak tahun 2009, Senat dari Hamburg mengembangkan lebih lanjut program perlindungan iklim yang komprehensif. Kota Hamburg bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 40% pada tahun 2020 dan 80% pada tahun 2050. Perlindungan iklim yang direncanakan tahun 2010 memiliki fitur lebih dari 300 proyek yang mencakup hampir semua bidang kebijakan lingkungan.

Model ini diteruskan dengan proyek untuk rumah tangga. Melalui lembaga pemerintah r jaringan aktor pendukung perlindungan iklim akan bertambah dari masyarakat sipil. Hamburg juga berkomitmen pengembangan energi terbarukan, perlindungan Iklim dan keberhasilan ekonomi saling bergantung pada sektor energi terbarukan. Hamburg bertujuan untuk mengembangkan energi terbarukan secara besar-besaran, menawarkan lebih dari 600 perusahaan dalam industri untuk meningkatkan kompetisi mereka dalam skema engergi terbarukan.[17]

2. Konsumsi Berkelanjutan

Dampak konsumerisme pada lingkungan sering diremehkan. Sebuah tugas penting bagi kota masa depan adalah untuk meningkatkan kesadaran akan perlindungan efek yang serius antara lingkungan dan kesadaran konsumen.

Hamburg akan mengembangkan program dari daerah untuk daerah, sebagai proyek percontohan Hamburg akan mengembangkan restoran, sekolah dan toko ritel yang didorong dengan produk regional, serta membangun jaringan mitra bisnis dan prospek berkomitmen untuk inisiatif daerah. Dalam rangka tersebut pemerintah Hamburg mengadakan pameran "goodgoods" sebagai “Pameran untuk Konsumsi Berkelanjutan:. Pameran yang telah diadakan pada 27-29 Mei 2011, bertujuan untuk menggabungkan kepedulian ekologi dan tanggung jawab dengan kualitas, fungsionalitas dan desain. Forum diskusi dan kuliah akan diberikan serta berbagai pameran mulai dari perusahaan-perusahaan dari semua ukuran untuk lembaga non-pemerintah.[18]

3. Mobilitas

Untuk mendapatkan secepat mungkin untuk pergi dari titik A ke B, tanpa membebani lingkungan, sistem transportasi cerdas perkotaan sangat penting terhadap kualitas hidup setiap kota. Hamburg bertujuan memajukan mobilitas urban yang berkelanjutan terutama pelabuhan, di mana kontainer dengan air akan menghilangkan penggunaan truk.

Transportasi umum dan stasiun sepeda dalam kota akan diperhatikan demi kemudahan akses angkutan umum. Studi mengungkapkan jumlah penumpang telah meningkat secara eksponensial selama lima tahun terakhir. Transportasi umum akan terus berkembang secara konsisten, termasuk sistem rel ringan baru untuk 2014 tersedia. Selanjutnya, lalu lintas sepeda ramah lingkungan kembali difokusan dengan pendirian stasiun sepeda dalam kota dan perluasan keseluruhan jaringan bersepeda.[19]

4. Alam hijau & Kota hijau

Hamburg adalah salah satu kota terhijau di Eropa. Taman, ruang hijau dan pohon bentuk tampilan kota dan mempromosikan kualitas hidup yang tinggi. Penggemar alam Hamburg menikmati beragam ruang hijau yang terletak di pusat kota dan di seluruh wilayah luar Hamburg seperti Taman Nasional Laut Wadden nasional.

International Garden Show dan Jaringan Green. Hamburg terus memainkan peran yang konsisten dalam perlindungan dan perluasan daerah hijau. Selain kota terbaru meliputi 2013 International Garden Show, 100 hektar taman dibuat di tengah Pulau Elbe Wilhelmsburg. Taman, taman bermain, lapangan olahraga, kebun dan kuburan, akhirnya menghubungkan wilayah yang lebih luas dan lebih kecil ruang hijau Hamburg untuk membentuk jaringan hijau. Apakah bersepeda atau dengan berjalan kaki, jaringan hijau Hamburg mempromosikan perjalanan ramah lingkungan terganggu di seluruh kota.

Hamburg adalah salah satu dari sedikit kota dengan taman nasionalnya sendiri. Kota ini menjalani upaya untuk mengenali ekosistem sensitif dari Taman Nasional Laut Wadden sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. [20]

5. Perlindungan Sumber Daya & Ekonomi

Hanya ketika perlindungan lingkungan dan keberhasilan ekonomi hidup berdampingan dalam harmoni, maka masa depan kota secara permanen dijamin. Penggunaan dan konservasi sumber daya berkelanjutan seperti air, tanah dan udara serta daur ulang akan meningkat dan akan menghindari limbah merupakan peran penting dalam perlindungan lingkungan dan ekonomi yang sukses.

Kemitraan Lingkungan dalam EGS Hamburs 2011 akan menjadi pelopor dalam promosi lingkungan berkelanjutan, sumber daya dan manajemen ekonomi. Karena itu, kota yang bergerak di lingkungan kemitraan Hamburg, akan mempromosikan peningkatan perlindungan lingkungan. Hamburg memiliki potensi kemitraan lebih dari 1.500 perusahaan dengan program peduli lingkungan secara sukarela, termasuk 600 mitra lingkungan yang diharapkan menumbuhkan perlindungan sumber daya & ekonomi .[21]

6. Pengembangan Perkotaan & lingkungan Hidup

Tahun ini Gedung Pameran Internasional (IBA) Hamburg dan HafenCity merupakan proyek yang menempatkan Hamburg di garis depan standar internasional dalam pembangunan perkotaan berkelanjutan. Hamburg dengan moto "pertumbuhan berpandangan ke depan" mendorong perkembangan kota melalui situs konversi (tidak membangun daerah) dan pemadatan.

Hamburg akan menjadi panutan dalam proyek renovasi bangunan yang ramah lingkungan dan menggunakan generasi listrik surya. Merupakan bagian penting Hamburg ialah strategi mengurai kebisingan dengan penutupan jalur A7, hal iniakan mencakup empat kilometer dari jalan raya jalur A7. Selain itu, Hamburg pula mempromosikan meningkatnya pembangunan rumah pasif dalam Shanghai Expo 2010 dengan menyebarluaskan praktek membangun pasif dalam cara-cara baru.[22]

V. Kesimpulan

Dengan melihat EGC Hamburg 2011 sebagai program kebijakan luar negeri UE dan Jerman serta memperhatikan enam program unggulan EGC Hamburg 2011, maka sudah barang tentu hal ini akan membangun citra ramah lingkungan UE dengan sangat baik. Hal ini memang belum sepenuhnya berjalan, namun langkah besar ini layak diapresiasikan dengan sangat baik mengingat perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi masyarakat global.



[2] Diakses pada 07 Juni 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Eropa

[3] Perwita, A. A. Banyu dan Yani, Yanyan Mohammad, “Pengantar Ilmu Hunungan Internasional”, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hal 114

[4] Perwita, A. A. Banyu dan Yani, Yanyan Mohammad, “Pengantar Ilmu Hunungan Internasional”, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hal 51

[5] K. J. Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, USA: Prentice Hall Intl 1992, hal. 274

[6] K. J. Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, USA: Prentice Hall Intl 1992, hal. 287

[7] Perwita, A. A. Banyu dan Yani, Yanyan Mohammad, “Pengantar Ilmu Hunungan Internasional”, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hal. 144.

[8] John Baylis dan Steve Smith. 1999. The Globalization of World Politics : An Introduction to international relations. UK: Oxford University Press, hal 81-83.

[12] Perwita, A.A Banyu dan Yani, Yanyan Mohammad, “Pengantar Ilmu Hubungan internasional”, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006, hal. 35

[14] K. J. Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, USA: Prentice Hall Intl 1992, hal. 287

[16] Diakses pada 07 Juni 2011 dari http://hamburggreencapital.eu/

[17] Diakses pada 07 Juni 2011 dari http://hamburggreencapital.eu/climate-energy/

[19] Diakses pada 07 Juni 2011 dari http://hamburggreencapital.eu/mobility/